Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, March 27, 2010

Pheromone...Attractant...(Manipulasi Olfactory dari Sebel jadi Senang Betul)

Pagi-pagi bincang-bincang tentang training mendatang di Lampung, seorang sahabat bertanya apa itu hypnosis dan masih belum memahami benar tentang ini, katanya. Sebagai praktisi saya bertanggung jawab atas pemahaman orang-orang sekitar tentang hypnosis ini sendiri, salah-salah mereka takut dan tidak mau dekat-dekat saya...hehehe...Bahkan suatu hari seorang sahabat yang sudah merasakan efek hypnosis tetap tidak mau mengalami hypnosis kalau harus memejamkan mata, ia takut kalau semua rahasianya terkuak. Lho...memangnya hypnosis bisa melakukan itu kecuali dalam acara hiburan? Ah...hypnosis tidak seperti itu...jika memang bisa..akan mudah sekali membongkar rahasia koruptor..hehee..

Kembali ke sahabat saya tadi. Ketika ditanya kegiatan yang membuat ia benar-benar fokus, ia menjawab yaitu ketika ia mendengarkan musik di kamarnya. Dan itulah hypnosis, ketika mendengarkan musik imajinasinya terbawa alunan musik dan lirik lagunya. Konsentrasi yang teramat sangat terkadang dapat mengabaikan gangguan-gangguan disekitarnya seolah ia tidak sadar sedang terjadi sesuatu diluar sana namun tentu ia tetap waspada jika sesuatu yang berbahaya terjadi. Misalnya ketika seseorang berteriak, "kebakaran...!" dan pikirannya akan otomatis mengembalikan pada mode penyelamatan diri. Saya katakan padanya bahwa itu adalah hypnosis, ia pun setuju dan mulai memahaminya.

Kemudian saya katakan lagi padanya, “Ada lagi yang lebih canggih, Bro!” Sahabat, ketika kita telah berhasil meyakinkan satu hal, maka ia siap dan membuka hatinya untuk menerima hal lain sebagai keyakinan, yang terpenting tidak melanggar norma Agamanya, Keamanannya, dan masih dapat ditangkap akalnya. Ini merupakan ilmu komunikasi yang saya bagi dalam kelas penjualan asuransi.

“Apa Ndrie?” Tuh kan, saya bilang juga apa, dia sudah siap menerima hal lain. Sebelum sampai pada pembicaraan hypnosis, kami berbicara tentang Pheromone. Apa itu?

Awalnya Pheromone adalah kimia yang diproduksi oleh seekor hewan untuk memberikan rangsangan pada hewan sejenis. Hewan-hewan sejenis dapat mencium baunya sehingga memberikan stimulus dilakukannya perilaku yang diharapkan si penyebar pheromone. Pada hewan, tentu hal ini untuk urusan reproduksi. Pada manusia? Beberapa produk parfum pria mengiklankan dirinya seolah-olah produk tersebut mengandung Pheromone yang menyebabkan perilaku wanita disekitarnya menjadi diluar “kendali”. Tentu salah satunya Anda tahu produk yang mana.

Penemuan-penemuan dari riset tentang Pheromone yang di publikasikan secara luas membuat banyak pria percaya bau-bauan yang dikeluarkan dari keringat pria dapat menarik wanita secara seksual.

Indera penciuman wanita sangat sensitif, beberapa studi tentang ini menyatakan hampir serupa bahwa penciuman wanita sepuluh kali lebih kuat dari pria. Hal ini juga berlaku terhadap pheromone ketika mereka sedang dalam masa ovulasi. Ovulasi adalah proses pelepasan telur yang telah matang dari dalam rahim menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Dokter kandungan istri saya mengataka masa ini berada pada 10 hari setelah dan sebelum menstruasi walaupun ada pendapat lain yang mengatakan 14 hari sebelum dan 16 hari sesudah menstruasi. Ah..sama saja saya kira dengan yang dikatakan dokter kandungan tadi...hehe..Terimakasih Dok.

Beberapa kali sebelum membuat tulisan ini, saya melakukan obeservasi pada teman-teman wanita saya, ups...maksudnya teman-teman saya yang berkelamin wanita..hehehe..(Does it make any difference, gak sih?hehe), dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini, Bau pria yang seperti apa yang disukai? Ketika melihat pria berkeringat, apakah ada perasaan senang? Atau setelah membaui keringatnya? Beberapa teman saya mengatakan bahwa mereka menyukai bau keringat saat seorang pria masih segar, misalnya pagi-pagi selesai mandi dan pria tersebut melakukan aktifitas yang membuatnya berkeringat, dan tidak menyukai bau keringat saat pria sudah seharian bekerja.

Saat masih segar, pria mengeluarkan Androstenol dalam keringatnya dan ketika sudah seharian bekerja pria mengeluarkan Androstenone. Androstenol dapat menarik wanita dan tidak dengan Androstenone yang mengeluarkan bau yang tidak nyaman bagi yang membauinya, silakan cek kembali penciuman Anda sekarang, bau keringat pria pada saat apa yang menyenangkan dan yang tidak mengenakkan. Namun wanita yang sedang dalam masa ovulasi, wanita dapat mentoleransi Androstenone yang baunya tidak enak ini. Saya belum melakukan observasi apakah ini berlaku untuk wanita terhadap semua pria atau hanya pria yang dicintainya saja. Saya masih berasumsi yang kedua.

