Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Wednesday, December 19, 2012

ANDA TAHU BAGAIMANA ORANG TERHIPNOTIS?


Sebetulnya saya agak takut menulis hal ini karena Anda yang membaca dan memahami hal ini dapat langsung menggunakan ilmu ini. Jika Anda melakukannya untuk kebaikan, tentu saya juga akan menerima manfaatnya, sebaliknya jika Anda menggunakan untuk hal yang tidak baik maka saya juga akan kena getahnya.

Saya tetap tidak tahu apa yang akan Anda lakukan dengan ilmu ini dan saya selalu menyarankan Anda pahami dan gunakan untuk kepentingan Anda, tentu hanya untuk yang baik-baik saja.

Hipnotis bukan lagi hal yang jarang Anda dengar dan sudah semakin banyak yang sadar bahwa hipnosis adalah hanya sekedar ilmu psikologi terapan. Namun masih ada beberapa orang yang mengaitkan hipnosis dengan hal-hal yang tidak bisa disentuh.

Masih ada pertanyaan kenapa si A bisa-bisa nya mentransfer uang tapi dia tidak menyadarinya, kenapa si B bisa begitu saja menukarkan Rolex nya dengan uang palsu, dan kenapa si C baru merasa dilecehkan setelah kejadian tersebut berlalu beberapa waktu.

Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa mereka terhipnotis. Benarkah?

Jawaban saya, ITU BENAR!

Lho kok begitu? Lha iya, hipnosis adalah segala komunikasi yang berhasil. Dua penipu diatas berhasil menipu korbannya, dan pelaku pelecehan tadi juga berhasil menggunakan komunikasinya untuk memenuhi tujuannya.

Nah ini yang saya khawatirkan, sepertinya saya ingin menghentikan tulisan ini disini tidak melanjutkannya karena jika digunakan secara sembarangan, hipnosis merupakan senjata yang ampuh.


80% Orang menghindari penderitaan dan 20% Orang mengejar kenikmatan

Menggunakan pareto diatas, secara psikologis praktisi hipnosis dapat menggunakannya untuk melakukan persuasi pada orang yang akan dihipnotisnya.

Mari saya jelaskan bagaimana mereka bisa tertipu. Sebelumnya, ingat-ingat ini! Orang dapat terhipnotis ketika mereka;
  1. Terlalu takut.
  2. Terlalu Senang
  3. dan nge-fans banget sama seseorang

Penipu pertama melakukan aksinya dengan modus yang membuat korbannya takut. Yang banyak Anda dengar adalah Anda dihubungi melalui telepon oleh seseorang yang mengaku sebagai guru sekolah anak Anda, ia mengatakan bahwa anak Anda mengalami kecelakaan dan ia bersama anak Anda sudah berada di rumah sakit dan dalam waktu segera anak Anda harus menjalani operasi. Operasi ini membutuhkan biaya dan Anda tidak memiliki waktu yang cukup untuk segera tiba di rumah sakit dan Anda diminta mentransfer sejumlah uang agar operasi bisa segera dilaksanakan. Dan Anda benar-benar mentrasfer uang tersebut. Saya turut berduka, anak Anda tetap sehat tetapi Anda telah ditipu orang.

Pelaku penipuan ini melakukan kejahatannya dengan memanfaatkan emosi yang dimiliki oleh 80% orang yaitu menghindari penderitaan. Saat menerima telepon dari “guru anak Anda” yang dapat menceritakan dengan jelas dimana sekolahnya, kelas berapa anak Anda, siapa nama anak Anda, jam berapa “kecelakaan” terjadi yang tentu saja tidak bertepatan dengan jam sekolah anak Anda, maka Anda mulai PERCAYA. Teknik ini yang dinamakan PACING. Memberikan informasi-informasi yang dapat dipercaya dan setelah Anda memercayainya maka pelaku akan melakukan LEADING yaitu mengarahkan Anda pada keinginannya. Informasi yang Anda terima bertubi-tubi akan membuat pikiran Anda penuh ditambah kecemasan akan keselamatan anak Anda yang Anda sangat cintai telah membuat pikiran Anda lumpuh dan akhirnya membiarkan orang ini memandu pikiran Anda. Teknik ini dinamakan CONFUSION, tugasnya membuat Anda bingung. Tanpa banyak tanya yang penting anak selamat, Andapun mentransfer uang yang seharusnya tetap menjadi milik Anda.

