Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, July 20, 2012

Ramadhan; Bersihkan Sampah hati, Perbaiki Perilaku diri (Hipnotis a'la Televisi)


Pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, saya biasa melongok televisi untuk menikmati berita segar yang sarat informasi.

Dalam jeda acara berita tersebut, terselip informasi tentang acara yang akan segera tayang selama bulan Ramadhan. Itu bisa saya ketahui karena nama acara tersebut adalah Kampung Sahur.

Nama acara tersebut memang Kampung Sahur (bernuansa Ramadhan), boleh jadi cara berpakaian mereka pun sesuai dengan temanya, namun dari iklan itu terlihat jelas bahwa perilaku para pengisi acaranya tidak mencerminkan nilai-nilai Ramadhan.

Dalam tayangan iklan tersebut yang mungkin berdurasi sekitar 60 detik terlihat seorang wanita yang bergigi (maaf) tonggos menjadi bahan olok-olok Komeng dkk. Didramatisir dengan suara latar orang-orang yang tertawa seolah-olah acara tersebut lucu.

Anda tentu tahu apa olok-olok itu dan bagaimana rasanya jika Anda yang mendapatkannya. Memang dalam acara tersebut mungkin “si korban” olok-olok senang karena ia tentu mendapatkan honor atas olok-olok tersebut tapi pasti Anda juga tahu bagaimana efeknya ini pada bulan Ramadhan dan pada masyarakat pada umumnya.

Islam adalah agama yang santun, Ramadhan adalah bulan latihan agar menjadi manusia yang ramah, pengasih, dan penyayang, bertoleransi pada sesama, serta banyak nilai-nilai kemanusiaan yang lainnya. Dan bagian tayangan ini bisa saya katakan MERUSAK nilai-nilai tersebut karena tidak mustahil orang-orang yang menontonnya akan meniru dan melakukan hal MERUSAK yang dipertontonkan pada orang lain. “Si korban” Komeng cs mengkin dapat menerima olok-olok tersebut karena ia mendapatkan uang sebagai kompensasinya, lalu bagaimana dengan, misalnya, anak-anak Anda yang menerima olok-olok dari temannya yang meniru acara tersebut ATAU Anda sendiri yang menerimanya? Bagaimana Rasanya?

Sebagai orang yang belajar sedikit tentang ilmu komunikasi, TV bisa sangat berbahaya karena kekuatan yang bisa menghipnotis pemirsanya untuk melakukan seperti yang dipertontonkan. Televisi yang mengakses beberapa indera sekaligus merupakan kekuatannya. Visual yang menuntun pemirsanya pada imajinasi yang terarah, audio yang akan tertanam dalam pikiran, aspek dramatisasi yang menambahkan sugesti pada indera rasa, serta suara tawa yang seolah melegalkan perilaku-perilaku yang terjadi.

RCTI seharusnya belajar lebih banyak sebagai televisi swasta yang yang paling tua di Indonesia. Semoga keberkahan selalu pada RCTI tapi tentu tidak dengan acara-acara yang bisa merusak BANGSA INDONESIA dengan olok-olok itu.

Kami sekeluarga, Saya-Istri-dan Dua Anak saya, memastikan untuk tidak menonton acara ini. Bagaimana dengan Anda?

Tuesday, July 17, 2012

KENAPA GAK BICARA TENTANG PENJUALAN?


Halo Sahabat Easy Hypnosis, sudah beberapa bulan saya tidak menyapa Anda. Bukan sombong juga angkuh apalagi congkak,hehehe... ini murni karena kesibukan yang harus diprioritaskan. Bukan berarti menulis memiliki prioritas rendah bagi saya, menulis merupakan prioritas utama saya, dan tidak sempatnya saya menulis untuk Anda akhir-akhir ini karena ada prioritas yang lebih utama.

