Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, February 11, 2011

Kesadaran Internal Menjadi Kesadaran Eksternal dan Menjadi Internal Kembali

Satu asumsi menarik yang telah saya pelajari dan masih terus saya pelajari adalah bahwa, “Kita, manusia, tidak pernah tidak bisa tidak berkomunikasi.” Artinya kita semua disadari atau tidak selalu mengkomunikasikan apa yang kita pikirkan dan rasakan.



Saat kita bahagia, tidak hanya mulut kita yang mengatakan kata ,”Bahagia” tetapi juga seluruh anggota tubuh kita mengatakannya; Mata, Rambut, Hidung, Bibir, Wajah, Warna kulit, Gerakan tubuh, Gerakan tangan, Nada bicara, dan lain masih banyak lagi.



Saya teringat pesan guru mengaji saya dimasa kanak-kanak bahwa di hari perhitungan nanti, ‘segalanya berbicara’, dan ini cocok dengan yang saya pelajari dalam ilmu psikologi. Wah makin seneng saya sama guru ngaji saya, jangan-jangan beliau sudah lebih dulu belajar tentang hipnosis dan ilmu teknologi pikiran lainnya...hehehe...



Sahabat, menariknya ilmu ini adalah bahwa Anda sebenarnya telah melakukannya dan kebanyakan dari Anda belum sadar. Nah, dari konsep inilah saya mengembangkan strategi Intenal-Eksternal-Internal.



Mari saya berikan contoh praktis dari konsep ini yang nantinya dapat diaplikasikan dalam komunikasi apapun yang Anda inginkan.



Sahabat saya di kantor, sebutlah Santi, sedang saya repotkan dengan beberapa pertanyaan tentang administrasi. Dan biasanya setelah saya merepotkan orang lain, saya harus bisa memberi manfaat supaya sahabat-sahabat disekitar saya dengan suka rela saya repotkan lagi nantinya.



Santi yang sedang mengandung bayinya yang kedua, saya lupa usia kandungannya saat itu karena saya bukan suaminya...hehehe..., mengeluhkan perut bagian atas dibawah dadanya serasa sakit. Sebagai ‘People Helper’ (Tukang bantu orang alias Pembantu) saya langsung memutuskan untuk membantu. Sebelum membantu, saya katakan bahwa teknik ini bisa mengurangi rasa sakit bahkan menghilangkannya, tapi tetap harus ada kontrol dari dokter karena bagaimanapun dokter tetap diperlukan, apa lagi jika kemudian sakitna berlanjut.



“San, mana tangan lo?” Saya meminta Santi untuk mengangkat kedua tangannya dan meletakkan diatas meja kerjanya dalam posisi punggung tangan diatas.



“Dua-duanya, Ndrie?”



“Kalo bisa Empat-empat nya, San!” Kami tertawa, dan Anda pasti juga tahu bahwa tertawa juga bisa mengurangi rasa sakit. Pada saat tertawa dan tersenyum dengan suka rela, enzim otak kita yang berfungsi sebagai “pain killer” diproduksi. Mirip morfin yang digunakan tentara Amerika saat perang Vietnam yang kemudian menjadi cikal bakal narkoba di seluruh dunia. Nah, dari pada kecanduan narkoba, bagaimana kalau kita setiap hari meluangkan waktu untuk tertawa?



Kembali ke cerita Santi, saya mengetuk punggung tangan kanannya sambil mengatakan, “Konsentrasi pada ketukannya dan konsentrasi pada rasa ketukannya. Yang menarik dari cara ini, ketukan yang gue lakukan disebelah kanan dapat dirasakan di tangan sebelah kiri.” Saya mengetuk punggung tangan kirinya untuk melatih sensasi ketukan di tangan kirinya. Bagi orang yang sangat sugestif, tanpa dilatih sensasi itu sudah dapat dirasakan. Karena pada prinsipnya yang saya percaya bahwa hipnoterapi adalah latihan mental.



Saya kembali mengetuk punggung tangan kanannya dan membiarkan Santi merasakan sensasi ketukan di punggung tangan kirinya. Saat bibirnya mulai senyum-senyum kecil, saya yakin ia sedang menikmati sensasi ketukan itu sambil mungkin sedikit bingung dalam pikirannya, “kok bisa,ya?” Seperti itulah kira-kira senyumnya mengatakan pada saya.



“San, yang lebih asyik lagi, lo bisa menyadari sakit di perut lo sekarang.” Saya menunggu sejenak Santi merasakan sakitnya dan kembali saya meminta Santi untuk merasakan ketukan jari saya.



“Sekarang, rasakan ketukan gue lagi dan hanya berkonsentrasi pada ketukan jari gue. Sambil menarik nafas panjang... dan menghembuskannya perlahan... menariknya lagi...dan menghembuskannya lagi... nikmati udara yang masuk dan keluar dan membuat lo menjadi sangat santai dan menjadi lebih peka terhadap ketukan gue. Begitu konsentrasi lo hanya pada ketukan ini dan perlahan, kekuatan pikiran lo mengalihkannya dari rasa sakit dan tetap berkonsentrasi pada ketukan sambil menarik dan menghembuskan nafas yang panjang dan dalam... santai... relaks... tenang....”



Ketukan yang semula saya lakukan lebih cepat dan saat ini saya lakukan dengan lebih lambat mengikuti tarikan dan hembusan nafasnya.



“San, yang lebih keren lagi, gue akan lepaskan ketukan gue tapi ketukan tersebut dengan iramanya masih terus terjadi pada diri lo dan lo rasakan itu. Rasakan sekarang, San.” Saya mulai melepas perlahan mengangkat jari saya namun masih memperagakan jari saya seolah mengetuk-ngetuk dan perlahan tapi pasti saya menyingkirkan jari saya dari pandangannya.



