Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Thursday, June 17, 2010

Penonton “Pasti” Lebih Hebat.

“Waduuuh...gitu aja gak bisa!” Teriak seseorang diluar sana. Sementara lainnya menyahut, “Guoblok!!, kan gak usah di oper lagi, tembak aja langsung.” Kurang puas satu orang lagi menambahkan, “Dasar, gitu aja gak gol!”

Hehe...tentu sahabat bisa menerka situasi seperti apa yang sedang terjadi diatas? Ya’ tepat sekali, pemandangan yang bisa dilihat selama sebulan ini. Perhelatan olah raga sepak bola terbesar di dunia digelar empat tahun-an yang berlangsung di Afrika Selatan. Banyak mata tertuju padanya sehingga, tahun 2006 saat pertandingan final di Jerman diperkirakan 715 juta lebih pasang mata melihatnya. Bagai hipnosis, setiap orang sangat TERASOSIASI dalam setiap pertandingan, serasa begitu dekat begitu nyata...hehe..seperti slogan operator telekomunikasi ya...

Oops! Terasosiasi? Bukannya malah Ter-disosiasi? Hmmm...betul juga. Apa pasal? Ya jika Anda mencermati kejadian diatas, mereka begitu ‘enteng’nya berkomentar tanpa mempertimbangkan hal-hal yang ada pada saat itu di lapangan atau pada diri si pemain sendiri. Pokoknya penontonnya lebih hebat deh...Sampai-sampai saya berkelakar pada diri sendiri, “Waaah dahsyat...ternyata aku selama ini bertetangga dengan juara-juara piala dunia...hahaha...”

Tentu Sahabat masih ingat yang dimaksud dengan terasosiasi dan disosiasi. Ketika Anda dapat dengan jelas merasakan, mendengar, serta melihat kejadian yang telah terjadi, yang sedang berlangsung, atau yang masih dalam bayangan Anda atau bahkan kejadian yang terjadi pada orang lain, itu disebut terasosiasi. Pernah melihat seseorang yang menangis ketika menonton film? Nah kondisi terasosiasi ya seperti itu. Seolah yang tengah ditonton terjadi ada dirinya. Sedangkan Anda disampingnya sambil ‘nyengir-nyengir’ merasa aneh berkata, “Walah...begitu aja kok nangis sih! Mereka nangis dibayar...lha kamu?” hehe...orang tersebut tentu akan berkata, paling tidak dalam hati, “Bebas dong, mata punya gue...kan sedih tauk!!”. Teman Anda terasosiasi sedang Anda disosiasi, Anda merasa berada diluar kejadian itu sehingga pikiran Anda tidak dipengaruhi apa yang sedang ditonton. Ingat...Hal ini bukan berarti Anda tidak menonton. Anda melakukan hal yang sama, menonton tontonan yang sama tetapi Anda memilih berada di ‘luar’ yang dirasakan teman Anda.

Bicara tentang asosiatif dan disosiatif, saya menjawab pesan dalam Dinding Facebook saya. Pesan dari seorang sahabat yang ingin menjadi lebih percaya diri. Mungkin karena ia melihat saya berdiri di depan kelas menyampaikan materi dan ia pikir saya percaya diri. Hmmm...itu salah, yang benar adalah saya sudah terlampau percaya diri bahkan bisa disebut kurang waras..hahaha...

Pesannya berbunyi demikian, “Pagi Pak Andrie, thanks sudah di confirm...kapan-kapan pengen ngobrol nih supaya ketularan PD nya.”

Saya menjawab, “PD (Percaya Diri) adalah perkara kita mempercayai diri sendiri atau tidak. Jika tidak,lalu siapa lagi yg lebih dipercaya?Atau ganti saja PD dgn POL (Percaya Orang Lain) atau PAS (Percaya Andrie Saja)...hehehehe...

Menggunakan cara orang-orang menonton sepak bola dapat membuat seseorang yang belum percaya diri menjadi percaya diri. Percaya deh! Tapi jangan percaya saya. Sekali Anda percaya saya, Dosa Anda tidak terampuni alias Musyrik...hehehe...lebih baik percaya pada Tuhan!.

