Sebetulnya saya agak takut menulis
hal ini karena Anda yang membaca dan memahami hal ini dapat langsung
menggunakan ilmu ini. Jika Anda melakukannya untuk kebaikan, tentu saya juga
akan menerima manfaatnya, sebaliknya jika Anda menggunakan untuk hal yang tidak
baik maka saya juga akan kena getahnya.
Saya tetap tidak tahu apa yang akan
Anda lakukan dengan ilmu ini dan saya selalu menyarankan Anda pahami dan
gunakan untuk kepentingan Anda, tentu hanya untuk yang baik-baik saja.
Hipnotis bukan lagi hal yang jarang
Anda dengar dan sudah semakin banyak yang sadar bahwa hipnosis adalah hanya
sekedar ilmu psikologi terapan. Namun masih ada beberapa orang yang mengaitkan
hipnosis dengan hal-hal yang tidak bisa disentuh.
Masih ada pertanyaan kenapa si A
bisa-bisa nya mentransfer uang tapi dia tidak menyadarinya, kenapa si B bisa
begitu saja menukarkan Rolex nya dengan uang palsu, dan kenapa si C baru merasa
dilecehkan setelah kejadian tersebut berlalu beberapa waktu.
Kebanyakan dari mereka mengatakan
bahwa mereka terhipnotis. Benarkah?
Jawaban saya, ITU BENAR!
Lho kok begitu? Lha iya, hipnosis
adalah segala komunikasi yang berhasil. Dua penipu diatas berhasil menipu
korbannya, dan pelaku pelecehan tadi juga berhasil menggunakan komunikasinya
untuk memenuhi tujuannya.
Nah ini yang saya khawatirkan,
sepertinya saya ingin menghentikan tulisan ini disini tidak melanjutkannya
karena jika digunakan secara sembarangan, hipnosis merupakan senjata yang
ampuh.
80% Orang menghindari penderitaan
dan 20% Orang mengejar kenikmatan
Menggunakan pareto diatas, secara
psikologis praktisi hipnosis dapat menggunakannya untuk melakukan persuasi pada
orang yang akan dihipnotisnya.
Mari saya jelaskan bagaimana mereka
bisa tertipu. Sebelumnya, ingat-ingat ini! Orang dapat terhipnotis ketika
mereka;
- Terlalu takut.
- Terlalu Senang
- dan nge-fans banget sama seseorang
Penipu pertama melakukan aksinya
dengan modus yang membuat korbannya takut. Yang banyak Anda dengar adalah Anda
dihubungi melalui telepon oleh seseorang yang mengaku sebagai guru sekolah anak
Anda, ia mengatakan bahwa anak Anda mengalami kecelakaan dan ia bersama anak
Anda sudah berada di rumah sakit dan dalam waktu segera anak Anda harus
menjalani operasi. Operasi ini membutuhkan biaya dan Anda tidak memiliki waktu
yang cukup untuk segera tiba di rumah sakit dan Anda diminta mentransfer
sejumlah uang agar operasi bisa segera dilaksanakan. Dan Anda benar-benar
mentrasfer uang tersebut. Saya turut berduka, anak Anda tetap sehat tetapi Anda
telah ditipu orang.
Pelaku penipuan ini melakukan
kejahatannya dengan memanfaatkan emosi yang dimiliki oleh 80% orang yaitu
menghindari penderitaan. Saat menerima telepon dari “guru anak Anda” yang dapat
menceritakan dengan jelas dimana sekolahnya, kelas berapa anak Anda, siapa nama
anak Anda, jam berapa “kecelakaan” terjadi yang tentu saja tidak bertepatan
dengan jam sekolah anak Anda, maka Anda mulai PERCAYA. Teknik ini yang
dinamakan PACING. Memberikan informasi-informasi yang dapat dipercaya dan setelah
Anda memercayainya maka pelaku akan melakukan LEADING yaitu mengarahkan Anda
pada keinginannya. Informasi yang Anda terima bertubi-tubi akan membuat pikiran
Anda penuh ditambah kecemasan akan keselamatan anak Anda yang Anda sangat
cintai telah membuat pikiran Anda lumpuh dan akhirnya membiarkan orang ini
memandu pikiran Anda. Teknik ini dinamakan CONFUSION, tugasnya membuat Anda
bingung. Tanpa banyak tanya yang penting anak selamat, Andapun mentransfer uang
yang seharusnya tetap menjadi milik Anda.