Nah..Lho..sekarang kita sudah terlalu jauh membahas tentang sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran biokimia, tapi tak apa lah...toh hal ini juga bermanfaat lho...

Kapan? Pada saat seseorang telah memahami dan percaya konsep ini dan membutuhkan bantuan untuk memperbaiki perasaannya. Hal ini juga yang terjadi pada sahabat saya yang saya ceritakan diatas yang masih penasaran dengan hypnosis.

“Nah..kita sudah sama-sama percaya bahwa Hypnosis hanya perkara komunikasi dan kamu mengijinkan agar saya dapat berkomunikasi dengan dirimu sepenuhnya. Kamu bisa saja menolaknya jika hal ini berdampak negatif pada dirimu tapi percaya saja apa yang saya lakukan untuk menunjukan bahwa ketika seseorang berada dalam kondisi hypnosis sebenarnya yang terjadi adalah kamu yang melakukan hypnosis itu sendiri dan saya hanya membantu untuk memandunya. Ketika ini berhasil, ini adalah karena Kamu dapat melakukan hal ini dengan baik dan berhasil...karena Kamu...” Begitu kata saya kepadanya.

“Sekarang, ada orang-orang yang kamu sukai, tidak kamu sukai, dan yang biasa-biasa saja, betul?” Tanya saya.

“Yes Ndrie.” Ia menjawab.

“Lihat (baca: Bayangkan) lagi orang yang biasa-biasa saja menurutmu. Sudah? Sampai terlihat jelas semuanya, warna kulitnya, matanya, rambutnya, dan letak semua anggota tubuhnya sesuai yang pernah kamu lihat. Sudah?” Lanjut saya.

“Sudah Ndrie.” Jawabnya lagi.

“Bagus...sekarang semprotkan Pheromone pada tubuhnya, saya juga tidak tahu dari mana Pheromone itu dan dibagian tubuh mana yang kamu semprotkan. Sudah?” Perintah saya.

“Sudah.”

“Sekarang bagaimana perasaan kamu terhadap orang itu?”

“Suka Ndrie, bukan cinta ya...tapi suka aja.” Ia memberikan klarifikasi.

“Ya gak pa pa, kan cinta berawal dari suka..hehehe..” Saya meledeknya.

Setelah beberapa break the state saya memulai lagi. “Sekarang kamu pilih orang yang kamu rasa nyebelin banget dan sebetulnya bukan keinginan kamu untuk tidak menyukainya. Saya lagi-lagi tidak tahu mengapa kamu tidak menyukainya tapi ya pilih saja dan kamu sangat ingin memiliki perasaan yang baik padanya tetapi kamu belum bisa melakukannya. Saya Bantu!”

“Ok Ndrie! Tapi tunggu...kan Pheromone lama-lama bisa hilang aromanya?” Katanya.

“Lho kamukan bisa menyemprotkan kapan pun ketika kamu membutuhkannya, iya kan?” Jawab saya.

Saya memberikan teknik ini dan dia dapat melakukan semprotan Pheromone ini kapanpun ia menginginkan perasaan baik ini muncul kembali.

“Sekarang, gimana perasaan kamu sama orang itu?” Tanya saya.

“Saya jadi suka.” Katanya lagi.

“Wah, itu mah Sebel sama dengan Seneng Betul.” Saya berseloroh.

Sahabat, pikiran kita diproses dalam otak kita melalui penginderaan panca Indera kita; Penglihatan (Visual), Pendengaran (Auditory), Rasa/Sentuhan (Kinesthetic), Pengecapan (Gustatory), dan Penciuman (Olfactory). Seringkali dalam memotivasi, praktisi memanipulasi (Baca: menggunakan) indera Pengelihatan, Pendengaran, dan Sentuhan saja. Dengan teknik komunikasi tertentu dan pemahaman yang baik, indera penciuman dan pengecapan dapat pula diandalkan.

Menutup perjumpaan kita kali ini, bagi Anda yang telah menikah, pesta pernikahan bagi kebanyakan orang adalah momen yang sangat menyenangkan. Jika Anda ingin kembali pada sensasi ini, Silakan Baui aroma parfum atau rangkaian bunga yang Anda dan pasangan gunakan saat itu, Sekarang! Lebih hebat lagi, baui kembali aroma tubuh pasangan Anda saat malam pertama, Sekarang...dan silakan Anda baui lagi aroma-aroma lain setelah itu...hehehe...Bagaimana perasaan Anda sekarang? Anda tidak perlu memberi tahukan pada saya karena saya juga tidak ingin tahu...hehehe...

Sunday, March 14, 2010

Setiap Hari Mungkin Ada Masalah, Yang Terpenting Tahu Cara Menikmatinya.

Diiringi musik yang membangkitkan dari Kenny G, That Champion’s Theme, tangan saya tergerak untuk menuliskan lagi pengalaman menarik dan saat itu saya tahu orang yang ada di samping saya telah menjadi pemenang atas situasinya.

Ia adalah Istri saya yang kala itu kami baru pulang dari suatu kunjungan. Dalam perjalanan kami, ia menuturkan apa yang ia rasakan. Dua hari sebelumnya, dalam keluarga besar saya diadakan pertemuan keluarga untuk sebuah pembahasan. Dalam pembahasan itu lah terdapat beberapa kalimat yang di lontarkan anggota keluarga yang “menyentuh” perasaan kami.