Dalam training-training saya, banyak peserta yang menanyakan kapan saya akan meluncurkan buku kedua dan saya selalu menjawab bahwa menulis buku itu ibarat makan, kalau belum lapar ya belum makan dan setelah makan ada yang dibuangkan? Kalau belum kebelet dibuang ya gak akan ada yang keluar...hehehe... maaf saudaraku, tidak bermaksud menjijikkan tapi hari ini memang Indah menulis blog diruang tunggu Garuda menuju Denpasar untuk training saya selanjutnya.

Beberapa peserta training yang telah membaca blog saya juga bertanya kenapa blog saya tidak secara spesifik berbicara tentang penjualan. Nah, ini dia (seperti judul kolom sebuah harian)! Teman-teman, penjualan itu unik, penjualan itu menarik, dan sering kali yang laris adalah karena cara-caranya nyentrik.

Menjual adalah hasil dari proses komunikasi yang memotivasi calon pembeli agar mendapatkan manfaat dari apa yang dijual (ini interpretasi bebas saya).

Dan Anda baca kalimat diatas, tidak Anda temukan kata uang. Ya memang karena penjualan tidak selamanya melibatkan uang. Itu mengapa banyak dari Anda belum sadar bahwa Anda sering kali menjual sesuatu pada orang lain walaupun bayarannya bukan berupa uang. Dari bayi hingga saat ini, setiap hari Anda menjual. Menjual pada diri sendiri juga pada orang lain.

Senyum adalah barang jualan paling mudah dan murah namun manfaatnya luar biasa. Apa yang terjadi saat Anda tersenyum pada orang lain? Apakah Anda ditampar? (Hehehe, kalau iya, berarti jualan Anda gak laku), saya yakin sebagian besar orang yang Anda senyumi akan membayar senyuman Anda dengan senyumnya. Itu juga jualan, kan? Sesederhana itu.

“Aaaah Andrie... ok..ok... itu memang jualan tapi yang kami maksud adalah menjual barang atau jasa seperti orang-orang banyak ketahui...”

All Right, kita akan bahas satu tips komunikasi penjualan dan nantinya silakan tunggu saja tips-tips berikutnya diblog ini.”

Seorang penjual adalah orang yang jago komunikasi, nah ini juga sering salah dimaknai karena mereka pikir yang namanya komunikasi itu harus ngomong melulu. Komunikasi bukan cuma persoalan berbicara tetapi juga mendengarkan. Dulu saya mengajar tim lomba debat dan saya wajibkan mereka mencatat apa yang dikatakan lawannya dan cari titik-titik lemah yang bisa debat dan kembalikan kata-kata mereka sebagai senjata makan tuan. Benar saja, lawannya tidak berkutik karena Anda tahu,

“Orang bisa dengan mudah menyanggah perkataan orang lain tetapi orang akan kesulitan untuk menyanggah kata-katanya sendiri.”

Sebagai penjual, selain berbicara, Anda juga harus mendengarkan sebelumnya dan gunakan cara pembeli untuk menutup penjualan (Closing) bukan dengan cara kita. Ini sama dengan prinsip diatas yang disarikan dari ilmu beladiri Aikido dan seni TaiChi yang memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk diolah.
 

Tips #1 Self or Other?

Pernahkah Anda mengalami situasi-situasi ini?

Situasi 1

Penjual: Saran saya Bapak bisa Ambil produk ini karena ini cocok sekali untuk Bapak.

Calon Pembeli: Ah ini gak cocok buat saya, saya akan terlihat seperti orang bodoh jika menggunakannya dan akan merusak imej saya.

Situasi 2

Penjual: Jadi semua tergantung pilihan Bapak terserah mau ambil yang mana.

Calon Pembeli: Lho, gimana sih? Saya mana tau bagusnya apa kan Anda yang menjual, lagian kalau saya main pilih aja nanti orang lain lihat gak cocok gimana? Kan jadinya gak matching  sama lingkungan sekitar saya.