Bedanya dengan penonton sepak bola, mereka hanya dapat melihat kekurangan pemain tanpa dapat memperbaikinya alias Cuma teriak-teriak hingga suara serak dan bisa-bisa tenggorokan tersedak.

Dengan teknik ini, Anda dapat menjadi penonton sekaligus pemain. Penonton yang bersorak sorasi tanpa beban den mengomentari permainan dan pemain yang selalu mendedikasikan dirinya bagi penonton untuk menyajikan permainan-permainan indah. Hebatnya jika ada koreksi dari penonton, sang pemain dapat langsung memperbaiki dengan ikhlas tentunya, karena penonton dan pemain orangnya ya itu-itu juga.

Kalau sudah paham, mari kita lanjut ke permainannya.

Pertama, silakan pilih satu situasi ketika anda kurang PD alias Percaya Diri. Misalnya ketika harus berbicara didepan umum. Lutut gemetar, keringat bercucuran besar-besar, bibir terkunci dan mata terpatri hanya melihat kearah kaki. Suara serak, tangan tak bisa bergerak. Pandangan berkunang-kunang sepertinya tekanan darah berkurang. Rasakan sekali lagi situasinya. Tentu Anda masih dapat melihat dengan jelas apa yang ada disana. Orang-orang dan benda-benda disekitarnya dengan warna-warna yang sangat jelas, juga tentu Anda masih dapat mendengar suara-suara pada kejadian itu. Jelas dan jernih sekali. Seperti memutar sebuah film, Anda dapat menyaksikan kembali kejadian dari awal hingga akhir.

Langkah berikutnya, silakan Anda “keluar” dari diri Anda...Sekarang! Biarkan situasinya dalam kondisi “pause” beku tidak bergerak dan cari lah tempat yang aman untk menonton. Mungkin dari jarak yang agak jauh itu lebih baik. Putar lagi Filmnya dan perhatikan. Lihat dengar dan rasakan, apa yang membuat Anda tidak PD saat itu. Bisa jadi cara bicara Anda atau mungkin pemilihan kata-katanya, bahkan pengetahuan yang pada saat itu belum memadai, atau pakaian Anda, mungkin cara duduk dan postur tubuh Anda yang harus diperbaiki, dan sebagainya. Catat dengan cermat sehingga Anda dengan mudah mencari jawabannya.

Kini saatnya mencari jawaban. Jika pada saat itu situasinya berbeda dari saat ini, jika saat itu Anda masih kekurangan sumberdaya dan saat ini sudah cukup dengan pelatihan-pelatihan dan lokakarya, maka dengan mudah Anda dapat memperbaiki alias sebagai penonton Anda dapat berkomentar terhadap apa yang baru saja Anda tonton. Namun jika Anda belum mendapatkan jawabannya dari dalam diri Anda sendiri, silakan cari dari orang yang Anda tahu memiliki kemampuan dalam mengatasi situasi ini. Putar filmnya bagaimana ia melakukannya. Setelah mengulang-ulangnya beberapa kali, masuklah dalam tubuh orang itu dan ikutlah bergerak den bertindak seperti orang itu melakukannya. Setelah Anda mahir. Stop dan keluarlah dari tubuh orang itu. Anda telah mendapatkan sumberdaya baru.

Putar lagi film pertama Anda. Perhatikan sekali lagi. Bagus! Siap memutar lagi filmnya saat ini dengan perubahan skenario sesuai sumberdaya yang baru. Jadilah sutradaranya. Dengan begitu Anda tetap dapat melihat secara keseluruhan dan dengan bebas dapat berkomentar. Ulangi sampai setiap adegan berjalan sangat baik. Jika sudah, silakan lanjut ke tahap selanjutnya.

Sang bintang siap beraksi. Sebagai sutradara, sudah sepantasnya Anda memainkan film Anda sendiri, seperti Jackie Chan yang dapat melihat keseluruhan adegan dan sekaligus membintanginya, di Indonesia seperti Deddy Mizwar dalam film-filmnya. Mainkan berulang-ulang sampai Anda merasa puas.

Nikmati film Anda, sekarang bagaimana rasanya. Saya yakin dengan ini Anda menjadi semakin percaya diri. Setelah itu, Anda dapat melakukannya secara nyata dalam kehidupan sehari hari.