Sebagai praktisi hipnoterapi dengan mudah saya memilih dan membuang informasi yang tidak saya perlukan untuk melindungi perasaan saya, namun dalam perjalanan kala itu Istri saya kembali menceritakan kejadiannya secara urut dan dari bahasa tubuhnya terlihat ia kembali meng-asosiasikan dirinya pada situasi yang ia anggap sebagai masalah. Dan saya tahu...dalam perjalanan ini saya tidak akan membiarkannya meluapkan semuanya karena bisa-bisa saya pun terbawa situasinya dan tidak berkonsentrasi pada perjalanan yang seharusnya.

-Perceptual Position-

Sebagai suami, emosi saya sangat terkait dengan Istri saya. Tentu saja...dan situasi seperti ini tidak dapat saya lakukan untuk memotivasi...lha wong saya terasosiasi dengan Istri. Jika Istri saya membutuhkan motivasi, ya tentu saja saya juga. Saya menarik diri saya dan mengubah posisi saya sebagai orang lain yang benar-benar terlepas dari masalahnya. Dan ini juga yang saya ajarkan pada Istri saya.

“Kalau kamu terasosiasi sama masalahnya, jelas kamu akan terdisosiasi dengan jawaban untuk mengatasi masalah tersebut.”

Terasosiasi artinya Istri saya benar-benar kembali pada perasaan saat kejadian yang tidak mengenakkan dirinya terjadi. Ia dapat membayangkan kembali dengan jelas disekitarnya ada orang-orang yang terkait. Suara-suara pun dapat ia dengarkan kembali, baik suara disekeliling maupun suara orang-orang dan perkataan yang membuat perasaannya “tersentuh”. Ia tidak dapat melihat dirinya sendiri kecuali seperti apa yang terlihat sebagai orang pertama. Berbeda dengan terdisosiasi, ia dapat melihat dirinya sedang duduk dikejauhan. Ya dari ujung kepala sampai kaki dan bahkan ia dapat melihat wajahnya sendiri yang merespon setiap perkataan yang ia dengar.

“Kamu tentu juga tahu bahwa ketika seseorang mengatakan sesuatu, tentu didasari peta internalnya masing-masing alias sesuai pengalaman dan pemahaman dirinya sendiri dan bisa saja salah paham terjadi.”

“Tapi Mas, kita punya prinsip walk the talk. Dan kata-kata itu nggak banget...deh. Itu yang bikin aku kepikiran terus.” Begitu kata Istriku yang masih terasosiasi dengan masalahnya.

“Ya...itu terserah kamu...kalau kamu masih pingin menyimpan perasaan ini dan kalau kamu merasa nyaman dengannya...simpan saja...atau kamu mau aku bantu untuk menikmatinya?” Saya diam sejenak menunggu sambil berpikir, “Aku suamimu...mana mungkin diam saja dan membiarkan kamu memilih...salah pilih bisa gawat...ah tapi aku kan sekarang dalam posisi motivator...biarin aja dulu deh biar kamu mikir...”

Tak lama ia berkata,”Gimana caranya?”

“Nah ini dia.” Pikir saya

“Istriku, masih ingat yang aku katakan tadi? Ketika kamu terasosiasi dengan masalahnya dan terdisosiasi dengan kebahagian yang kamu miliki selama ini...itu akan membuat mu depresi.”

“sekarang lihat lagi kejadian itu dan ganti posisi kamu menjadi orang ketiga. Kamu bisa melihat dirimu sendiri sedang mendengarkan perkataan itu lagi. Bisa?”

“Bisa Mas.”

“Gimana rasanya? Masih sama atau lebih baik?”

“Lebih Baik Mas.”

“Nah ini yang kita sebut perceptual position untuk terdisosiasi dari masalahnya dan masih ada yang lebih hebat lagi.”

-Pengalaman Memiliki Struktur-

Setiap mengalami sesuatu baik yang menyenangkan ataupun tidak, panca indera kita bekerja dengan sangat baik untuk membuat kode-kode informasi yang memudahkan kita untuk mengakses kembali informasi yang kita inginkan. Istri saya dapat mengingat betul urutan kejadian serta sensasi yang diterima panca inderanya saat itu. Visual (apa yang dilihatnya), Auditory (yang didengar), Kinesthetic (perasaannya kala itu), Olfactory (wangi makanan yang ada disekitar kami), dan Gustatory (rasa makanan yang masih terkecap saat itu). Dengan mengubah strukturnya, dirinya akan merasakan pengalaman yang berbeda.

“Sekarang seperti sedang menonton sebuah video dengan cepat kamu memutar mundur film mental ini dan kamu tahu yang terjadi gerakan orang-orang yang kamu lihat menjadi terbalik dan suaranya gak karuan...gak jelas...lucu...aneh...kamu gak bisa menangkap pesannya...kan prinsip kita hanya bisa mendengar yang Walk The Talk. Bisa? Sekarang!”
Dengan sungguh-sungguh ia melakukannya dengan mengakses segala informasi yang ia ingin ubah strukturnya, terlihat dari gerakan matanya yang begitu cepat berganti-ganti arah.

“Sekarang dengan cepat Fast Forward...volume suaranya kecilin terus gedein terus kecilin terus...lihat siapa yang lagi ngomong dan mukanya lucu banget kalo dicepetin gitu..hehehe...”

“Putar mundur cepat...lagi...sekarang...” Saya makin semangat karena Istri saya sudah terlihat senyum-senyum dan sampai akhirnya...

“Udah Mas...Udah cukup.” Senyumnya lebar.

