Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, February 26, 2010

KECERDASAN INTRAPERSONAL

“Kecerdasan apa lagi ini? Setahu saya kecerdasan itu adalah Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) dan Financial Quotient (FQ).”

Mungkin pertanyaan ini yang ada dibenak sahabat ketika membaca judul diatas. Banyak sekali, memang, definisi kecerdasan yang telah ditemukan oleh manusia dan ini semakin menunjukkan bahwa manusia memang cerdas, paling tidak untuk mencari definisi-definis yang terdengar sulit dan asing (hehehe).

Tahun 1993 sebuah buku yang fenomenal, menurut saya, diterbitkan. Penulisnya adalah seorang Psikolog Perkembangan dari Universitas Harvard, Howard Gardner. Pada awalnya ia mendefinisikan ulang atas kecerdasan manusia menjadi tujuh, kemudian delapan dan kemudian sembilan. Disingkat menjadi SLIM N BIL E.

S = Spatial Visual
L = Logical Mathematical
I = Intrapersonal
M =Musical
N = Naturalistic
B = Bodily-Kinesthetic
I = Interpersonal
L =Linguistic Verbal
E = Existential

Kecerdasan INTRAPERSONAL ini sendiri adalah bagaimana kita memahami diri sendiri. Pemahaman ini sangat penting dalam Psychology Healing. Inti yang saya pahami dari Kecerdasan ini adalah Accept  Love  Utilize. Terima keadaan diri, Cintai diri, dan gunakan perasaan itu untuk menyembuhkan diri sendiri.

Ini saya pelajari saat saya belajar dan mengajar bahasa Inggris dan pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi peserta didik saya. Saat saya belajar hipnoterapi ternyata pengetahuan ini masih tetap bermanfaat. Senangnya bukan main.

Sampai suatu hari seorang sahabat menelpon dan berkata, “Ndrie, sekarang kok aku sering sakit flu ya?” Dari nadanya ia butuh bantuan namun ia melanjutkan, “Tapi aku tau kamu bukan dokter dan cuma mau ngomong ke kamu aja.” Lho... persis sebelumnya saya berpikir ia butuh bantuan namun kemudian ia “menyangkal” membutuhkan bantuan.

Saya mengandalkan bawah sadar saya yang mengatakan dia butuh bantuan, walaupun surface structure nya menyatakan tidak membutuhkan bantuan namun dari nadanya saya menangkap deep structurenya “...Aha...mungkin dia gengsi...” mencoba membaca pikirannya, yang kadang benar kadang juga salah, namun karena ia salah satu dari sahabat saya maka tanpa di minta pun saya bantu.

“Ci... saya memang bukan dokter dan cici percaya dokter, makanya harus kedokter.” Saya sedang melakukan pacing. Saya memanggilnya Cici karena ia adalah Keturunan Tionghoa, sama seperti saya..hehehe.

“Sudah Ndrie, kata dokter aku cuma kurang olah raga...padahal tiap hari aktifitasku kan banyak.” Ini dia satu kunci yang bisa saya manfaatkan untuk pacing berikutnya.

“Dokternya bener tuh..maksudnya Cici kalo mau kerja juga harus meniatkan sebagai olah raga..hehehe...” Karena ia percaya dokter, maka saya pun harus mengatakan dokternya benar...itu pacing lagi.

“Lagi pula, konon, flu itu juga permasalahan daya tahan tubuh kan? Kalau sedang tidak fit, pertahanan tubuh kita menurun dan fit atau tidak disebabkan oleh paling tidak dua faktor, psikologis dan fisiologis. Iya kan Ci...? Dan kalau Cici ada permasalahan yang dipikirin terus, itu juga bisa berdampak pada vitalitas dan membuat pertahanan tubuh kendor.” masih terus dalam rangkaian pacing. Semakin banyak pacing yang dipercaya oleh Cici, semakin hasilnya bisa diandalkan.

“Betul Ndrie...” Jawabnya mantab. “Tapi aku ga ada masalah dengan pikiran ku kok.”

“Ci, pernah dengar Multiple Intelligence?” Saya mulai Leading. “Belum Ndrie, apa tuh?”

“Setiap orang adalah cerdas dalam konteks kehidupannya masing-masing dan paling tidak ada sembilan kecerdasan yang diketahui yang dimiliki manusia, dan Cici juga memilikinya. Namun dalam konteks sehari-hari, orang-orang biasanya mengembangkan beberapa saja diantara sembilan itu.” Saya menjelaskan sembilan kecerdasan itu. “Nah...Cici sangat cerdas secara INTRAPERSONAL.”

“Maksudnya?” Selidiknya.

“Beberapa kali kita sudah buktikan jika ada masalah dengan pikiran, Cici tinggal ngomong sama diri sendiri dan beban permasalahan tersebut berkurang, dan sekarang yang akan kita pelajari adalah bagaimana mengetahui dan berbicara dengan diri kita, persisnya.”

“Dalam diri kita terdapat bagian-bagian yang tanpa kita sadari mereka sibuk berbicara pada diri kita dan selalu berusaha melindungi kita. Contoh sederhana adalah, salah satu bagian dari Cici sedang menyampaikan pesan bahwa Cici sudah bekerja dan berpikir keras sehingga ia menginginkan Cici beristirahat, sedang bagian lainnya memberitahukan bahwa Cici tetap harus jalan karena target tahun ini harus tercapai. Dua bagian ini jelas-jelas konflik dan membuat “pusing. Istirahat harus, dan Target juga “wajib” lalu gimana Ci? Jawabannya mereka berdua harus berdamai lalu kemudian target akan tercapai.”

“Ci, rasa tidak enaknya flu ini dimana?”

“Di dada dan di hidung, Ndrie. Dada sesak untuk bernapas dan hidung sebelah kanan mampet.” Jawabnya.

“Ci...sekarang silakan akses komunikasi dengan dada Cici dan coba dengarkan apa katanya?”

“Ga ada suara apa-apa Ndrie.”

“Ok, sekarang coba hidungnya, mungkin dia yang mau ngomong.” Pinta saya melanjutkan.

“Nggak ada juga, Ndrie.” Jawabnya lagi.

“Wah...berarti memang ga ada masalah dong..hehehe..” Jawab saya menenangkan dirinya dan padahal saya pun bingung saat itu..hehehe..