“Sambil merasakan ketukan ini, tetaplah mengatur nafas dengan baik, keluar dan masuk, dan rasakan kesegaran saat udara masuk dan biarkan kesegarannya memenuhi tubuh dan hembuskan segala rasa yang tidak diinginkan.”



Saya tetap membimbing Santi dan membiarkannya menikmati itu dan setelah beberapa saat menunggu, Santi pun terlihat berhenti dari latihan mentalnya.



“Sudah, Ndrie. Sakitnya sudah hilang.”



“Wow, Keren! San, sekali lagi gue tunjukkan... ini bukan karena gue yang hebat, tapi karena kekuatan pikiran lo yang sudah dilatih untuk berkonsentrasi. Hipnosis adalah konsentrasi” Saya mengatakan sambil senyum-senyum dan bangkit dari tempat duduk saya.



“Ndrie, padahal gue orang yang sulit berkonsentrasi?!”



“Hey... Look at you! Yang barusan lo lakukan itu adalah konsentrasi dan lo melakukannya dengan kesadaran penuh serta mata terbuka. Itu hipnosis.” Saya menjawab menyemangati.



“Ndrie, nanti waktu gue ngelahirin, suami gue minta tunggu diluar aja dan lo yang temenin gue ya!”



“Hahaha... mana bisa gitu? Suami lo aja yang datang ke gue,biar gue ajarin...” Menyadari percakapan sudah keluar jalur saya meninggalkannya ngeloyor untuk melanjutkan pekerjaan saya, eh kesenangan saya...hehehe...



Sahabat, yang baru saya lakukan pada Santi adalah mengajaknya untuk menyadari rasa yang ia rasakan pada dirinya dan membujuknya untuk merasakan sesuatu yang datangnya dari luar, menunjukkannya bahwa rasa ini juga rasa yang diperlukan. Bahkan rasa tersebut dapat dinikmati seolah nyata sedang terjadi padahal stimulus sebenarnya sudah dihentikan.



Konsep ini dapat kita gunakan untuk segala bentuk komunikasi, salah satunya adalah dalam penjualan.



Bagaimana konsep ini dimanfaatkan dalam komunikasi penjualan?



Salah satu hukum pikiran dalam persuasi adalah Law of Reciprocity. Konsepnya sederhana, beri dulu dan kemudian meminta. Manusia memiliki kecenderungan berbalas-balasan, dan alam diciptakan dengan keseimbangannya. Merasa tidak nyaman jika orang lain melakukan untuk kita dan kita tidak dapat memberikan sesuatu untuk orang itu. Dan saya melakukan sedikit modifikasi dalam hukum ini yaitu beri dulu dan kemudian berilah lebih banyak, semakin banyak memberi, semakin banyak orang yang kita beri akan kembali memberi yang lebih banyak untuk kita. Ingat! Konsentrasi kita hanya memberi. Menjual adalah persoalan memberi dan orang lain akan memberikan kembali pada kita sama besarnya dengan yang kita beri.



“Saya tidak butuh asuransi!”



“Jika Pak Ali tidak butuh asuransi, apakah itu sama artinya anak dan istri bapak juga tidak butuh asuransi?”



“Baiklah pak, Saya tidak akan membicarakan asuransi tetapi membagi pengetahuan saya dan ini saya berikan untuk anak Pak Ali. Karena anak Pak Ali tidak ada di kantor ini, saya ceritakan pada Pak Ali saja. Setuju?



“Pak, saya yakin Pak Ali selalu ingin memiliki sekolah terbaik dan bergengsi bagi anak Pak Ali. Dan bapak tentu juga tahu bahwa anak Pak Ali yang berusia delapan tahun saat ini, baru akan berkuliah 10 tahun lagi. Jika biaya saat ini adalah Rp. 200 juta (misalnya) maka dengan memerhatikan kenaikan biaya pendidikan sekitar 20% pertahun, berarti biaya yag dibutuhkan nanti adalah Rp. 1.236.347.284,48.(buka laptop/netbook anda, gunakan Excel SpreadSheet untuk menghitung Future Value) Nah, agar saya bisa memberikan pengetahuan saya lagi, saya harus bertanya. Apakah sudah disiapkan dana sebanyak ini? Dan jika sudah, apakah Pak Ali sudah melindungi dana ini agar tidak berkurang karena banyak hal?”



Berasumsi pak Ali sudah menjawab yang ditanyakan. “Baik, Pak. Besok saya akan datang kembali untuk memberikan ilustrasi perencanaan. FYI,Pak. Gratis untuk anak pak Ali (Sebutkan namanya).



Jika pak ali membiarkan Anda datang lagi, itu artinya 80% ia sudah ingin memberikan kita kembali.



20% nya gimana, Ndrie?



20% nya ya kehadiran Anda tepat waktu dengan kredibiltas tetap terjaga dan cara presentasi yang penuh percaya diri.



Kesadaran tentang Anak, yang merupakan kesadaran internal sang bapak, kita bawa keluar dan menggabungkannya dengan kesadaran tentang pendidikan (Eksternal) dimasa mendatang yang pada saat itu mungkin belum terpikirkan. Ketika kita bisa membuatnya menjadi penting, kesadaran itu akan disimpan oleh sang bapak.



Internal-Eksternal-Internal



Membutuhkan Workshop tentang Komunikasi yang dipandu oleh Andrie Setiawan?

Hubungi 123 MIND INDONESIA



123mindindonesia@gmail.com

setiawan.andrie@gmail.com

Andrie Setiawan 0811 187 5432

Buthonk 0818 0808 96 46