Kita sering mendengar frasa ini
dan lebih sering terdengar dengan PeDe (singkatan dari Percaya Diri). Mungkin
juga sering kali kita merasa dan berpikir bahwa kita sudah cukup percaya diri
namun beberapa kali saya menjumpai orang yang mengatakan ini sebenarnya ia
sedang tidak percaya diri dan sedang menutupi ketidak-percayaan dirinya itu.
Berikut adalah gejala-gejala saat
kita tidak sedang percaya diri;
1. Ketidakmampuan
memercayai
Sulit sekali
untuk memercayai baik itu diri sendiri maupun memercayai orang lain. Sulit pula
memercayai bahwa yang ia terima atau yang ia lakukan adalah benar. Saat kita
dalam situasi seperti ini, kita menjadi sangat bingung. Tekanan mental atau
yang sering kita sebut stres bisa bermula dari hal ini.
Bagaimana mengatasi hal ini: Teman yang
baik dan dapat dipercaya dapat dimintai pendapatnya. Walaupun sarannya tidak
sepenuhnya benar, dengarkanlah. Bila perlu catat plus dan minusnya yang akan
terjadi jika saran itu dilakukan.
2. Bergosip
atau bergunjing
Seringkali kita
bergunjing untuk merendahkan pihak lain dan meninggikan diri sendiri. Orang
yang tinggi tetaplah tinggi dan tidak akan menjadi rendah karena pembicaraan
negatif. Sebaliknya, orang yang biasa-biasa saja malah seringkali mendapat
posisi yang tinggi karena pembicaraan negatif.
Saat kita
bergunjing, sebenarnya kita sedang merendahkan diri sendiri namun sering kali
kita tidak menyadarinya karena biasanya orang-orang yang mengajak atau sedang
kita ajak bergunjing juga sedang merendahkan diri mereka sendiri. Nah, kebayang kan, saat semua sama-sama
merendahkan diri, kita tidak sadar siapa yang lebih tinggi. Untuk mengetahui
ini, dengarkanlah orang yang sedang bergunjing namun tetaplah berada diluar
aktifitas bergunjing itu. Anda akan segera menyadari bahwa orang-orang yang
bergunjing sedang membuka kelemahannya sendiri.
Bagaimana mengatasi hal ini: Stop
bergunjing! Saat dipaksa masuk dalam aktifitas pergunjingan, dengarkanlah
sesaat kemudian berikanlah kesimpulan positif dari apa yang sudah dibicarakan,
dijamin besok-besok Anda tidak lagi diajak bergunjing. Misalnya:
Gossips: Si Wati tuh ya, selalu
aja kalo ngerjain sesuatu gak pernah bener. Masa
ngerjain kerjaan kaya begitu aja lama bener. Kalo gue ya, mungkin sebentar
aja udah kelar kaleee...
Anda: Bisa jadi dia ngerjain itu
dan butuh waktu lebih lama karena dia harus teliti banget. Bagus kan kalau
teliti, jadi terhindar dari kesalahan yang harusnya gak terjadi nantinya.
Heeeeee...?? Gimana?
3. Membandingkan
diri dengan orang lain.
Membandingkan
dengan orang lain tidaklah salah, terlebih jika niatnya adalah untuk perbaikan
diri. Saya sering membandingkan diri saya dengan para pembicara senior yang
sudah lebih dulu berkarya dalam dunia pembicara publik dan selalu ingin menjadi
seperti mereka.
Tapi jika
membandingkan untuk mencari kesalahan orang lain dan meninggikan citra diri
sendiri dihadapan orang lain, ini adalah tanda-tanda tidak percaya diri.
Bagaimana mengatasi hal ini: Percayalah
bahwa Tuhan menciptakan Anda dengan banyak kelebihan. Jika Anda saat ini merasa
tidak demikian, Anda hanya belum menyadarinya. Anda tentu tahu bahwa citra diri
yang positif dapat dibentuk bukan dengan merendahkan citra orang lain. Dan jika
Anda masih menggunakan cara ini, sadarlah bahwa cara ini sudah usang.
Orang-orang tidak menyukai iklan televisi yang merendahkan dan mencari
keburukan produk lain. Dampaknya, seperti sebuah kesepakatan orang-orang
tersebut tidak membeli iklan yang menjelek-jelekkan.