“Atau mungkin mereka menyampaikan dengan bahasa berbeda, apakah ada bentuknya atau warnanya dibagian itu?” Saya tanya lagi.

“Bentuknya nggak ada tapi warnanya biru tua.” Jawabnya memberi clue.

“Yuk kita coba, saya penasaran gimana rasanya kalau warnanya kita buat menjadi lebih terang...biru muda...?” Pinta saya.

“Lebih enteng Ndrie.”

“Bagus Ci. Warna apa yang Cici suka sih?”

“Putih.”

“Baiklah...sekarang kita ubah dengan cepat warna biru muda menjadi Putih, SEKARANG.” Pinta saya lagi. “Gimana rasanya

“Lebih enak.” Jawabnya

“Luar Biasa Ci, sekarang kita lanjutkan. Terkadang ada kesalahan yang kita lakukan kepada bagian diri kita dan kita tidak menyadarinya...bisa jadi Dada dan Hidung Cici sedang protes. Selama hidup ini mereka telah membantu Cici, gimana kalo sekarang minta bantuannya supaya kembali baik dan minta maaf jika ada kesalahan yang tidak disadari. Caranya gampang. Sentuh bagian yang sakit dengan telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan, dan bicaralah, SEKARANG.”

Ia mengikuti instruksi dan kata-kata yang saya berikan dan memilih untuk berbicara dengan kedua anggota tubuh tersebut dalam hati. “Gimana rasanya Ci?” setelah selesai saya ingin tahu hasilnya.

“Jauh lebih enteng. Hidung ku nggak mampet lagi.” Wah senangnya saya mendengar itu, gede rasa (GR) juga saya, padahal itu hasil komunikasi INTRAPERSONALnya dengan dirinya sendiri dan bukan karena saya..hehehe...

“Ci...sekarang kita kunci kondisi ini dengan berdoa pada Tuhan, ucapkan terimakasih dan minta untuk memberikan kondisi kesehatan ini ketika dibutuhkan.” Kali ini saya tidak memandunya dan membiarkan ia berdoa sendiri karena saya harus menghormati keyakinannya.”

“Ci...istirahat yang cukup ya.”

45 lima menit berlalu, dan saya menyadari bahwa telepon seluler saya menjadi panas dan butuh di Charge baterainya. Terapi melalui telepon yang menyenangkan.

Dan esok harinya saya tanya kondisinya melalui SMS dan ia menyatakan sudah sehat. Senangnya hati saya. Ternyata Multiple Intelligence cocok dengan Hipnoterapi.

Saya pernah membantu seseorang yang perutnya terasa sakit sekali, setelah ia menanyakan, perutnya mengatakan bahwa ia telah tidak adil padanya dan tidak memperhatikan kebutuhan makanan. Setelah meminta maaf, sakit perutnya pun hilang.

Sahabat saya lainnya mengalami sembelit setelah merasakan dua hari tidak BAB (Buang Air Besar). Ia meminta maaf pada perutnya dan dalam hitungan menit, ia saya minta menunggu di toilet dan akhirnya dapat melepaskan “nya”.

Sahabat, lain waktu saya akan membahas bagian lain dari Multiple Intelligence untuk pemberdayaan diri melalui Hipnoterapi.

Sunday, February 21, 2010

Masa lalu bukan Masalah lu!

Kita memang tidak bisa kembali ke masa lalu dan juga tidak bisa mengubahnya sehingga kita bisa terlepas dari masalah-masalah yang terjadi pada diri kita saat itu. Tapi, sahabat, bukan berarti kita tidak bisa memperbaikinya kan?

Sahabat, jika kita ingin berbaik hati pada diri kita, tidak pernah ada masalah-yang ada adalah pelajaran yang berguna. Apa yang terjadi di masa lalu merupakan pelajaran berharga yang bisa jadi tidak didapatkan oleh orang lain. Dan hebatnya kitalah yang mengalami dan mengetahuinya pertama kali. Seperti yang Aristoteles katakan bahwa orang sukses adalah orang yang mengetahui pertama kali.

Tambah lagi, sebuah presuposisi NLP yang sangat bagus yang sampai saat ini saya percaya berhasil membuat saya nyaman dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan menjadi lebih baik.

“Kita tidak bisa mengubah dunia, tetapi kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap dunia ini.”

Jika sahabat pernah merasa bahwa dunia ini kejam, itu adalah karena cara pandang Anda. Yaitu memperbesar masalahnya dan memperkecil hal-hal yang baik tentang dunia. Ya...itu lah formula jitu untuk menjadi depresi...Perbesar yang Buruk dan perkecil yang baik dari setiap kejadian....di jamin Anda langsung stres berat. Dan itu bukan yang direkomendasikan dalam tulisan saya ini.

Seorang teman mengeluhkan perasaannya yang khawatir dengan sesuatu yang tidak begitu jelas kenapa dan jantungnya yang berdegup keras ketika harus berbicara didepan umum. Sebelumnya ia tidak demilkian. Ternyata satu peristiwa yang ia alami membuatnya demikian. Hari itu dalam sebuah acara ketika ia berbicara didepan umum, ia mendapatkan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab dengan segera. Ia melakukan Pause yang cukup panjang yang membuat hadirin tidak sabar. Ia dapat mengingat bagaimana wajah para hadirin berubah seolah tumbuh tanduk dikepala dan taring di giginya. Dan semakin ia mengingat hal tersebut, semakin keringat dingin membasahi tubuhnya dan semakin berdetak kuat jantungnya.

Kemudian apa yang dapat dilakukan?

Sahabat, ia tidak sadar atau mungkin lupa bahwa tidak semua orang yang berpandangan demikian. Paling tidak ia tidak menyadari bahwa ada orang-orang yang tetap dapat menghargainya. Nah ini lah yang akan kita gunakan untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Perbesar yang Baik dan Perkecil yang Buruk.

“Ok Man!” ini bukan sapaan yang kebarat-baratan tetapi nama teman saya ini memang Parman.

“Lo masih bisa mengingat semuanya waktu itu kan?”
“Masih Ndrie, sekarang aja dah mulai gemetar lagi.” Begitu hebat perasaan itu, teringat saja sudah dapat membawanya kembali pada perasaan yang sama waktu itu.

“Ya udah...lo mau ya ikhlasin hal itu pergi...” Saya mengikat kontrak dengannya agar hasilnya lebih mak nyus.