“Beneran udah? Aku tes ya...bagaimana perasaan kamu kalau aku ucapin kalimat yang tadi?” Kemudian saya mengucapkan kalimat dan meminta melihat kembali orang yang membuatnya “tersentuh”

”Dah biasa aja...”

“Wah bagus...motivasi selesai...Kamu tentu sadar bahwa manusia setiap hari bisa saja ada masalah, yang terpenting kita tahu cara menikmatinya”

“Terimakasih Mas.”

“Tenang Istriku...untuk kamu sampai saat ini tarifnya masih gratis.”

“He..he.he.he.”

Saturday, March 6, 2010

KEMBALILAH PADA SENYUM 2008

Siapa bilang kita tidak bisa kembali kemasa lalu? Siapa bilang tidak bisa memperbaiki masa lalu? Dan siapa bilang masa lalu tidak bisa memperbaiki masa kini? Sahabat saya yang satu ini sudah membuktikannya.

Lia menginginkan untuk bertemu saya, sahabatnya yang menghubungi saya agar dapat menemui Lia. Sahabatnya ini memberitahu saya bahwa Lia sepertinya butuh pertolongan. Tiba waktunya saya bertemu Lia dan memang ia tidak terlihat seperti biasanya walaupun saat bertemu ia menyapa saya tetap dengan gaya biasanya, namun warna, rona, dan garis wajahnya menceritakan sesuatu yang lain kepada saya. Ya..sepertinya ia dalam masalah.

Saya berjanji pada sahabatnya Lia yang juga sahabat saya itu bahwa kami hanya ngobrol-ngobrol saja dan tidak ada sesi terapi karena tempat pertemuan kami berada diruang publik, yang setiap orang dapat memperhatikan kami. Bisa-bisa dikira Uya Kuya sedang Show…hehehehe…

Kami memang ngobrol-ngobrol santai karena sudah lama memang tidak berbincang-bincang dengan Lia.

Diakhir waktu, sahabatnya mendorong Lia untuk menceritakan masalahnya. “Lho…” Dalam pikiran saya berbicara sendiri “Tadi janjinyakan ga ada yang bermasalah disini…ya udah deh…terlanjur Lia sudah mulai membicarakan masalahnya..terima aja..hehehehe…”

Lia baru saja mengalami masalah dalam hubungannya dengan seorang pria. Ia mengaku memiliki belief yang kurang baik terhadap pria dalam konteks hubungan cinta. Memang dia masih tidak mau menceritakan belief apa yang sebenarnya ia anut. Sampai ketika ia berusia 26 tahun, dengan dorongan teman sekantornya untuk membangun sebuah hubungan hati dengan seorang pria. Dan benar..hanya seumur jagung, Tiga Bulan setelah memulai, ia pun memutuskan hubungan itu. Dan ia mengatakan pada teman pendorongnya itu, “Tuh kan…gue bilang juga apa…gak akan berhasil deh…”

Nah itu dia yang saya tangkap, bahwa ia menjalin hubungan hanya untuk memperkuat beliefnya terhadap pria. Dari bicaranya jelas ia merasa tertekan atas kejadian itu dan sampai saat itu, saat ketika ia bercerita pada saya. Ini membuat ia sungkan untuk dating kekantornya untuk mengurus kepentingan timnya. “Lho…kok bisa begitu?” Tanya saya. Jawabannya, “Pria itu temen kantor gue, Ndrie…”…nah ketahuan lagi deh…

Untuk melakukan terapi formal perubahan mindset sepertinya akan memakan waktu dan menarik perhatian banyak orang. Berpikir…Berpikir…Berpikir…”Tring” beberapa Handphone (HP) berserakan di atas meja…Collapsing Anchor menggunakan Handphone…sejurus kemudian tanpa menarik perhatian Lia saya coba menggunakan beberapa HP tersebut, tapi saya urungkan ketika perasaan saya mengatakan masih ada cara yang lebih asik. Ya..itu dia…tangannya Lia sendiri.

“Lia, pinjam telapak tangannya…kalau ada dua telapak tangan yang kiri dan yang kanan, mana yang merepresentasikan sesuatu yang baik dan yang kurang baik?”

Lia menjawab kanan lebih baik dari kiri.

“Lia kalau lo berpikir bahwa semua pria sama, berarti gue juga sama seperti mereka?”

“Bisa jadi Ndrie!”

“Waduh!” Pikir saya. Seharusnya saya dalam posisi yang netral dan dapat dipercaya.
“Tapi Ndrie, temen-temen gue banyakan cowok kok…tapi ya itu…gak ada yang gue percaya untuk dijadiin pasangan. Pernah beberapa kali adayang mencoba dan gue marah banget sama orang itu.”

Wow ok! Saya kan temennya berarti saya sudah menjadi netral dan melanjutkan, “Lia setelah kita lakukan hal yang menarik ini, lo akan menggeser sedikit belief lo bahwa ada juga kok cowok yang ok untuk dijadikan pasangan. Yang pasti bukan gue, sorry gue dah punya pasangan yang baik, hahahaha”

“Lia…lihat telapak kiri lo dan lihat mantan cowok lo ada di sana.” Lia memang jago untuk masuk kondisi hipnosis, sebentar saja ia sudah sesenggukan saya dan sahabatnya saling lihat-lihatan dan khawatir akan pandangan orang disekitar. Tapi tanggung sudah nangis…ya di amplify saja.