Fokus saja pada
apa yang bisa Anda berikan pada banyak orang. Dengan begitu, pikiran Anda akan
sibuk memberi daripada meminta. Memberi manfaat akan meningkatkan citra diri
Anda daripada meminta dianggap positif yang tidak bertampak langsung terhadap
manfaat yang dirasakan orang lain.
Saat tulisan ini
dibuat, saya baru saja selesai memberikan pelatihan kepada tenaga penjual asuransi
jiwa #1 di Indonesia. Salah satu ketakutan terbesar adalah ketika citra diri
mereka beserta produk yang dibawanya dianggap tidak baik oleh orang lain.
Kembali diingat bahwa didnia ini tidak semua orang akan langsung menyukai kita,
beberapa orang membutuhkan proses menilai apakah kita benar-benar bermanfaat
atau bahkan mendambah masalah mereka.
4. Tidak
tahan menerima kritik
Kritik memang
sering kali diasosiasikan dengan hal negatif dan beberapa kali orang
mengaitkannya dengan penyerangan secara psikologis terhadap diri kita. Jika
kita tidak nyaman menerima kritik, itu adalah hal biasa karena secara sosial
manusia ingin menjadi manfaat bagi sesama dan kritikan sering kali dianggap
sebagai penolakan atas apa yang telah dilakukan.
Bagaimana mengatasi hal ini: Kita tidak
bisa mengubah kritikan yang telah dilontarkan tetapi kita bisa mengubah
persepsi saat menerimanya, sehingga kita tidak tergesa-gesa merespon dan
terkesan melakukan pembelaan yang tidak mendasar. Orang-orang yang memiliki
kedewasaan mental yang matang dapat meresepon kritikan dengan baik. Mereka menunggu
dan mendengarkan kritikan mencari makna positif dari kritik tersebut.
Contoh,
Kritik: “Seharusnya
perusahaah asuransi Anda, yang katanya no. 1, bisa memberikan pelayanan lebih
baik dari perusahaan lainnya dong. Pelayanan
untuk hal ini harusnya lebih cepat dan tidak memakan waktu lama seperti ini.”
Anda: “Saya
setuju, Pak. Memang seharusnya hal ini bisa lebih cepat. Kami masih terus
melakukan perbaikan dalam hal ini. Proses penilaian risiko perusahaan kami
dilakukan secara hati-hati sehingga hal ini memakan waktu sedikit lebih lama
namun demikian kami terus melakukan perbaikan.” (Tersenyumlah)
5. Pembelaan
diri.
Saat Anda
membela diri, hal itu menunjukkan bahwa Anda sedang merasa diserang. Membela
diri adalah keharusan. Membiarkan diri diserang secara pesikologis tanpa
pembelaan akan melemahkan mental diri dan lama kelamaan diri Anda akan
memercayaai bahwa Anda adalah seseorang dengan nilai diri yang rendah.
Lagi-lagi ada
tapinya, Pembelaan diri yang terburu-buru tanpa dipikirkan terlebih dahulu
seringkali menjadi hal yang akan disesali karena belum tentu Anda saat itu
sedang diserang.
Seperti
pembahasan sebelumnya, pembelaan diri kadang-kadang datang saat kita menerima
kritikan atau saat kita merasa sedang disalahkan.
Bagaimana mengatasi hal ini: Sama
seperti saat menerima kritik, tunggu dan dengarkan lah terlebih dahulu kemudian
setelah cukup waktu Anda dapat meresponnya. Beberapa kali, kita dengan mudahnya
dapat tersulut emosi ketika disalahkan. Sadarlah bahwa ketika Anda tidak sedang
berniat berbuat salah, sesungguhnya itu hanya lah pelajaran. Meminta maaf
dengan baik akan melegakan situasinya
Bersambung dengan gejala-gejala tidak percaya diri lainnya seperti;
6. Menghindari
penolakan
7. Menghindari
kemungkinan gagal
8. Marah-marah
pada orang lain (khususnya marah yang tidak pada tempatnya)
9. Kecenderungan
menjatuhkan orang lain
10. Perilaku
agresif
11. Penundaan
12. Mementingkan
siapa yang benar
13. Tidak
mampu menerima pujian
14. Keengganan
menerima risiko
15. Cepat
bereaksi ketika merasa diserang