“Tutup mata ya...biar lebih asik...tarik nafas dalam...relaks...bagus...terusin aja...ijinkan diri lo untuk semakin nyaman...bahkan semua kenyamanan dalam hidup lo bisa dirasakan kembali, walaupun gue ga tau apa yang menyebabkan perasaan nyaman itu, yang terpenting gue mau mengajak lo mengalami sesuatu yang baru...bagus...”

“Lo bisa dengerin hitungan gue dan pada angka satu, kembalilah lagi ke waktu itu, ...dan...satu....dan lo ada disini sedang berbicara didepan umum, ada seseorang yang bertanya dan wow...ini pertanyaan yang lo kenal tapi memang lo membutuhkan waktu berpikir untuk menjawabnya...lanjutkan Man...! Wajah orang-orang itu semakin ga sabar dan lo semakin khawatir Man...kalo kekhawatiran lo dah sampai puncaknya lo kasih tau gue ya...pelan-pelan aja”

“Udah Ndrie.”

“Ok, sekarang pause, hentikan gambarnya dan keluar dari tubuh lo, sekarang. Lihat ada beberapa orang yang sebenarnya tetap memandang lo dengan penuh penghargaan...gue juga ga tau mereka duduk dimana, perhatiin lagi dan lo yang lebih tau...dah ketemu?”

“Udah Ndrie.”

“Bagus, untuk orang-orang yang barusan, perjelas warnanya dan jika mereka bersuara, perbesar suaranya. Nah untuk orang-orang yang wajahnya kurang menyenangkan tadi, buat gambarnya jadi hitam-putih dan samar-samar, kalau mereka bersuara, ubah suaranya...yang rada lucu juga boleh. Sudah?”

“Udah Ndrie.”

“Good sebelum lo masuk lagi kedalam tubuh lo, dihitungan ke satu kita puter ulang alias rewind kejadiannya secepat kilat kayak kita lagi puter ulang video favorit lo dan saat rewind gambarnya jadi lucu banget dan suaranya aneh banget...nikmatin aja...tapi hebatnya orang-orang yang menyenangkan tadi gambarnya tetap tenang dan menyenangkan. Siap...3..2...1.....wuss......putar cepat sekarang...”

“ dan Man! Lo masuk kedalam tubuh lo dan kita ulangi dari awal pembicaraan lo sama mereka. Biarkan orang-orang yang kurang menyenangkan tetap hitam putih dan samar serta suara yang tidak jelas dan lucu dan nikmati pandangan orang-orang yang bersahabat dan hangat yang pernuh warna membuat lo menikmati sesi itu.”

Sepertinya Parman menikmati betul sesi itu. Saya menawarkannya jika ia ingin mengulang sesi itu. Sahabat, Parman dapat saja mengulangi sesinya ketika perasaannya belum sepenuhnya membaik.

“Gimana sekarang Man?”

“Menyenangkan Ndrie, dah bener lagi.” Begitu jawabnya, tapi...

“Eits...sebentar...kita check dulu ya...kalo gue menyebutkan nama acara itu...apa masih deg-degan?”

“Dah nggak Ndrie!”

“Bagus, dah lulus..dah pulang sana! hehehe. Masalalu bukan Masalah lu lagi, kan?” Saya menutupnya dengan canda dan membuat hari itu menjadi menyenangkan buat saya karena energi saya bertambah. Alhamdulillah

Saturday, February 20, 2010

Tanyakan "Sang Bijak" dalam Dirimu

Beberapa hari lalu, saya mendapat kunjungan dua orang sahabat yang mengharapkan pemberdayaan diri. Bangga saya dipercaya untuk membantu, padahal seperti yang sahabat ketahui bahwa semuanya bermula dari diri sendiri dan dapat dilakukan sendiri. Ini masih dalam rangkaian Coaching yang pernah saya ceritakan sebelumnya, namun kali ini sahabat saya Kim-Kim membawa rekan kerjanya untuk sekedar berkonsultasi. Intinya sederhana, "Bagaimana menjaga semangatnya."

Setelah melakukan tanya jawab mencari sumberdaya yang dapat digunakan dan sekalian mengetahui tantangan yang ia hadapi dan tentu saja setelah rangkaian terapi dilakukan, saya mengajak dia untuk menemui sang Bijak dalam dirinya untuk sekedar bertanya apa yang harus dilakukan.

Tentu saya membawanya kedalam kondisi hipnosis. Awal yang saya harus lakukan membawa dirinya ke tempat kedamaiannya untuk berjaga jika terjadi abreaksi sehingga saya dengan mudah dapat membawanya kembali untuk menjaga situasinya. Abreaksi sendiri adalah kondisi klien dalam melepaskan emosi negatifnya. Beberapa kali pengalaman klien bisa saja berteriah-teriak hebat, itu mengapa tempat kedamaian dapat mengembalikan situasinya tanpa merusak kondisi hipnosisnya.

Relaksasi Progesif sudah tentu saya lakukan. Walau ada yang berkata ini kurang efektif, beberapa praktik saya lakukan hasilnya sesuai dengan yang saya inginkan. Setelah itu....

"...Dan...tiga...dua...satu...silakan buka pintu dihadapanmu dan melangkahlah keluar, temui orang itu..." Sesaat saya memperhatikan bola matanya sedang mengamati dan mencari sesuatu. "Ya...orang itu ada disana...jika kamu belum menemuinya, silakan melangkah ke kanan atau ke kiri dan pasti dia ada disana..."

Tampak ia melakukannya dan sudah bertemu dengannya. "Katakan pada saya perlahan dan pelan-pelan saja, siapa yang kamu temui?"

"Kim-Kim..." Suaranya berbisik.

"Datangi dia, sapa dan salami dia. Tersenyumlah dan ia akan membalas senyummu dan itu membuatmu menjadi lebih berenergi dari sebelumnya." Lanjut saya. "Tanyakan apa yang harus kamu lakukan menurutnya?"

Mulutnya tampak berkomat-kamit tampak ia sedang bertanya dan kemudian bibirnya tertutup rapat tanda ia sudah berhenti bertanya dan sedang mendengarkan jawabannya. Menetes air matanya dan saya bersiap untuk menghadapi abreaksinya namun memang tidak muncul.