“Bagus Lia, lipatgandakan perasaan itu, kalo sudah sampai puncaknya kasih tau gue.”

Lia melakukannya dengan baik sesaat kemudian ia mengangguk tanda perasaannya sudah sampai puncaknya.

“Ok Lia tarik nafas panjang dan dalam dan lebih tenang sekarang. Eh…jam berapa lo harus pulang? (saya melakukan break the state).”

“Lia sekarang pilih satu temen lo yang cowok yang baik menurut lo, kalo udah lihat dia di telapak kanan lo….” Prosesnya sama seperti sebelumnya, saya memintanya untuk melipat gandakan perasaan baiknya itu. Setelah break the state saya memintanya melihat telapak tangan kirinya dan kebali ia masuk kedalam state sesenggukan..hehehe.. dan dengan cepat saya minta ia melihat telapak kanannya, ia kembali menjadi lebih tenang. Ok..Anchornya sudah bekerja.

“Lia, sekarang perlahan gosok telapak kanan diatas telapa kiri, perlahan saja dan perhatikan yang terjadi dan lo tau di kiri ada apa dan dikanan ada apa dan begitu itu tercampur, lepaskan perasaan itu menjadi satu dan itu membuat lo mendapatkan manfaat dari sesi ini untuk berani menghadapinya karena ia sudah menjadi netral untuk lo dan lo siap memulai dengan pria baik yang sudah menunggu diluar sana. Ingat Lia, ketika hal ini terjadi, berarti Tuahan masih saying karena Dia telah menunjukan bahwa Pria itu tidak pantas untuk menjadu pasangan lo dan masih ada pria lain yang labih baik dan pantas buat lo.”

Lia sambil mendengarkan kata-kata saya ia merasakan apa yang sedang terjadi dan…

“Ok..selesai…!”

Setelah kembali ke breaking the state, saya memintanya untuk melihat telapa kirinya dan ia mengatakan sudah netral. Saya minta ia mengingat nama mantan pasangannya itu dan ia katakana sudah OK!

Wah bagus sekali…Inilah kedahsyatan NLP yang sudah dicampur-campur dengan sugesti sederhana…saya tidak perlu susah payah untuk meyakinkan orang lain.

“Lia kalau sudah begini, kita harus kunci perasaan ini dengan sesuatu yang membahagiakan. Apa yang paling membuat lo tersenyum bahagia?”

Lia terlihat menarik kembali ingatannya dan…”Ya..Ndrie..tahu 2008 gue bareng temen-temen gue dan bahagia banget waktu itu bahkan gue bisa tertawa lepas.”

Dan terlihat dia telah kembali ke tahun 2008. “Ok Lia, setiap lo membutuhkan suasana ini…panggil lagi aja KEMBALILAH PADA SENYUM 2008”

Sabar dengan Menanam Jagung

Ada apa dengan menanam jagung? Sahabat…, prinsip hidup saya adalah belajar dari apa dan siapa saja, karena dengan ini saya yakin akan mempercepat apa yang saya inginkan. Mendapatkan keberhasilan serupa dengan model kesuksesan yang saya miliki dan menghindari kesalahan yang sama dengan pengalaman orang lain dimasa lalu. Kelihatan, kan keuntungannya? Keberhasilannya saya dapat, dan kegagalan yang mampu saya hindari. Enak toh?

Judul diatas ada kaitannya dengan seorang pemimpin unit sebuah perusahaan asuransi yang sedang saya Coach. Sebut saja Ira. Ia meminta jadwal pertemuan khusus untuk membicarakan sesuatu yang sebelumnya saya tidak tahu apa. Sampai akhirnya kami bertemu dan ia masih belum menyebutkan apa yang ingin dibicarakan. Bingung saya saat itu dan tetap menjaga image tenang (sok tenang..hehehe…). Pun dia kemudian memberitahu ada “sedikit” masalah, jika tidak mau disebut banyak.

Leadership…ya..itu yang sedang ia hadapi. Pertama, ia memiliki seorang agen yang usianya jauh lebih tua dan orang ini ia rasakan sangat menyedot energi fisik dan pikirannya. Setiap kali ingin menemui calon nasabahnya, orang ini selalu meminta Ira untuk menemaninya dan hampir semua penutupan penjualan, Ira lah yang melakukan untuk orang ini. Hmmm…What a nice leader! “Apa nggak capek, Ra?” Saya Tanya dan ia menjawab hal ini jelas melelahkannya maka dari itu ia meminta pertemuan khusus untuk mendiskusikannya. Itu belum cukup…satu kali pernah Ira menolak untuk menemani agennya ini dan yang Ira dapatkan pernyataan yang membuat dirinya tertekan. Coba Anda dengar ini dan posisikan diri Anda sebagai Ira. “Ra, kok kamu tidak pernah ada setiap kali saya membutuhkan kamu, sih?” Begitu kata-kata orang tersebut yang membuat Ira kembali merasakan tekanan itu kembali yang saya dapat lihat dari wajahnya dan terdengar dari getaran suaranya.

Masih ada lagi. Satu orang lagi agennya yang lain yang memang masih membutuhkan mentoring dan coaching dari Ira sebagai leadernya. Ira adalah orang yang memiliki prinsip cepat-tepat-profesional. Pada saat menemani agennya ini, Ira melihat agennya tidak sensitif terhadap ketersediaan waktu calon kliennya yang sangat sibuk hari itu. Dengan sigap ia mengambil alih peran agennya untuk menjelaskan calon klien itu dengan cepat dan tepat. Dalam pertemuannya dengan saya, Ira bertanya, “Apa saya salah dengan melakukan itu, Ndrie?” Dari nada bicaranya saya menangkap ia benar-benar ingin diberitahu benar atau salah, dan bukan sekedar meminta diberi afirmasi positif bahwa dia benar. Sekali lagi, What a nice leader!