Kepercayaan diri adaah bagai mana kita mempercayai diri sendiri. Percaya diri sendiri setelah kita menyadari bahwa kita penuh dengan sumberdaya yang dibutuhkan. Jika saat ini masih kekurangan, cari lah. Dengan mudah Anda dapat langsung meng”ambil”nya dari orang yang Anda kenal. Jika masih cukup waktu Anda dapat menambahkannya dari buku-buku.

Beberapa waktu lalu ketika sedang dirumah menikmati waktu bersama keluarga dan saya sedang berperan sebagai petugas dapur yang sedang membersih perabotan makan, alias NyuPir...Nyuci Piring...Anak saya sekonyong-konyong berujar,

“Pak, temen Irfan lebih kaya lho dari kita.”

Sambil melanjutkan cucian ditangan dan belum sempat menjawab, istri saya menimpali, “Fan, berapa banyak buku yang sudah dia baca?”

“Kekayaan yang Kamu maksud tadi bisa rusak dan hancur, tetapi pengetahuanmu akan menjadi keterampilan yang bermanfaat dan itulah kekayaan yang sebenarnya.”

Wah...senang saya mendengarnya, dan memang itu juga yang saya pikirkan namun istri saya dengan cepat merangkainya menjadi kalimat yang apik dan menawarkan anak saya jawaban yang penuh dengan sumberdaya.

Saya belajar dari Anak saya karena ia begitu Percaya Diri.

Sunday, June 13, 2010

Saya Tidak Bertanggung Jawab Jika Membaca ini Anda Hebat dalam Berkomunikasi.

Cara berkomunikasi dipercaya memberikan kontribusi besar dalam kesuksesan dalam hidup. Mungkin ini mengapa pelajaran Bahasa dan Logika menjadi dianggap penting di hampir semua tingkatan pendidikan, walaupun seringkali pelajaran bahasa sekedar mempelajari struktur kalimat. Dan itupun terpisah dari pembahasan makna yang dihasilkan dari setiap struktur kalimat yang di bentuk. Dulu ketika saya belajar bahasa dan sangat berminat menjadi ahli bahasa, saya mempelajari Phonology (Ilmu Bunyi), Morphology (Ilmu pembentukkan kata), Syntax (Ilmu pembentukan kalimat), dan Semantic (Ilmu tentang makna kalimat). Batasan kesuksesan yang kita bahas disini tentu secara luas dimana setiap kali Anda, Sahabat, mendapatkan yang Anda inginkan, hal itu dapat disebut Anda sukses.

Seringkali tantangan yang banyak dihadapi adalah ketika seseorang tidak mampu memaknai peristiwa yang sedang terjadi pada dirinya dan kemudian menjadi beban dalam pikirannya. Jelas hal ini akan memberatkan langkahnya kearah kesuksesan yang dituju.

Inti dari terapi pikiran adalah memaknai ulang peristiwa-peristiwa bermuatan negatif dan melihat dari sudut pandang berbeda sehingga peristiwa tersebut menjadi bermuatan netral atau bahkan positif.

“Cuma itu doang, Ndrie, intinya?” Lha iya...butuh apa lagi, ketika sebuah kejadian terus teringat dan menjadi trauma kemudian dengan mengubah sudut pandangnya malah menjadi positif dan hilanglah traumanya. Dan kalau Cuma begitu saja, bagi setiap orang yang mau, proses penyembuhan begitu mudahnya.

Trauma merupakan program bawah sadar yang akan muncul dan menyusahkan orang tersebut ketika pemicunya dimunculkan. Banyak kasus trauma terselesaikan hanya dengan mengubah sudut pandang yang bersangkutan terhadap trauma tersebut.

Seseorang yang trauma karena bencana alam yang menghabisi seluruh keluarganya, hanya menyisakan dirinya, sembuh setelah diajak memaknai ulang kejadian atau bencana alam tersebut. “Anda tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa Anda tidak mati dalam bencana yang sama? Itu karena Tuhan ingin Anda menceritakan pada umat manusia dahsyatnya bencana ini dan menjadikannya sebagai pelajaran, dan Tuhan...memilih Anda untuk melakukannya.”