Selesai sesi itu, sahabat saya ini nampak semakin semangat ditambah pelukan dukungan yang diberikan Kim-Kim yang kala itu memang ada disana.

Teknik ini saya gunakan karena setiap orang membuthkan figur otoritas untuk memberikan petuah-petuah bijak. Beberapa teknik membatasi penggunaannya hanya antara klien dan orangtuanya dan antara klien pada saat masih kecil dan klien pada saat dewasa.

Sedikit modifikasi membuat teknik ini menjadi fleksibel dan klien bisa memilih orang yang dapt ia percaya untuk memberikan nasehat.

Pada kesempatan lain, teknik ini pernah saya gunakan untuk goal setting seorang agen asuransi dan ia menjumpai suaminya. Ya ...ia sangat mempercayai suaminya untuk memberikan nasihat-nasihat. Memang pada saat itu suaminya tidak berkata apa-apa selain memberikan sesuatu yang bersinar yang bermakna KEBERANIAN. Kemudian saya meminta orang tersebut untuk menyimpan benda bercahaya tersebut dalam dirinya memalui bagian tubuh yang paling nyaman menyimpannya.

Dan yang lebih menarik lagi adalah ketika seorang sahabat saya yang menemui Tuhannya dan itu membuat saya kaget dan salah tingkah karena sejak kecil saya diajarkan bahwa Tuhan baru bisa dilihat pada saatnya dan bukan didunia ini/

Figur otoritas sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan semangat dan sangat memotivasi atau untuk kesembuhan seseorang.

Esok harinya sahabat saya ini mengatakan hal ini;

"Terima kasih untuk teman2 tersayang untuk hal yg tak terlupakan kemarin.I'm so lucky to have friends like you all.."
@Kim Kim: thanks a lot for everything you have done for me..I know you only want me to success & I really hear you said that when I closed my eyes in the class yesterday (believed or not?) a, siapa yang kamu temui?"

Sunday, February 14, 2010

Therapist atau The Rapist

Terapi berasal dari bahasa Inggris Therapy yang memiliki akar kata Therapeutic yang berasal dari bahasa Yunani Therapeutikos yang artinya adalah penyembuhan penyakit tubuh, mental, dan perilaku. Banyak terapi yang kita kenal hari ini, selain terapi medis kita mengenal banyak terapi alternatif. Hipnoterapi sebagai terapi alternatif sangat baik untuk yang berhubungan dengan mental dan perilaku walaupun tidak menutup kemungkinan untuk penyembuhan tubuh. Karena 70% penyakit tubuh berkaitan dengan pikiran, tetapi hipnoterapi tidak pernah ditujukan untuk menggantikan posisi terapi medis.

Pagi ini saya menonton sebuah acara penyembuhan dan sampai saatnya seorang ibu yang mengeluhkan sekujur tubuhnya kesemutan. Sang terapis menanyakan apakah sang ibu memiliki amalan-amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Sang ibu mengaku tidak memilikinya selain bacaan kitab suci yang ia anggap hal itu biasa saja baginya sebagai orang yang pernah tinggal di sebuah sekolah agama. Sang terapis masih memaksakan pikirannya, “Ibu, jika ibu membaca kitab suci untuk tujuan tertentu bukan karena Tuhan, itu namanya amalan, coba ibu inget-inget lagi.” Sang ibu tetap mengaku tidak melakukannya. “Atau Ibu pernah dikasih oleh seorang guru agama atau apa, coba inget-inget lagi.” Sang ibu makin bingung dan tidak dapat berkata-kata.

Saya melihat bahasa sang terapis berorientasi pada dirinya sendiri sehingga ibu klien tadi tidak memahaminya. Semakin sang ibu tidak memahaminya dan semakin ia bingung. Yang dilakukan terapis ini adalah memaksakan idenya tanpa memperhatikan dan mencari masalah sebenarnya dan ini sangat berbahaya bagi kliennya. Sebagai figur otoritas yang dipercaya peserta terapi, ketika sebagian besar peserta mempercayainya, saya yakin ibu ini pun tak pelak lambat laun akan mempercayainya walau ia tidak menyadari apakah ia memiliki amalan atau tidak. Yang lebih “ngeri” adalah jika konsep amalan ibu tersebut tidak tepat, misalnya jika seseorang melakukan amalan maka ia akan diikuti mahluk tertentu yang hal ini akan membuat sang ibu menjadi tambah khawatir.

Terapi yang saya percayai adalah terapi yang berorientasi pada klien sehingga apa yang dipercayai oleh klien dan kemudian dapat saya gunakan, istilah kerennya utilisasi, untuk kesembuhan klien. Ketika seorang klien percaya bahwa ia pernah hidup ribuan tahun lalu, dan ternyata hal itu juga yang menyebabkan penyakitnya, maka saya akan menggunakannya untuk kesembuhan. Saya adalah seorang muslim yang tidak mempercyai reinkarnasi, dan pada saat yang tepat setelah klien mendapatkan kesembuhan, saya akan mendiskusikan tentang kehidupan masa lalu dari sudut pandang Islam dan mengarahkannya kembali pada akar keyakinan, jika klien saya beragama Islam.

Berorientasi pada Klien membuat kita menjadi Therapist dan berorientasi pada diri sendiri akan menunjukkan kita pada orang-orang bahwa kita adalah The Rapist.

Saturday, February 13, 2010

Verbal Healing (Penyembuhan dengan Kata-kata)

Baru saja pelatihan 4 (Empat) hari tentang Manajemen dan Kepemimpinan usai dan saya tergerak untuk kembali menuliskan pengalaman saya agar manfaatnya dapat digunakan lebih luas. Diantara para kolega fasilitator lainnya, dalam kelas itu, saya berkesempatan berbagi tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dalam kaitannya dengan me-model strategi pemimpin sukses secara kreatif.

Sebagai pemimpin visioner, mereka masih memiliki kendala dalam melihat visi mereka. Ini terjadi karena konsep berpikir mereka adalah SEEING is BELIEVING, artinya mereka harus selalu melihat bukti-bukti terlebih dahulu baru kemudian mempercayai cara-cara menuju sukses yang diajarkan. Padahal sebagai pemimpin visioner mereka dapat melihat lebih jauh dan luas dibanding orang kebanyakan. Mereka dapat membalikkan cara berpikir mereka menjadi BELIEVING is SEEING. Percaya apa yang dilihat dalam gambaran mentalnya dan nanti mereka akan dapat melihatnya sebagai kenyataan.