Giliran waktu saya menjawab dengan melakukan pembingkaian ulang setiap kejadian (Reframing) dengan mengatakan Ia benar dan kedua agennya juga benar.

“Ra, Kamu benar dan Agen pertama dan kedua tadi juga benar. Yang pertama menganggap dengan kehadiran kamu, itu membuat peluang penutupan penjualan menjadi lebih besar dan itu bermanfaat buat dirinya, kan? Dan saat menemaninya kamu juga punya keinginan agar dia memodel cara kamu sehingga dikemudian hari kamu tetap dapat fokus pada yang lainnya kan? Jika seperti ini pertanyaannya adalah apa yang kamu inginkan atas dirinya?”

“Dia marah pada saya Ndrie. Gimana sekarang? Tanyanya.

“Lho…kalau dia marah…itu biasa, yang tidak biasa adalah jika kamu sebagai leadernya ikutan sakit menghadapi ini padahal masih ada yang lain yang harus dikerjakan. Saat ini kamu sedang mengasosiasikan diri kamu dengan “masalah” itu dan dan kamu kembali merasakan tekanan itu. Ayo…sekarang lihat lagi tapi posisi kamu ada diluar dan lihat kamu sedang berada diwaktu itu dan memberikan penjelasan mengapa tidak selamanya kamu bisa menemaninya. Lihat lagi cara kamu mengkomunikasikan hal itu. Sudah benar, kan? Dan dengan cara disosiasi ini kamu dapat lebih tenang memikirkannya dan berikan agenmu itu kesempatan untuk berpikir.”

“Nah…untuk kasus agen kedua, kamu benar dan agenmu juga benar. Waktu kamu ambil alih, kamu menginginkan penjualan terjadi dan agenmu tentu mendapatkan incomenya dan itu juga yang selalu kamu pikirkan sebagai tanggungjawabmu untuk memastikan agen-agenmu sejahtera, kan? Dia juga benar, dia ingin sekali memodel kamu dan kehadiran kamu disana mungkin malah membuatnya jadi ragu untuk mengeluarkan “jurus-jurus” kamu karena pemiliknya sedang memperhatikan dan bahkan mungkin sambil mengevaluasi. Kehati-hatiannya adalah cara dan prosesnya belajar, kan? Mana yang kamu lebih pentingkan, kesejahteraannya atau hasil pembelajarannya menjadi agen tangguh? Jika pilihanmu yang kedua, akan lebih baik jika kamu membiarkannya menyelesaikan prosesnya dan kalian dapat mendiskusikannya diakhirnya.”

“Ndrie…berarti saya salah ya…? Ndrie Please..kamu marah aja kalau memang harus marah. Kamu selalu membungkus pesan dengan kata-kata yang positif…tapi kamu gak pa pa marahin saya.”

“Ra…Energi yang digunakan untuk marah lebih besar dari pada energi yang digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang baik. Kan, saya gak mau ikut-ikutan tertekan atau depresi seperti sebelum kamu menceritakan ini, hehehe... Masih ingat Resep depresi yang ampuh?

Mengasosiasi diri terhadap Masalah + Disosiasi terhadap kebahagiaan (sumberdaya) = Stress Berat

Dan dengan mengucapkan kata-kata yang baik malah menambah energi saya. Bahkan dengan mendengarkan cerita tentang bagaimana jagung ditanampun, kamu bisa mengambil pelajaran yang baik.

Sahabat…metafora menanam jagung ini beberapa kali digunakan Milton. H Erickson untuk memberikan pemahaman atas apa yang terjadi dan memperbaikinya.

“Ra, kamu tahu bagaimana jagung tumbuh dan apa manfaatnya setelah dipanen. Kamu dapat memanfaatkannya dengan membuat jagung itu menjadi aneka makanan yang dapat dinikmati. Sebelum jagung ditanam tentu lahannya harus DIPERSIAPKAN, tanah dicangkul agar menjadi lebih gembur dan dapat mengangkat nutrisi yang terletak dibagian bawah ke permukaan yang nantinya sangat bermanfaat bagi bibit jagung yang sudah diPILIH. Bibit PILIHAN pun diTANAM dengan sangat hati-hati dalam barisan yang telah diperHITUNGkan agar tumbuh sesuai keinginan penanam. Letak bibit yang satu dengan yang lain dipastikan memiliki jarak yang cukup agar masing-masing mendapatkan NUTRISI yang cukup dari tanah yang sudah dipersiapkan dan ini diyakini akan mempermudah penanamnya dan tidak menghabiskan ENERGInya dikemudian hari. Setelah itu…” Belum saya selesai kalimat selanjutnya, Ira berbicara.

“Sebentar Ndrie, apa hubungannya jagung sama masalah saya?”

“Ra, tidak mengapa kamu belum melihat hubungannya, dan tidak mengapa kamu dapat memanfaatkan cerita ini dan saya hanya mau bercerita sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi kamu. Saya juga tidak tahu apa yang kamu pikirkan sekarang, jika kamu sekarang bingung, itu malah baik karena itu atinya kamu menggunakan pikiran kamu untuk menganalisa apa yang bisa dimanfaatkan dari cerita ini. Dan dengan ijin kamu, saya akan melanjutkan ceritanya.”