Ketika mengobati luka pada kaki anak saya, ia bertanya, “Sakit gak pak?” Kemudian apa yang harus saya jawab? Apakah harus mengatakan bahwa hal ini tidak sakit dan menyenangkan? Wah... ketika nantinya anak saya menyadari bahwa hal ini memang sakit, ia tidak akan mempercayai saya lagi untuk mengobati lukanya. Yang saya katakan adalah, “Ini memang sakit, dan rasa sakit ini artinya proses penyembuhan.” Begitu ia benar-benar merasakan sakit, ia bertanya, “Ini proses penyembuhan ya, pak?” saya mengangguk.

Seorang sahabat menelpon saya mengatakan bahwa ia baru saja berbincang dengan ‘Leader’ nya. Dalam perbincangan itu ‘Leader’nya mengatakan bahwa ‘Mindset’ sahabat saya dalam bisnis ini SALAH dan itu yang katanya menyebabkan Leader nya melihat dia tidak ‘berlari’ kencang dalam bidang ini. Setelah kami mendiskusikannya, saya, secara pribadi, tidak melihat ada yang salah dari Mindset-nya. Sahabat saya ini percaya ia akan berhasil jika ia dapat membuat orang-orang dibawahnya mencapai harapan mereka. Namun inilah yang ditentang Leader nya bahwa dalam berbisnis seharusnya ia memikirkan diri sendiri.

Sahabat saya ini sangat percaya pada ‘Leadernya’ dan memang seharusnya demikian, namun tetap terjadi konflik dalam dirinya. Tentu, karena disisi lain Mindset ini telah di pegang sejak lama. Untuk mengubahnya tentu membutuhkan waktu dan keikhlasan yang besar.

Jika diibaratkan buah mangga, Mindset adalah bijinya, sedangkan daging buah adalah Sikap (Attitude) dan kulitnya merupakan Perilaku (Behavior). Biji lah yang membentuk daging dan kulit. Sehingga mengubah Mindset hampir tidak mudah. Yang paling mungkin dilakukan adalah mengeser Mindset tersebut dan melakukannya tentu ada rasa “sakit” didalamnya. Ya...hampir tidak mungkin menggeser Biji mangga tanpa merusak Dagingnya. Bukan begitu, Bapak-Bapak? Jika Anda tidak percaya Bapak-Bapak, silakan Anda menggeser Biji nya...”Hah?”...maksudnya Biji Mangga nya...hehehe...

Yang saya lakukan adalah bukan Mindset yang diubah tetapi strateginya yg perlu diubah.
Saya mengajaknya untuk melihat Mindset “Salah” itu dari sudut pandang yang berbeda.

“Coba Kamu lihat Mindset ini dari sudut yang berbeda! Dengan keyakinan ini, artinya Kamu akan memimpin berdasarkan hati dan orang-orang di bawahmu tentu akan merasakan bahwa Kamu memimpinnya dengan Cinta. Dalam konteks yang berbeda jika hal ini Kamu terapkan pada klien-klien Kamu, hal ini akan menyisakan bekas mendalam karena Kamu melayani dengan hati. Tentu mereka yakin bahwa Kamu adalah yang terbaik dan mereka dengan senang hati akan mereferensikan namamu pada orang-orang lain.”

Dan ia pun menjawab “Nah, itu Ndrie! Yang sepertinya tidak ditangkap oleh Leaderku.”

“Nah pertanyaan berikutnya adalah jika Kamu masih memegang Outcome yang sama, dan sedang Kamu menghadapi masalah sekarang, apakah Sumberdayanya sudah mencukupi? Apakah Kamu memiliki orang yang siap di Model, tentu orang dengan Mindset serupa? Perhatikan dan pelajari, kemudian Model orang itu.”

Ia menjawab, “Ada, Ndrie!”

“Bagus lakukan sekarang!”

Tujuan haruslah tetap sama, yang diubah adalah Caranya atau Strateginya, dan selalu ada tujuan positif dari pilihan yang dibuat oleh setiap orang. Sahabat saya telah memilih Mindsetnya dan tentu saya harus menunjukkan tujuan positifnya dan memandang hal yang katanya “SALAH” dari sudut pandang yang berbeda sehingga ia menyadari bahwa yang ia pegang teguh selama ini memiliki makna yang baik dan tetap bermanfaat jika ditempatkan dalam konteks yang berbeda.