Lalu apa hubungannya dengan verbal healing? Setelah menunjukkan kepada mereka apa yang menjadi persepsinya akan diproyeksikan dalam kenyataan, seorang peserta bertanya kepada usai saya menyampaikan materi, ”Pak, yang tadi itu beneran ya, ga pake mantra?” Sambil senyum saya menjawab, ”Pak Joko tadi cuma dengar kata-kata saya yang saya ucapkan dengan bahasa yang pak Joko juga pahami kan? Itu hipnosis dan Itu semuanya kekuatan verbal, Pak.”

Verbal sendiri dapat diartikan secara sederhana dengan ”kata-kata yang diucapkan.” Seorang hipnoterapis, pemimpin, mentor, trainer, guru, coach, dan lainnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia wajib terampil dalam hal ini, jika bukan untuk penyembuhan paling tidak untuk berkomunikasi efektif. Saya teringat akan hasil studi yang dilakukan oleh Howard Gardner dari Harvard University yang memetakan kecerdasan manusia, paling tidak ada sembilan, salah satunya adalah kecerdasan berbahasa atau saya menyebutnya berkomunikasi. Ada dua macam komunikasi yaitu internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah bagaimana seseorang dapat menyampaikan dan menerima ide-ide yang di terima maupun disampaikan oleh diri sendiri. Sedangkan komunikasi eksternal adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam dunia terapi, seseorang dapat melakukan terapi sendiri untuk kasus yang sederhana dan dapat dibantu oleh terapis lain jika dibutuhkan. Dalam buku Mozart Effect karya Don Campbell bahkan dinyatakan bahwa suara diri sendiri memiliki kekuatan penyembuhan bagi diri sendiri. Sahabat, pernahkah jari tangan Anda secara tidak sengaja terjepit pintu, jendela, atau lainnya? Dan rasa sakit karena terjepit itu berkurang setelah kita mengeluarkan suara seperti, ”Aduh..., Auw..., Adaow...Ouch...!, dan lainnya.” Suara memiliki frekuensi tertentu. Frekuensi teriakan sakit dialirkan ke pusat rasa sakit dan getarannya mengubah, mengurangi, atau bahkan menghilangkan rasa sakit itu.

Setelah terjatuh, seorang anak menangis dan ini adalah mekanisme penyembuhan otomatis oleh diri sendiri. Frekuensi tangisan anak akan di salurkan kepusat rasa sakit untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakitnya. Yang dapat dilakukan orangtua adalah membantu frekuensi itu mengalir lebih cepat kepusat rasa sakit agar kesembuhan cepat tercapai. ”Di bagian mana sakitnya, Nak? Oh bagian lutut ya? Nah sekarang sambil nangis kamu tiup lututnya ya...sambil bapak ngomong sama lututnya. Maaf ya lutut...sekarang kan sudah minta maaf, jadi sakitnya hilang ya.” Tentu anak akan memperhatikan apa yang dilakukan orang tuanya. Hal ini melatih kecerdasan komunikasi internal pada anak, dan anak akan melakukannya sendiri untuk kesembuhannya jika dibutuhkan lagi.

BAGAIMANA MENGURANGI BAHKAN MENGHILANGKAN RASA SAKIT KEPALA.

Pertama, sadarilah penyebab sakit kepala Anda. Jika memang ada kelainan dengan kepala atau organ bagian dalamnya maka tindakan medis tetap harus dilakukan, karena teknik ini tidak ditujukan untuk menggantikan pengobatan medis.

Ke-dua, Rasakan sakit kepala tersebut dan sadari di bagian mana di kepala letak sakit tersebut berada; kiri, kanan, depan, belakang, atau lainnya.

Ke-tiga, ambil sebuah bentuk yang mewakili rasa sakit itu. Persegi, lingkaran, abstrak, atau lainnya. Jika perlu beri warna.

Ke-empat, lakukan teknik humming, yaitu dengan bersuara ”Hmm....”. Tarik nafas panjang dan saat mengeluarkan nafas, suarakan ”Hmm....” mulut tertutup dan rasakan getaran dari bunyi yang anda produksi sendiri. Ulangi untuk memastikan getarannya sudah dapat dibuat. Baik lah, Anda sudah dapat melakukan humming.

Kelima, ini lah verbalnya, Katakan, ”Wahai sakit kepala, aku ikhlaskan kau untuk pergi dan aku serahkan segala permasalahan ku pada Tuhan.”

Ke-enam, lakukan humming dan hantarkan getarannya menuju pusat sakit kepala. Pada saat getarannya sudah mencapai pusat sakitnya, lihatlah bahwa bentuk yang mewakili rasa sakit itu sedikit demi sedikit hancur oleh getarannya dan warnanya semakin pudar menjadi netral. Keluarkan mereka melalui pernafasan Anda melalui rongga hidung Anda.

Ke-tujuh, ulangi sampai sakit kepala tersebut hilang dari sana. Dan ucapkan, ”Terimakasih kepala, kau telah membantuku untuk mengikhlaskan sakit kepala pergi dan kau akan terus membantuku ketika aku membutuhkannya.”

Sekali lagi bahwa teknik-teknik dalam hipnosis tidaklah seperti yang dituduhkan orang-orang yang belum memahami bahwa hipnosis menggunakan bantuan mahluk lain dan mantra. Hipnosis hanyalah teknik-teknik komunikasi atau penyembuhan secara verbal.

Rangkaian pelatihan 4 (empat) hari telah usai dan kami pun saling mengucapkan selamat karena telah melalui hari-hari tersebut dengan baik dan meninggalkan kenangan.Yang mengesankan bagi saya adalah masih ada seorang Manajer, wanita, yang kami latih mengatakan, ”Awas...jangan tatap mata pak Andrie...”he.he.he.he.”Memangnya kenapa mata saya Bu? Indah ya?”

Sunday, February 7, 2010

TOMBOL PANAS

Hot Button, begitulah istilah bahasa Inggrisnya. Sebetulnya tombolnya tidak benar-benar panas, karena sekali lagi ini hanya istilah. Kamus Merriam-Webster’s 11 Collegiate Dictionary mendefinisikan sebagai

“an emotional and usually controversial issue or concern that triggers immediate intense reaction”

Sengaja saya kutipkan dari kamus bahasa Inggris, biar dikira orang Andrie sedikit-sedikit bisa bahasa Inggris juga..he.he.he.he.