Ira terdiam dan saya pun melanjutkan ceritanya.

Setelah itu kamu pun MENUNGGU HASIL untuk dipanen selama sekitar tiga bulan. Selama menunggu, kamu dapat memPERHATIKAN jagung-jagung itu tumbuh.”

Saya mengganti posisi orang ketiga yaitu penanam dengan posisi Ira (kamu) sebagai orang pertama dan ini sepertinya membuat dirinya ikut merasakan dan tetap tenang mendengarkan. Aha..ternyata saya mendapat pelajaran dari hal ini…ya…mengasosiasikan dirinya sebagai penanam jagung.

“Sesekali dan rutin kamu dapat MENAMBAHkan NUTRISI pada tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagungmu. Mungkin saja ada HAMA yang menjangkit pada beberapa tanaman jagungmu dan kamu pun MENYINGKIRKANnya. Mungkin kamu bisa memotong daun yang cukup parah terjangkiti hama, dan kamupun memperhatikan pisaumu agar potongannya tidak merusak daun yang lain yang masih sehat. Kamu secara berkala dapat memperhatikan KETAJAMAN PISAUmu dan ketika ia tidak lagi tajam kamu harus MENGASAHnya. Dengan SABAR kembali kamu menunggu sampai pada waktunya tiba. Dan pada saatnya kamu menuai jagung-jagung itu, KETEKUNANmu MEMILIH bibit, MENANAM, MERAWAT, MEMUPUK, MENUNGGU, membuahkan hasil sesuai dengan keinginanmu.”

Ira mulai tersenyum sepertinya ia mendapatkan sesuatu. “Betul Ndrie, harus rekrut orang yang sesuai, menanamkan visi, mengontrol, memberikan training, mendapatkan training untuk diri sendiri, dan bersabar menunggu hasil. Dan kemarin saya juga menghadiri seminar seorang pakar manajemen keagenan asuransi dan ia menyebutkan tiga bulan adalah masa inkubasi agen baru.”

“Lho iya…Lha wong saya sama dia waktu itu belajar tentang jagung dalam satu kelas yang sama kok.hahahahaha.” Seperti biasa saya tutup dengan canda karena Ira telah berhasil mengikat maknanya.

If You don’t Love Me, Lie to Me….

If you don't love me - lie to me
'Cause baby you're the one thing I believe
Let it all fall down around us, if that's what's meant to be
Right now if you don't love me baby - lie to me



Begitulah potongan lirik lagu dari Bon Jovi yang sekaligus mengingatkan sapa pada masa muda dulu (hehehe..sok tua ya...). lalu kenapa saya tertarik mengutip lagu ini? Apakah sahabat kira saya akan mengulasnya? Ah sebenarnya tidak, namun pesan dari judul lagu tersebut mengingatkan saya pada perbincangan saya dengan seorang sahabat di jum’at pagi yang penuh inspirasi.

“Ndrie.” Sapanya, “Lagi baca buku apaan?”

“Ini Man! Buku tentang coaching.” Jawab saya pada sahabat saya ini. Lagi-lagi dia bukan dari Amerika atau Inggris tapi namanya memang Iman.

“Wah...gue buku yang dulu aja belom selesai. Sebetulnya bukan karena gue ga suka baca tapi buku-buku kayak begini kayaknya kurang suka. Gimana ya Ndrie?” Jawabnya agak ragu mengatakan kata kurang suka.

“Lho, jadi buku apa yang Loe suka Man?” Tanya saya menyambung.

“Buku politik dan Olahraga Ndrie.” Jawabnya.

“Wah keren...kalo loe tanya gimana? Ya gak gimana-gimana..hehehe..semua bacaan bagus kan? Gue sendiri baca yang mendukung apa yang sedang gue kerjakan Man. Asyiknya...gue dapet hiburan dari yang gue baca plus ilmunya supaya tambah mantab hasil kerjaan gue. Waktu masih ngajar bahasa Inggris, gue baca banyak buku tentang psikologi pendidikan. Dan sekarang yang sering dibaca ya tentang keuangan, investasi, ekonomi Islam, dan sebagai trainer sekaligus Coach gue baca buku Psikologi lagi, NLP, Hipnoterapi, bahkan buku komputer Man!” Jawab saya agak panjang dan dia setia mendengarkan jawaban saya.

“Dan sebagai trainer, mestinya ada manfaatnya loe baca buku tentang politik dan olahraga kan?” Kawan saya ini bengong...mungkin tidak menyangka saya akan menanyakan hal itu. Dalam tercenungnya saya membantu menjawab pertanyaan yang saya tanyakan tadi. “Nih...ya...Politik kan seni manajemen pemerintahan...dan dalam kelas training loe kan juga mengajarkan kepemimpinan, asik banget tuh kalo ilmu politik bisa masuk sebagai analogi atau contoh buat kepemimpinan. Walaupun yang baru-baru ini beritanya kurang asik, tapi kan tetap bisa dijadikan contoh yang tidak boleh diikuti...hehehehe..” Saya jawab sambil diselingi canda...karena sepertinya politik kita juga tidak jarang “bercanda” kan?

“Emangnya mau jadi trainer sampai kapan? Atau ada rencana lain?” Saya penasaran.
“Maunya nanti bisnis Ndrie.” Jawabnya.