Jadi, kesimpulannya adalah memaknai ulang dari apa yang dimiliki. Dengan pemahaman yang berbeda proses pemaknaan ulang dapat dilakukan dengan baik. Tentu dalam proses Coaching, harus diikuti oleh tindakan.

Bagi Anda yang berurusan dengan banyak orang, teknik pemaknaan ulang ini merupakan teknik yang sangat ampuh dalam membantu mereka melihat masalahnya dan merasakan bahwa kemudian hal tersebut bukan lagi masalah. Menyelesaikan masalah tambah masalah...eh..tanpa masalah..hehehe..

Konon ada seorang suami mengeluhkan bahwa istrinya marah-marah lantaran sang suami tidak mau di cium oleh istrinya. Ternyata sang suami memegang keyakinan bahwa, “berciuman adalah pertukaran bakteri uniseksual dalam air liur.” Hal ini yang menyebabkan sang suami merasa jijik melakukannya.

Jika Anda adalah sang suami, saya akan mengajak anda melihat hal ini dari sudut pandang yang berbeda para ahli dibidangnya;

Ahli Fisika:
Ciuman adalah gaya tarik menarik antara dua mulut dimana jarak antara satu titik dan titik lain adalah nol.

Ahli Kimia:
Ciuman adalah reaksi akibat interaksi dari senyawa yang dikeluarkan dua hati.

Ahli Biologi:
Ciuman adalah menyatunya dua otot orbicularisoris dalam keadaan kontraksi.

Ahli Ekonomi:
Ciuman adalah sesuatu dimana permintaan lebih besar dari penawaran.

Ahli Elektro:
Ciuman adalah pertemuan antara ion positif dan negatif yang mengakibatkan arus lemah menjadi arus kuat.

Ahli Kedokteran:
Ciuman adalah proses pendiagnosisan fisik secara langsung yang mengakibatkan aliran darah ke organ reproduksi meningkat.

Ahli Psikologi:
Ciuman adalah proses penjiwaan terhadap pola pikir seseorang untuk mengetahui akan kenikmatan.

Ahli Senirupa:
Ciuman adalah sesuatu yang indah bila dinikmati bersama.

Ahli Ilmu Politik:
Ciuman adalah kemampuan untuk mentransformasi gesekan-gesekan konflik dari dua kelompok berbeda sehingga bisa menghasilkan hal positif (win-win solution).

Ahli Matematika:
Ciuman itu Gambling, sekarang mencium tinggal tunggu balasannya di tampar atau di balas cium.

Ahli Olahraga:
Ciuman adalah peregangan, pemanasan untuk olah raga yang lebih berat.

Hahahaha...tentu saja hal-hal diatas adalah guyon yang banyak terdapat dalam buku-buku humor yang kali ini saya kutip dari buku Super Great Memory, yang tentu seringkali guyon dibutuhkan dalam komunikasi.

Sekali lagi dilarang menghakimi orang lain dan lihat tujuan positif dibalik semua pilihan.

Jika Anda sudah merasa terprovokasi oleh tulisan ini, kirimkan DONASI berupa DOA yang dikirimkan ke REKENING SURGA milik saya... :)

Ku Tunda Flu Melanda

Sahabat, pernah menderita flu? Disaat Anda tidak memiliki waktu untuk beristirahat?

Ini terjadi beberapa hari lalu saat saya harus memberikan sebuah pelatihan di sebuah daerah. Pelatihan empat hari yang menyenangkan namun tanpa saya sadari cukup menguras tenaga. Walhasil daya tahan tubuh saya menurun dan ‘sang penjaga’ lengah. Dihari ke-tiga dalam ruang pelatihan, kepala rasanya pusing dan hidung tidak dapat diajak kompromi kecuali setelah ia berhasil melakukan aktifitas bersin yang bagi saya saat itu mengganggu. Well...not feeling good! Sangat tidak menyenangkan ketika di depan kelas, saya terlihat bersin-bersin dan jadi terlihat tidak bagus, kan kalau di foto?hehehe..