Terjemahan bebasnya kira-kira begini,”Sesuatu yang biasanya kontroversial dan bermuatan emosional yang dapat memicu reaksi (emosional) yang dalam.” Sesuatu disini bisa saja yang dilihat atau didengar yang kemudian dirasakan oleh orang yang menerimanya.

Hot Button ini sering digunakan dalam bidang penjualan. Baik dalam merekrut pelanggan maupun Sales Person nya. Banyak teknik yang dilakukan para Jawara dan manajer penjualan dalam melakukannya. Teknik ini benar-benar seperti menekan sebuah tombol dan mendapatkan yang Anda harapkan, dan yang terpenting, selain penjualan masih banyak lagi fungsi dari Hot Button ini. Salah satunya untuk memotivasi dan membangkitkan kembali semangat yang mulai mengendur.

Saat ini saya sedang melakukan Coaching atas sahabat saya, ia seorang manajer penjualan di sebuah perusahaan asuransi. Sebetulnya, saya yang menawarkan diri. Ia masih terlihat semangat, tetapi beberapa kali ia mengatakan sedang mencari “Mengapa” ia harus tetap ada diperusahaan itu. Ketika ditanya apakah ada perusahaan lain, ia menjawab belum ada perusahaan yang sebagus tempatnya sekarang. Tambahnya lagi, ia meminta saran saya bagaimana berkomunikasi dan menggunakan Hot Button dengan para sales force nya.

Beberapa kali bincang-bincang, sepertinya ia mengharapkan sesi formal hypnotherapy, dan saya belum melihat hal tersebut dibutuhkan dan lagi pula ia membutuhkan teknik yang sederhana yang ia bisa terapkan untuk para sales force nya.

Saya menawarkan Meta Program untuk mencari Hot Button bagi dirinya dan sales force nya. Meta Program adalah sebuah konsep dari NLP dan dalam hypnotherapy saya menggunakannya untuk membangun kedekatan emosional dan memotivasi (tepatnya memprovokasi-he.he.) sahabat-sahabat saya yang membutuhkannya.

Meta Program adalah program pikiran yang secara otomatis menjalankan perilaku atau pola-pola pikiran. Meta Program tidak berbicara tentang sifat dan karakter manusia. Lebih tepatnya Meta Program tidak berbicara “siapa dia” tetapi “apa yang dia lakukan”, ya benar, hal ini berkaitan dengan strategi-strategi yang mendasari perilaku.

Meta Program berubah-ubah berdasarkan konteksnya, dapat di kelola, dan dapat di prediksi. Manusia adalah mahluk yang kompleks, meskipun sahabat suatu saat dengan mudah dapat mengidentifikasi Meta Program dalam diri seseorang, itu tidak berarti bahwa program tersebut akan digunakan selamanya, sekali lagi, bergantung konteksnya.

Sederhananya, silakan perhatikan pilihan-pilihan berikut,

1. Global – Detail
2. Internal –External
3. Self – Others
4. Sameness – Difference
5. Proactive – Reactive
6. Toward – Away From
7. Optional – Procedural

Mereka adalah pasangan-pasangan yang akan kita pilih ketika kita dalam konteks tertentu. Selain yang ditampilkan diatas, masih ada 50-an pasang Meta Program yang dapat di eksplorasi dan digunakan, khususnya berkaitan dengan “Tombol Motivasi”. Yang saya gunakan untuk leader yang saya sebut diatas juga hanya 5 (lima) saja.

Panggil saja namanya Kim. Saya biasa menyapanya, “Halo Kim-Kim!”. Dan sesi coaching pun kami mulai. Tempatnya tidak biasa, disebuah kantin gedung perkantoran di jalan Sudirman Jakarta. Sesi ini memang sesi yang sangat santai sehingga sambil menikmati secangkir kopi pun sesi ini dapat berjalan dengan baik.

“Ndrie, gimana cara saya ngomong ke agen-agen saya ya?” Ini topik sesi kali ini. Beberapa agennya mulai menyedot pikirannya. Mereka butuh Recharge Motivasi. Dari profil sang leader, Kim, tak ada masalah. Ia seorang pemimpin yang sangat bersemangat dan bisa menjadi contoh para agennya. Saya melihat, ini hanya permasalahan komunikasi. Sahabat tentu masih ingat, jika kita ingin meminta orang lain melakukan sesuatu akan lebih mudah jika kita mencontohkannya terlebih dahulu dan berhasil. Bahasa sananya Walk the Talk.

“Ok Kim, seperti yang kamu telah ceritakan ke saya tahun ini kamu harus mencapai target kamu agar dapat menjadi Senior Leader tahun depan, mengapa itu menjadi penting?”

“Lho, kamu lupa ya Ndrie? Kan saya sudah kasih tahu waktu itu.” Jawabnya.

“Gak apa apa kan kalo kamu jawab lagi pertanyaan itu untuk melihat apakah alasannya konsisten?” Saya menegaskan.

“Target itu untuk MEMBUKTIKAN bahwa SAYA mampu melakukannya.” Ia menjawab, matanya terlihat ia sedang memvisualisasikan sesuatu.

“Seberapa penting hal itu buat kamu?”
“Penting Banget!”

Dalam konteks pekerjaan ia beorientasi pada tujuan (Toward) bukan menghindari masalah (Away From)

“Dan bagaimana kamu tahu bahwa kamu telah melakukan pekerjaan dengan baik?”

“Ketika SAYA merasakan kepuasan mengerjakan hal-hal untuk mencapai target SAYA.” Ia menjawab sambil tersenyum, saya mengartikannya ia percaya diri dengan apa yang ia katakan barusan.

“Cuma kamu yang bisa merasakan itu?” Selidik saya lebih dalam.

“Ya.” Jawabnya singkat.

Sumber motivasi bagi pekerjaan yang dijalaninya sekarang adalah INTERNAL. Secara konsisten ia menekankan bahwa manfaatnya akan dirasakan olehnya dan untuknya. Hmmm...jarang saya menemui wanita yang sudah berkeluarga seperti ini. Biasanya mereka berorientasi pada keluarganya. Lalu apakah Kim salah, ya jelas tidak...ini lah yang dimaksud Meta Program dalam konteks pekerjaan ia sangat Internal dalam konteks lain bisa jadi ia Eksternal, dalam memaknai hidup misalnya, ia lebih merasa berarti ketika suaminya bangga terhadap dirinya.