Menghadapi hal ini

Tetap tenang dan tanyakan dengan jelas siapa orang yang menyampaikan kabar kemudian hubungi pihak sekolah untuk mengkonfirmasi informasi yang diberikan orang itu. Jika membutuhkan informasi tambahan, segera hubungi rumah sakit yang dimaksud dan menanyakan pasien atas nama anak Anda dan melalui telepon memberikan jaminan pada rumah sakit agar jika memang benar kejadiannya demikian segera dilakukan tindakan. Didiklah anak Anda untuk selalu memberi kabar pada Anda dan komunikasi antara Anda dan anak dapat mengurangi risiko penipuan seperti ini.


Hilang deh Rolex nya

Penipuan kedua tidak jauh berbeda walaupun motifnya berbeda. Penipu memanfaatkan ketamakan, keserakahan, dan kerakusan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Sayangnya jumlah orang-orang ini lebih sedikit dari orang-orang yang tadi saya contohkan diatas. Hanya 20%. Dari sepuluh orang, kemungkinan hanya ada dua orang yang akan tertipu. Penjahatpun melakukan trial and error dengan menggunakan rasio keberhasilan 2/10.

Anda pemilik rolex didatangi orang dengan penampilan keren, agak ke bule-bule an, tampan/cantik, bicaranya lembut, wawasannya luas, menggunakan atribut-atribut yang terkenal seperti pakaian mahal, jam yang juga tidak kalah mahal, menjinjing tablet keluaran terbaru  yang juga harganya tidak murah. Hal-hal tersebut dengan cepat menjadi PACING terhadap Anda.

Ia mendekati Anda, berkenalan dan mencoba menebak seri jam rolex Anda, hal ini akan memperkuat PACING nya. Dengan dalih ia sangat menginginkan rolex tersebut dan mengatakan ia telah mencari ke banyak tempat namun tidak berhasil mendapatkan jam tersebut ia menawarkan kompensasi yang lebih besar dari harga rolex Anda yang seharga Rp.100 jutaan dengan menawarkan $20.000 sebagai gantinya. Anda mulai menghitung, jika dikalikan dengan Rp 9000/ dolar maka Anda akan mendapatkan Rp.180 jutaan dan itu artinya Anda untuk Rp 80 jutaan dan Anda berpikir bahwa Rolex seri ini masih bisa Anda dapatkan dengan cukup mudah dan berpikir bahwa si Bule ini yang bodoh tidak mengetahui toko rolex di Jakarta maka kemudian Anda mulai berpikir mau diapakan Rp. 80 juta ini. Untuk senang-senang, beli barang kesukaan, ajak keluarga jalan-jalan, dan banyak hal yang Anda ingin lakukan dengan uang tersebut. Dan keSERAKAHan Anda sudah terpancing keluar. Setelah transaksi selesai, Anda pergi ke money changer dan mendapati bahwa semua uang tersebut adalah  PALSU.

Keserakahan telah menutup kemampuan Anda untuk berpikir sehat dan pikiran Anda dengan mudah diarahkan oleh orang lain. Ini lah bentuk hipnosis kedua.


Tertipu karena nge-fans, Ganteng, Cantik

Bentuk hipnosis ke tiga tentu pernah Anda dengar tentang seorang tokoh spiritual yang diseret ke meja hijau karena dituntut telah melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa murid perempuannya.

Apakah murid-muridnya benar-benar tidak sadar 100%? Sama seperti dua contoh diatas, mereka sadar tetapi kesadaran yang menuntunnya untuk mendapatkan kenikmatan dan menghindari penderitaan, atau gabungan dari keduanya. Saya tidak tahu apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Guru tersebut, namun sudah dapat dipastikan jika memang pelecehan itu benar-benar dilakukan tentu ia akan mengaitkan dengan ajaran-ajarannya yang menjadi PACING and LEADING serta memanfaatkan rasa nge-fans murid-muridnya.

Nah... setelah Anda mengetahui landasan psikologis dari hipnosis yang dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, maka Anda dapat melakukan kebaikan-kebaikan sesuai dengan keinginan Anda. Berhati-hatilah untuk menempatkan perasaan Anda karena jika emosi sudah meledak, ia akan menutup logika-logika Anda.