Hari itu tetap berjalan walau terseok-seok karena beberapa kali saya harus menahan bersin-bersin saat sedang memberikan instruksi-instruksi. Malamnya menjelang tidur, ritual berkomunikasi dengan diri sendiripun dilakukan.

Sesaat mata sudah mulai tertutup dan pikiran mulai melayang tenang namun masih tetap tersadar saya mengakses diri saya;

“Wahai tubuh, aku berterimakasih untuk apa yang telah kau lakukan untukku. Aku memohon maaf untuk apa yang telah kulakukan padamu dan tentunya itu tidak berkenan sehingga kau memberiku tanda bahwa aku harus menemuimu. Aku tahu, penyakit flu ini tanda darimu bahwa aku harus mengatur waktuku untuk beristirahat. Maafkan aku sekali lagi dan memohon untuk menunda tanda-tanda ini sampai kuselesaikan pelatihan ku. Setelah itu aku berjanji akan mengsitirahatkan tubuhku agar kau kembali seperti sedia kala.”

Selesai melakukan itu, saya hanya harus berkonsentrasi pada bagian-bagian tubuh yang memberikan tanda yaitu kepala dan hidung saya. Membayangkan serta merasakan ketika Flu tidak lagi saya derita. Dan saya pun terlelap.

Esok paginya saya terbangun dengan kondisi tanpa gejala flu. Wow!...”Ajaib? ah nggak juga tuh!” Menurut beberapa dokter yang pernah saya tanyakan, bahwa flu sering menyerang orang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Orang yang terlalu lelah akan berpotensi besar terserang flu. Sugesti yang saya ucapkan menjelang tidur sangat bermanfaat bagi kesembuhan saya dari flu yang melanda. Tentu dengan beberapa alasan;

Pertama, saya lakukan ketika gelombang pikiran saya sudah sampai di alfa menjelang theta dan pada saat itu pikiran menjadi sangat kooporatif terhadap sugesti.

Kedua, Visualisasi pada bagian-bagian yang memberikan tanda atau gejala memberikan target pada pikiran, kondisi apa yang yang diinginkan setelah sugesti diberikan.

Ketiga, saya lakukan dengan penuh keyakinan. Konon (membacanya jangan terbalik-hehe...) keyakinan yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Hari ke-empat Flu tidak lagi saya derita dan saat ini saya sudah kembali di rumah tercinta, tapi...rasanya tubuh ini kembali memberikan tanda-tanda itu lagi...Hmmm sudah pukul 12.23 malam. Istirahat...ZzzZzzZzzZzz...

Saturday, June 5, 2010

Mental T’ai Chi (Provokasi Pikiran dengan Kelembutan)

T’ai Chi...kata ini tak asing lagi bagi kita semua walau masih banyak yang belum mengetahui sejatinya T’ai Chi, hmmm...termasuk saya. Berusaha mengenalinya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan untuk kebaikan tentu selalu dapat mengambil keuntungan darinya.

Chi dalam kata T’ai Chi berarti Energi dan T’ai sendiri berarti Paling Tinggi. Benar, karena T’ai Chi menggunakan energi alam yang di beri oleh Sang Maha Pencipta. Pastilah energi ini adalah yang tertinggi.

Energi dalam tubuh Anda pun dapat di manipulasi, dan energi tersebut pun berasal dari Yang Maha Pencipta. Mau tau caranya? Gampang....ikuti instruksi dari saya ya...

Latihan Bola Energi!

1.Gosok-gosokkan kedua telapak tangan Anda selama kira-kira 30 detik.
2.Rentangkan telapak tangan saling berhadapan dengan jarak 30 cm.
3.Perlahan dekatkan telapak tangan yang satu dengan yang lainnya, perlahan saja.
4.Anda akan merasa, semakin dekat kedua telapak tangan, selalu ada energi yang membatasi seperti magnet dengan dua kutub yang sama, saling menolak dan ada sedikit bagian yang lentur dan kenyal seperti bola karet. Ya..itu bola energinya.



Hubungan Hipnosis dengan T’ai Chi.

Sebetulnya saya masih mencari-cari hubungannya sih...hehe..Tapi seorang provokator, kan tidak boleh kehabisan akal apa lagi kehabisan semangat.