“Ok, kalau yang kamu katakan seperti itu, lalu apa hubungan kamu hari ini dengan kamu setahun lalu, sebelum menjadi seorang leader tentunya?”

“Beda Ndrie, sebelum jadi Leader saya bekerja dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, dan sekarang saya bertanggung jawab untuk membuat agen-agen saya menjadi sukses.”

Faktor Motivasi Kim, adalah Difference. Ia dapat melihat perbedaan konteks sekarang dan sebelumnya dan itu yang sedang ia lakukan.

Dari semua pertanyaan yang saya ajukan, ia menjawabnya dengan penuh kehati-hatian. Ini bukan berarti ia sedang mengarang cerita, karena semua tentang pekerjaannya telah ia ceritakan. Ini dapat berarti sebelum melakukan atau berkata sesuatu, ia selalu memikirkannya. Ini menunjukkan bagaimana ia mengambil keputusan. Dalam konteks pekerjaan sebagai Leader ia REACTIVE, semuanya harus ia pertimbangankan masak-masak. Seseorang yang reactive tidak membiarkan orang lain mengambil keputusan. Harus dirinya yang memutuskan.

Setelah selesai bertanya-tanya saya harus menguji jawaban yang Kim buat, apakah konsisten atau tidak.

“Kim, kalau kamu saya kasih kerjaan yang tidak memiliki TARGET, semua dilakukan sama setiap harinya dan kamu tidak boleh berimprovisasi, semua bergantung pada kepuasan dan keputusan atasan kamu. Penghasilannya lebih besar dari yang sekarang. Kamu mau?”

“NGGAK MAU yang kayak begitu Ndrie. Bukannya sombong ya Ndrie, selama disini sudah banyak yang menawari saya untuk menduduki sebuah posisi dengan penghasilan dan jabatan. Tapi bukan GUE banget...he.h.he.” Ia menjawab disusul tawanya.

Saya lanjut berkata, ”Kim! Dengarkan kata-kata saya dan ini akan membuatmu lebih termotivasi dari pada sebelumnya. Kamu seorang Leader yang luar biasa BERANI yang berorientasi pada TARGET, dan kamu telah membuatnya. Saya yakin kamu bisa mendapatkan TARGET itu (Toward). Kamu selalu tertantang untuk membuat target-target yang BERBEDA setelah kamu mencapai target sebelumnya, dan saya tantang kamu untuk membuat PERBEDAAN (Difference) dibanding tahun sebelumnya, yang nantinya kamu akan dapatkan kepuasan dalam DIRIMU...ya...untuk KAMU (Internal). Saya yakin perasaan senang itu sudah mulai dibangun dan bagaimanapun KAMU yang MEMUTUSKAN (Reactive). Kamu punya banyak cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan (Optional), dan semua itu KAMU yang MEMUTUSKAN...(saya diam...)

Ia tersenyum dan mengucapkan, “Terimakasih Ndrie.” Kemudian melanjutkan, “Terus saya ngomongnya sama agen saya gimana?”

“Ya seperti itu Kim, Meta Program. Ok, sesi berikutnya kita pelajari lebih dalam dan praktek ya...kalau perlu waktu kamu ngomong sama agen kamu, saya ikutan lihat.”

“Nanti dulu dong, saya dulu yang dilatih.” Kami menyudahi sesi itu dan kopi cangkir pun telah habis.

Beberapa menit setelah berpisah, Kim mengirimkan SMS yang isinya menyatakan bahwa ia paling puas dengan sesi ini dibanding sebelumnya. Saya hanya berpikir, Alhamdulillah, sepertinya Meta Program mulai berdampak pada dirinya.

Thursday, February 4, 2010

FUTURE PACING MENGGUNAKAN TIME LINE


Beberapa hari lalu seorang sahabat datang kepada saya meminta saya untuk melakukan coaching atas dirinya. Apa pasal? Ia merasa belum percaya diri jika harus memberikan training dikelas yang lebih besar dengan level peserta yang lebih tinggi dari biasanya serta tempat yang dia sendiri rasa kurang nyaman alias tidak seperti yang biasanya lah. Padahal materi yang akan ia bawakan sudah ia kuasai.

Dua hal yang pertama yang selalu saya tanyakan kepada setiap orang yang meminta coaching adalah

1. Apa yang kamu inginkan?
2. Apa manfaatnya bagimu?

Hal-hal tersebut penting saya tanyakan karena motivasi yang datang dari dalam diri sendiri sering kali mempermudah proses coaching, sehingga bisa dilakukan dengan singkat atau sahabat saya ini tidak perlu bolak-balik, walaupun saat ini ditempat berbeda saya juga sedang dalam menjalankan coaching bagi sahabat yang lain dan ia lebih senang jika harus bolak-balik. Bisa dibayangkan jika satu sesi coaching memakan waktu, tenaga, dan biaya sekian-sekian di kali kan jumlah kunjungan, coach-nya sih happy-happy saja..he.he.

PROSES

Sahabat saya ini di panggil Tuti (bukan nama sebenarnya). “Tut, apa yang kamu rasakan sekarang?”

“Dah mulai gemeteran Mas, padahal sekarang baru hari Rabu, masih 3 hari lagi.”

“Oh..biasa itu sih...gemeteran grogi kan, bukan kedinginan karena AC diruangan ini? Grogi itu malahan bagus lho. Grogi itu memberikan tanda bahwa kamu perlu latihan dan kalo orang grogi sebelum pentas, artinya orang itu ingin menampilkan yang terbaik. Sebaliknya, jika seorang trainer ga pernah grogi, bisa jadi ia terlalu Percaya Diri alias PD dan tidak melakukan persiapan, hasilnya....bisa kamu pikirkan sendiri jika tanpa persiapan.” Saya baru saja melakukan pemaknaan ulang (reframing) akan arti grogi. Setelah ia lebih tenang, saya pun melanjutkan.

“Kalo gitu groginya, dari skala 1 sampai dengan 10, ada di angka berapa?”

Semakin kecil angkanya semakin kecil groginya.