“Wah bagus dong, umur berapa punya bisnis sendiri akan terlaksana?” cepat saya sambung.

“Sebelum 30.”

“Bisnis apa? Dah memulai langkah awal apa?”

“Bisnisnya dah ada dan dah dimulai bareng pacar gue Ndrie, tapi bisnis ini bukan bisnis yang gw suka.” Lagi-lagi dia menjawab dengan kata mengandung makna tidak suka alias akan dilakukan setengah-setengah.

“Man...sadar ga...ada dua program dalam pikiran loe yang saling bertentangan dan nantinya akan membuat pikiran-pikiran itu konflik dan akibatnya bisa gak bagus dalam bisnis loe. Yang pertama, pikiran loe akan menuntun loe untuk berbisnis sebelum umur 30 dan sekarang loe sudah memulai satu langkah dalam bisnis dan kedua loe gak menyukainya. Catatan lain...bisnis ini bukan cuma loe doang tapi juga ada pacar loe. Artinya loe gak bisa sembarangan gonta-ganti bisnis kan? Bisa-bisa ribut melulu sama pacar loe.”

“Loe cinta sama pacar loe, yang bakal loe nikahin tahun ini, kan?” Dan mestinya saya tahu bahwa jawabannya “Ya”.

“Ya iya lah Ndrie.” Tuh...kan...saya bilang juga apa..hehehe..

“Nah sekarang gue pinjem kata ‘gak suka’ dalam bisnis itu dan berpura-puralah untuk menyukainya. Bisa?” Saya tantang dia. “Gimana rasanya?”

“Bisa Ndrie.”

Sahabat, inilah mengapa saya mengutip lagu Bon Jovi diatas, karena untuk kebaikan kita bisa berpura-pura menyukai sesuatu dan begitu Anda sudah terbiasa dengan hal yang Anda “sukai” itu maka Anda pun akan benar benar menyukainya.

Pernah dengar Slogan “Witing tresno jalaran soko kulino?” arti sederhananya bahwa rasa suka bisa disebabkan karena sering berinteraksi atau berjumpa. Entu juga kita sering mendengar bahwa para orang tua dulu berkeluarga dengan cara dijodohkan. Awalnya mereka mengatakan tidak mengerti apakah cinta atau tidak namun akhirnya...ya punya anak juga..hehehe..

Ini serupa dengan pikiran kita. Bawah Sadar sangat lah sadar dan menyimpan semua informasi baik yang kita sadari ataupun tidak. Hebatnya semua informasi yang sudah disimpan dibawah sadar tidak dapat dikenali apakah informasi itu fakta atau fiktif. Maksudnya adalah kita tidak mengenali lagi mana yang kita buat atau ita buat-buat.

Begini contohnya. Ada kejadian menarik, seseorang memiliki fobia terhadap ular. Fobia itu bermula setelah ia bermimpi dikejar-kejar sekumpulan ular. Mimpinya kan tidak nyata...tetapi terlanjur sudah disimpan dalam bawah sadarnya dan fobia itu pun terjadi.

Fenomena Dejavu, walau beberapa orang mempercayai ini adalah bagian dari proses reinkarnasi, namun beberapa studi mengatakan bahwa saat dejavu terjadi, kita sedang memanggil ingatan bawah sadar kita yang serupa dengan kejadian itu dibawah sadar kita. Misalnya kita pernah membayangkan suatu kejadian. Dan tanpa kita sadari, kita tidak pernah membayangkan lagi hal tersebut. Begitu ada kejadian yang mirip atau bahkan persis sama dengan yang pernah kita bayangkan, kita akan merasakan, “Kok kayaknya hal ini pernah terjadi ya?” Begitulah kata Anda. Dan memang Anda mengalami hal itu sebelumnya...namun hanya dalam bayangan saja. Hebatkan bawah sadar kita.

Nah...agar Anda menyukai apa yang awalnya tidak disuka dan Anda membutuhkan untuk menyukainya, maka hal yang sangat sederhana yang dapat Anda lakukan adalah berpura-pura percaya bahwa Anda menyukainya.

Anda tidak suka Atasan Anda?

Gampang....Lakukan ini...

- sebelum berangkat ke kantor, bayangkan wajah Bos Anda yang sedang tersenyum pada Anda walau senyumnya adalah yang paling sedikit di dunia maupun akhirat...hehehe..(agak lebay...).

- Ucapkan “mantra”nya sambil senyum. (bukan benar-benar mantra lho...Cuma program pikiran)

“Bos...kalo ada orang yang menyukaimu...aku yang dibarisan depan...” (Atau apa lah yang sesuai dengan kreatifitas Anda yg penting agak berlebihan sedikit...karena bawah sadar kita menyukai hal-hal yang berbeda dari biasanya)

- Ucapkan ini berturut-turut selama 40 hari...Ini bukan ritual klenik, otak kita membutuhkan pengulangan atau repetisi dalam membuat programnya...jika Anda lalai sekali saja...maka silakan ulang dari awal.

- Kenapa harus 40 hari?...hehehe...biar lebih panjang dari yang biasanya ditawarkan oleh orang lain yaitu sekitar 20 – an hari. Jika yang biasa ditawarkan bisa berhasil, apalagi yang luar biasa, kan?


Berpura-puralah kau mencintaiku walaupun sebenarnya tidak....40 hari....saja.....If You don’t Love Me....Lie to Me....