Sahabat, gerakan T’ai Chi yang tidak terputus, gerak akhir menjadi gerakan awal selanjutnya dan seterusnya menginspirasi saya dalam berkomunikasi menggunakan teknik-teknik hipnosis.

Gerakan yang lembut mengingatkan saya akan teknik hipnosis yang tidak kentara dan secara sadar dirasakan oleh teman bicara kita namun jangan ditanya keefektifannya. Dijamin mak nyus.

Yin dan Yang, nah ini yang saya paling suka. Hitam dan Putih yang biasanya menjadi asosiasi pertentangan dalam T’ai Chi diubah menjadi keselarasan. Ini kan salah satu prinsip hipnosis, Acceptance (Penerimaan)

T’ai Chi, dalam filmnya The T’ai Chi Master, menggunakan tenaga lawan untuk dimanfaatkan dengan mengembalikannya. Nah..lagi-lagi prinsip ini cocok dengan komunikasi menggunakan hipnosis. Accept then Utilize. Terima/Sadari kemudian Gunakan.

Teknik ini saya gunakan dalam memprovokasi dosen penguji tesis saya untuk memberikan nilai ‘A’ dan hasilnya memang ‘A’. Tentu memprovokasi dengan penuh Cinta.


Prinsip Pertama, Gerakan Akhir menjadi gerakan Awal.

Ini merupakan teknik visualisasi untuk membangkitkan kepercayaan diri. Saya membuat gambaran bagaimana akhir dari sidang Tesis saya. Tentu ‘Happy Ending’. Walaupun saya tidak tahu siapa dosen pengujinya, paling tidak saya tahu siapa yang diuji, ya saya sendiri. Baju apa yang saya kenakan, warnanya benar-benar saya buat nyata dalam visualisasi saya. Kenyaman mengenakannya menambah kepercayaan diri saya. Parfum yang saya pakai membuat suasana hati menjadi lebih berbunga. Padahal saat ini teman lainnya masih dag dig dug menunggu antrean. Saya bisa melihat bagaimana saya tersenyum puas dan para dosen penguji menjabat tangan saya erat serta mendengar mereka mengatakan, “Selamat!”

Memvisualisasikan mundur beberapa menit sebelumnya, saya terlihat sedang menjawab berbagai pertanyaan para penguji dengan penuh percaya diri. Pada saat saya menjawab, beberapa penguji manggut-manggut tanda setuju walaupun satu orang masih merengut...ah biar saja...hal ini tidak terasa seperti maut menjemput...hehe...

Mundur beberapa menit lagi, saya sedang melakukan presentasi menjelaskan apa yang ada dalam layar LCD dan dengan bangga menampilkan hasil karya sendiri dengan tampilan presentasi penuh warna dan warni. Saya dapat mendengar suara saya sendiri karena memang hanya saya yang berbicara dan mereka mendengarkan.

Mundur lagi beberapa menit, saya memasuki ruang sidang dengan percaya diri karena telah mempersiapkan segalanya termasuk pakaian rapi dan parfum yang wanginya membuat hepi. Mengucapkan salam pada para penguji dan menjabat tangan mereka seraya dalam hati mengucapkan kalimat, “Saya datang membawa hasil kerja saya untuk mendapatkan pelajaran lebih banyak dari Anda semua.” Kalimat ini bagai mantra bagi saya yang memposisikan bahwa apapun yang terjadi, saya masih belajar.

Setelah selesai, kini saatnya melakukan visualisasi dari awal sampai akhir dan saya menikmatinya dari potongan ke potongan film mental saya.


Prinsip Ke-Dua, Gerakan Lembut yang mempengaruhi.

Ini adalah tentang bahasa tubuh.. Senyum ramah tulus dan gagah berani menghadapi tantangan menunjukkan bahwa kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Memainkan mimik wajah, mengernyitkan dahi seolah sedang berpikir, tersenyum ketika ada informasi yang menggembirakan, menarik nafas panjang ketika ada sesuatu yang menegangkan. Pada saat dibutuhkan, saya melakukan senyuman ketika menjelaskan konsep tertentu dan mereka akan menangkap bahwa konsep ini menggembirakan dan patut diterima. Semua orang ingin bergembira, kan?

