Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Wednesday, November 9, 2011

SI PEMARAH DAN SI SUKSES

Seorang teman menenteng-nenteng sebuah buku dan karena saya juga penikmat buku tentu sudah bisa ditebak apa yang akan saya lakukan?

Tepat sekali, saya meyapanya, “Kumaha, damang?” walaupun banyak orang yang mengenal bahwa saya adalah keturunan Tionghoa (hehehe...) namun untuk menyapa dan menanyakan kabar dalam bahasa Sunda mah Abdi tiasa.

Tidak biasa buku yang ia bawa adalah tentang terapi kondisi ego atau bahasa Inggrisnya Ego State Therapy. Sebagai orang yang suka bertanya dan kata guru saya banyak tanya maka akan banyak rejeki, saya menanyakan apa yang sudah ia baca dan yang lebih penting adalah apa yang sudah ia pahami dari apa yang ia baca.

Untuk kalangan awam, boleh jadi hal ini masih jarang didengar, dan sesaat setelah itu saya mengambil dua buah kursi kosong untuk menjelaskan secara praktis.

“Ipo”, saya memanggilnya begitu. “Ini ada dua kursi kosong.” Dan ia tersenyum-senyum memerhatikan saya karena biasanya jika saya sudah seperti itu, mesti ada hal-hal yang bisa dipelajari bersama.

“Setiap manusia adalah unik dan setiap manusia adalah menarik, menarik untuk dipelajari akan keunikannya masing-masing. Saat di kantor ia bisa saja berperan sebagai seorang yang sangat serius, namun saat di rumah ia bisa menjadi sangat lembut. Saat bersama teman-teman, ia menjadi seorang periang, namun bersama orang baru ia menjadi sangat pendiam.”
“Kepribadian ganda, Ndrie?” Tanyanya.

“Bukan, tetapi ego.” Jawab saya.

“Jadi begini nih ya, Po...” (sambil saya memasang wajah serius). “Menurut Sigmud Freud..., teorinya adalah... aaah kita langsung praktek aja deh...hehehe...”

Sahabat, teori memang penting karena teori lahir sebagai kesimpulan dari banyak prektek. Tapi kan ada beberapa orang yang maunya langsung praktek. Memenuhi kebutuhan itu, maka saya segera mengajak Ipo untuk melakukannya.”

“Ipo, ada saat-saat yang membuat lo gak nyaman?”

“Ada, Ndrie. Saat kerjaan belum selesai. Bawaannya gampang marah.”

“Ok, kemudian apa ada saat-saat yang membuat lo bahagia, saat apa?”

“Saat kerjaan dah selesai, rasanya plong dan gampang senyum.”
Saya kemudian kembali menunjuk dua kursi kosong yang telah saya siapkan mengatakan bahwa setiap kursi mewakili dari tiap perasaan tadi.

“Ipo, yang satu ini (sambil menunjuk satu kursi) mewakili ego yang membuat lo gampang marah dan yang satunya lagi mewakili bahagia lo. Saat lo duduk di kursi ini (sambil menunjuk kursi pertama) lo akan merasakan apa yang dilakukan ego yang membuat lo gak nyaman, dan saat lo berpindah, lo akan masuk kedalam ego yang membuat bahagia tadi.”

“Sok mangga atuh”. Saya menunjuk kursi yang mewakili ego yang membuatnya menjadi marah-marah kemudian sesaat wajah Ipo berubah menjadi lebih serius. “Bagaimana rasanya?” Tanya saya. “Gak nyaman, pingin marah.” Jawab si Ipo. “Nah, sekarang coba pindah ke kursi yang ini.” Saya menunjukkan kursi yang mewakili bahagia, dan wajahnya kemudian berseri dan ia tersenyum. “Gimana rasanya sekarang?” Tanya saya. “Enteng.” Jawabnya singkat.

Saya minta ia kembali ke kursi sebelumnya dan ia kembali memasang wajah serius. “Ipo, sekarang gue mau ngomong sama ego yang membuat lo marah-marah. Dia punya nama apa yang bisa gue panggil?”

“Si Pemarah.”

“Ok, Si Pemarah... sekarang, katakan pada saya apa yang menjadi tugas Anda dalam membantu Ipo?”

Dari mulut Ipo berkatalah Si Pemarah, “Saya memastikan Ipo mengerjakan semua tugasnya dan juga menjaga agar tidak ada gangguan dalam melakukannya.”

“Good, Ipo sekarang pindah ke kursi lainnya.” Ipo segera terlihat sumringah karena ia kembali ke kursi dimana ego yang membuatnya senang bekerja. “Nah, kita mau namain apa ego ini?”

“Si Sukses.” Jawab Ipo sambil tersenyum.

“Right! Sekarang Si Sukses, saya bertanya apa tugas Anda dalam diri Ipo?”

“Tugas saya adalah membuat Ipo bahagia sehingga ia dapat membuat orang-orang disekitarnya semangat dan bahagia.” Begitulah jawab Si Sukses.

“Nah... Ipo, sudah dengar kan bahwa mereka memiliki tugas masing-masing dengan sama baiknya menjaga lo untuk berhasil mencapai keinginan dan menghindarkan lo dari hal-hal yang tidak diinginkan.”

“Selama ini apakah mereka pernah berkonflik, saat yang satu marah padahal yang satunya lagi ingin bahagia?”

“Nggak pernah, Ndrie...” Jawab Ipo.

“Great! Berarti masing-masing Ego sudah mampu berkomunikasi satu sama lain, dan itu lah yang dimaksud ego, Ipo.” Lanjut saya.

Ipo mengucapkan terimakasih karena baru saja ditunjukkan bagaimana ego nya bekerja dan perlu sahabat ingat bahwa beberapa ego yang bekerja ini biasanya sesuai konteksnya dan ada kalanya mereka juga berkonflik. Dalam buku itu diibaratkan Anda adalah seorang guru TK yang mengajar banyak anak yang memiliki keinginan masing-masing yang terkadang mereka saling berebut dan Andalah juru damainya. Jika Anda tidak mampu mendamaikannya berarti Anda membutuhkan saya...hehehe...Menurut Freud, ego adalah penyeimbang antara sifat-sifat dasar yang dimunculkan oleh id dan standar ideal dan moral kita yang ditunjukkan oleh super ego.

Mudah-mudahan dilain kesempatan saya bisa melanjutkan pembahasan ini dalam konteks terapi EGO STATE-TIME LINE.