Menghadapi hal ini
Tetap tenang dan tanyakan dengan
jelas siapa orang yang menyampaikan kabar kemudian hubungi pihak sekolah untuk
mengkonfirmasi informasi yang diberikan orang itu. Jika membutuhkan informasi
tambahan, segera hubungi rumah sakit yang dimaksud dan menanyakan pasien atas
nama anak Anda dan melalui telepon memberikan jaminan pada rumah sakit agar
jika memang benar kejadiannya demikian segera dilakukan tindakan. Didiklah anak
Anda untuk selalu memberi kabar pada Anda dan komunikasi antara Anda dan anak
dapat mengurangi risiko penipuan seperti ini.
Hilang deh Rolex nya
Penipuan kedua tidak jauh berbeda
walaupun motifnya berbeda. Penipu memanfaatkan ketamakan, keserakahan, dan
kerakusan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Sayangnya jumlah orang-orang
ini lebih sedikit dari orang-orang yang tadi saya contohkan diatas. Hanya 20%.
Dari sepuluh orang, kemungkinan hanya ada dua orang yang akan tertipu.
Penjahatpun melakukan trial and error dengan menggunakan rasio
keberhasilan 2/10.
Anda pemilik rolex didatangi orang
dengan penampilan keren, agak ke bule-bule an, tampan/cantik, bicaranya lembut,
wawasannya luas, menggunakan atribut-atribut yang terkenal seperti pakaian
mahal, jam yang juga tidak kalah mahal, menjinjing tablet keluaran terbaru yang juga harganya tidak murah. Hal-hal
tersebut dengan cepat menjadi PACING terhadap Anda.
Ia mendekati Anda, berkenalan dan mencoba
menebak seri jam rolex Anda, hal ini akan memperkuat PACING nya. Dengan dalih
ia sangat menginginkan rolex tersebut dan mengatakan ia telah mencari ke banyak
tempat namun tidak berhasil mendapatkan jam tersebut ia menawarkan kompensasi
yang lebih besar dari harga rolex Anda yang seharga Rp.100 jutaan dengan
menawarkan $20.000 sebagai gantinya. Anda mulai menghitung, jika dikalikan
dengan Rp 9000/ dolar maka Anda akan mendapatkan Rp.180 jutaan dan itu artinya
Anda untuk Rp 80 jutaan dan Anda berpikir bahwa Rolex seri ini masih bisa Anda
dapatkan dengan cukup mudah dan berpikir bahwa si Bule ini yang bodoh tidak
mengetahui toko rolex di Jakarta maka kemudian Anda mulai berpikir mau diapakan
Rp. 80 juta ini. Untuk senang-senang, beli barang kesukaan, ajak keluarga
jalan-jalan, dan banyak hal yang Anda ingin lakukan dengan uang tersebut. Dan
keSERAKAHan Anda sudah terpancing keluar. Setelah transaksi selesai, Anda pergi
ke money changer dan mendapati bahwa semua uang tersebut adalah PALSU.
Keserakahan telah menutup kemampuan Anda
untuk berpikir sehat dan pikiran Anda dengan mudah diarahkan oleh orang lain.
Ini lah bentuk hipnosis kedua.
Tertipu karena nge-fans, Ganteng,
Cantik
Bentuk hipnosis ke tiga tentu pernah Anda
dengar tentang seorang tokoh spiritual yang diseret ke meja hijau karena
dituntut telah melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa murid
perempuannya.
Apakah murid-muridnya benar-benar tidak
sadar 100%? Sama seperti dua contoh diatas, mereka sadar tetapi kesadaran yang
menuntunnya untuk mendapatkan kenikmatan dan menghindari penderitaan, atau
gabungan dari keduanya. Saya tidak tahu apa yang dikatakan dan dilakukan oleh
Guru tersebut, namun sudah dapat dipastikan jika memang pelecehan itu
benar-benar dilakukan tentu ia akan mengaitkan dengan ajaran-ajarannya yang
menjadi PACING and LEADING serta memanfaatkan rasa nge-fans
murid-muridnya.