Mencondongkan badan kedepan untuk menunjukkan ketertarikan. Pada saat yang tepat ketika saya ingin para penguji tertarik pada konsep saya, saya mencondongkan badan saya pada orang yang saya tuju dan berbicara tentang konsep ini. Ia pun akan menangkap pesan bahwa konsep ini benar-benar menarik.

Mengunakan tangan kanan dan kiri. Menggerakkan tangan kanan setiap mengatakan konsep-konsep yang dipercaya benar dan menggerakan tangan kiri untuk konsep yang masih diragukan. Saat saya menginginkan persetujuan, saya menggerakkan tangan kanan saya.

Menunjuk mengarahkan tangan terbuka kearah penguji setiap kali mengucapkan kalimat penghargaan bahwa mereka yang di tua kan dan di ikuti. Ketika saya ingin mereka menghormati saya, saya dapat mengatakan sesuatu sambil menunjuk kearah diri saya sendiri. Mengubah posisi tubuh ketika berganti mendengarkan pertanyaan peguji berikutnya.

Wajah dan badan semua dihadapkan pada penguji. Menunjukkan saya penuh perhatian.

Dan bahasa tubuh ini benar-benar berperan sebagai ‘anchor’ alamiah dan dapat mengarahkan para penguji. Lakukan dengan sangat halus...lus...lus...lus...


Prinsip ke-Tiga Yin Yang, Keselarasan dan Harmoni.

Ada kalanya penguji menunjukkan otoritasnya sebagai penguji. Tenang dan itu bagian dari ujian. Terima dan gunakan bahasa tubuh diatas sesuai dengan yang Anda ingin bagaimana penguji tersebut diarahkan. Terima saja kritikannya dan bukan artinya menunjukkan ketidak berdayaan Anda, tetapi penerimaan Anda terhadap konsep-konsep lain diluar diri Anda. Ketika saatnya anda bicara, gunakan lagi bahasa tubuh yang mengarahkan pada penerimaannya.


Prinsip ke-Empat..Sadari dan Gunakan.

Ini teknik yang T’ai Chi banget. Gunakan kata-katanya untuk menjawab pertanyaannya dan kita mendapatkan keuntungan darinya.

Penguji: “Wah..kalau begini, Anda tidak dapat menjelaskan dengan baik pada orang awam yang membaca tulisan Anda ini.”

Andrie: “Wah..begitu ya, Pak? Penjelasan itu sebetulnya tersebar dibeberapa halaman jika orang tersebut teliti dalam membaca dan saya bersedia membuat revisinya menjadi lebih jelas.”

Pertama yang saya lakukan adalah ngeles mode on dan saya berani lakukan itu karena saya tahu tulisan saya sendiri. Tentu sebelum itu saya menerima sarannya dengan ekspresi, “Wah..begitu ya, Pak?”. Kemudian saya lanjutkan dengan menunjukkan bahwa saya menerima sarannya.

Yang menarik adalah, seorang penguji yang dari awal ngotot untuk terus mencari dan mencari dimana saya bisa menyerah, diakhir sidang ketika berjabat tangan, ia mengatakan, “Sebetulnya Tesis ini MENARIK, tapi tetap harus direvisi.” Saya menjawab, “Baik pak, itu pasti dan Anda akan melihat revisinya seperti apa yang saya pelajari dikelas ini dari Anda.”

Bagaimanapun, saya lebih tahu tulisan saya keteimbang para penguji. Ketika harus berdebat, bisa jadi saya menang dalam perdebatan itu namun bisa dipastikan saya kalah dalam penilaian. Saat itu saya butuh mengetahui seberapa baik komunikasi saya. Dan di akhir, nilai Tesis saya benar-benar MENARIK...’A’ dan saya lulus dengan pujian.

Sahabat...tidak ada hasil yang instan. Teknik diatas adalah teknik komunikasi membawakan materi yang sudah Anda siapkan. Ketika Anda datang tanpa persiapan, itu sama saja bunuh diri.

Sun Tzu mengatakan, “Ketika Anda melakukan mempersiapkan, Anda telah memenangkan separuh peperangan.” Dan sisanya adalah teknik komunikasi Anda.