“5 Mas!” Saya pun menggambar sebuah garis horizontal dan kemudian mengatakan padanya, Kamu ada disini hari Rabu.” Sambil membuat garis vertikal pendek dan menandainya dengan kata Rabu dan angka 5.

“Acara kamu hari Sabtu kan?” Ia menjawab, “Betul, Mas.” “Nah sekarang maju ke hari Jum’at...” Kata saya, “Sekarang berapa tingkatan groginya?” Tuti pun menjawab,”Mas, tangan saya tambah dingin nih...sekarang jadi 9.” Begitu saya mengatakan Jum’at, pikirannya merespon dan membuat tubuhnya bergetar dan menjadi lebih dingin. Ini adalah respon yang biasa terjadi dalam terapi. Begitu klien sudah terait secara emosional dalam suatu peristiwa, kita dapat mengenalinya dari respon tubuhnya. Hal ini pula yang meyakinkan saya ia akan mengikuti saran-saran saya.

“Sekarang kita maju lagi sampai hari H nya, Sabtu. Gimana rasanya sekarang? Berapa angkanya?” Dia pun menjawab, “10, Mas!” “Bagus, dan hari ini kamu tidak lagi bisa mundur, lihat saat ini kamu sudah berada di ruang training dengan jumlah peserta lebih dari 200 orang seperti yang dijadwalkan. Lihat sekeliling dan cari orang yang wajahnya ramah dan tersenyumlah pada nya....” Tuti, sepertinya melakukan visualisasi walaupun matanya tetap terbuka sambil melihat garis yang saya buat.

“Dan sekarang saatnya kamu dipanggil dan diperkenalkan sebagai trainer yang akan memberikan materi pagi itu. Maju dan mulai, sekarang.”

“Seperti biasa, perkenalan diri dan lakukan ice breaker seperti yang telah kita latih bersama.” Ice Breaker adalah satu teknik untuk membuat baik trainer maupun pesertanya menjadi nyaman karena baru saling mengenal, intinya memecah kebekuan seperti namanya. Ice breaker yang telah kami latih adalah energy manipulation, yang memiliki prinsip bahwa energi manusia dapat dimunculkan seperti apa yang orang tersebut inginkan. Di lain waktu kita akan membahas hal ini.

“Tut, berapa angkanya sekarang?”

“9, Mas!” Tuti mejawab. Ini berarti sedah terjadi perubahan sikap yang dapat terlihat dari perubahan perilaku yang ia tunjukkan. Wajahnya masih tegang namun tidak setegang beberapa detik sebelumnya.
“Tuti, ice breaker tadi telah kamu rangkai dengan materi intinya sehingga mereka merasa ada kesatuan antara manipulasi energi dengan apa yang kamu sampaikan berikutnya. Dan ketika kamu sampai pada materi yang sebenarnya kamu dapat melihat mereka merespon, beberapa menganggukkan kepala dan beberapa tersenyum sebagai konfirmasi bahwa kamu telah memberi manfaat bagi mereka. Mungkin beberapa masi belum merespon, dan biarkan saja, nanti ada waktunya. Nikmati saja perasaan ini, makin nyaman dan lebih menyenangkan dari sebelumnya. Berapa angkanya sekarang?”

“5, Mas!”

“Bagus..Nikmati terus, dan lanjutkan. Lihat sekarang mereka, para peserta mulai terlibat lebih dalam dengan materi yang kamu sampaikan. Beberapa kali kamu melontarkan joke segar dan mereka menikmatinya.”

“Selesai kamu menyampaikan materi, sekarang saatnya mereka mempraktikkan apa yang kamu baru saja sampaikan. Kamu memanggil dua orang trainer lain sebagai model untuk mencontohkan bagaimana praktiknya berlangsung dan sekarang kamu tidak lagi sendiri didepan, saya yakin sekarang kamu menjadi lebih nyaman. Berapa angkanya sekarang?”

“3, Mas!”

“Bagus, setelah dua teman mencontohkan, kamu menginstruksikan peserta untuk mulai melakukan praktik. Kamu bisa melihat mereka mempraktikkan apa yang kamu ajarkan dan mereka menikmatinya. Berapa angkanya sekarang?”

“2, Mas!”

“Luar Biasa, lanjutkan lagi dan NIKMATI perasaan ini, sisakan grogi yang masih 2 ini sampai akhir acara karena kamu masih harus menampilkan dan memberikan yang terbaik.”

“Sampai pada kesimpulan materi dan tutup trainingnya dengan kepercaayaan diri yang kamu tularkan kepada peserta bahwa mereka telah melakukannya dengan baik dan rasakan kepercayaaan diri mereka ketika mereka bertepuk tangan untuk kamu sebagai rasa terimakasih. Dengan demikian perasaan grogi telah habis dan berganti menjadi kebahagiaan yang nilainya 10, terlebih atasan kamu menyalami kamu tanda senang atas penampilan kamu hari ini serta seorang Leader tuan rumah yang mengundang mu yang juga menyalami mu seraya senyum dan mengucapkan terimakasih. Apakah kebahagiaan kamu bernilai 10, sekarang?”

“Iya, Mas!”

“Baik...kita ulangi, kamu ada di hari Rabu...”

“Sahabat pembaca, sudah ada perubahan sikap pada Tuti namun ini belum cukup dan harus dipastikan (baca: latih) sekali lagi. Saya memintanya untuk memegan pulpen yang tadi saya gunakan untuk mengikuti garis yang telah saya buat. Saya memintanya untuk mengulangi perasaan dan visualisasinya sekali lagi dengan panduan dari saya sama seperti yang saya lakukan diatas. Terlihat dari wajah dan tangannya ia telah masuk kembali dalam suasana itu.

Setelah ia mencapai perasaan bahagia yang bernilai 10, saya minta untuk mempertahankannya beberapa saat. Kemudian mengikatnya dengan anchor agar dapat ia panggil lagi saat ia membutuhkannya.

Sahabat, You are what You are thinking You are. Anda adalah orang yang mampu mengendalikan perasaan sesuai yang Anda butuhkan. Pilihlah sebuah perasaan yang baik, pikirkan, rasakan kembali, dan Anda benar-benar akan mendapatkannya.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para trainer dan agen-agen asuransi yang pernah saya kenal dan bersama-sama melakukan transformasi pikirannya yang LUAR BIASA.