Nah, dari dua situasi diatas, tentu Anda tahu apa yang dijual? Yupe Anda benar, Bikini Two Piece ...hehehe... bercanda...

Tentu situasi yang serupa atau mirip-mirip sering terjadi dalam proses penjualan apa saja dan ujungnya gak jadi closing. Ini karena tidak terjadi kecocokan, bukan karena manfaat barangnya tidak bagus tetapi karena kita tidak memahami cara calon pembeli kita mengambil keputusan.

Ada orang-orang yang dalam mengambil keputusan beroreientasi pada diri sendiri (self) dan ada pula yang berorientasi pada orang lain selain dirinya (others). Masih ingat istilah egepe (Emang Gue Pikirin)? Ini adalah salah satu kecenderungan orang berorientasi pada dirinya sendiri dalam memutuskan sesuatu dan istilah ini turut bertanggung jawab pada gaya berpikir orang Jakarta saat itu. Lainnya lagi istilah ABS (Asal Bapak Senang) yang juga diterjemahkan Asal Banyak orang Senang yang merepresentasikan cara mengambil keputusan yang berorientasi pada orang lain.
Ketika penjual salah mengarahkan calon pembeli pada cara mengambil keputusan yang menjadi orientasinya, penjualan akan sulit terjadi, paling tidak butuh waktu proses lebih lama dan paling jelek ya gak jadi closing.
 
Saat berhadapan dengan orang yang berorientasi pada diri sendiri, Anda dapat mengarahkan dengan,

“Nah, bagaimana menurut Pak Ali? Saya yakin pilihan Pak Ali akan sangat sesuai dengan keinginan Pak Ali saat Pak Ali memilih produk ini tentu ini akan sangat bermanfaat untuk Pak Ali. Silakan... sekarang pilihan ada ditangan Pak Ali.”   

Lihatlah berapa banyak kata yang mengarah pada diri calon pembelipribadinya. Hal tersebut kita lakukan berulang untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini berbeda saat kita bertemu dengan orang yang cara membuat keputusannya berorientasi pada orang lain.

“Sebagai profesional, saya telah banyak membantu orang-orang seperti Pak Ali dan banyak orang juga telah merasakan manfaatnya. Ketika Pak Ali menggunakan produk ini, Orang-orang disekitar Pak Ali tentu akan menilai bahwa Pak Ali adalah orang yang sangat bertanggungjawab pada keluarga...(dan...blah..blah..blah...)”

Membangun kredibilitas sangat penting bagi orang ini dengan kata Sebagai profesional dan telah banyak membantu orang sehingga pak Ali akan percaya kita. Berbeda dengan orang pertama yang hanya percaya pada dirinya sendiri. Mengatakan banyak orang juga telah merasakan manfaatnya akan membantu Pak Ali memutuskan dengan kerangka berpikir, kalau orang-orang banyak cocok-pasti juga cocok untuk saya. Dan memberikan pandangan orang lain tentang produk yang digunakan Pak Ali akan menjadi pengunci sempurna bahwa kebutuhannya untuk menyenangkan orang banyak akan segera tercapai.

“Drie, bagaimana cara mengenali orang-orang ini agar kita tidak salah menggunakan kalimat?”

Sederhana, tanyakan bagaimana ia memutuskan sesuatu. Misalnya di meja kerjanya ada gambar mobil, tanyakan, “Pak Ali mengendarai mobil tipe ini?” jika jawabannya tidak tanyakan apa yang ia kendarai dan jika YA, tanyakan, “Apa yang membuat Pak Ali memilih mobil ini?” Jika jawabannya banyak merujuk pada diri sendiri, Pak Ali berorientasi self dalam konteks tersebut.

So, jika Anda menginginkan sambungan dari tulisan ini, Anda harus terlebih dahulu menggunakan tips ini dan jika bermanfaat, beri saya informasi agar saya bisa menulis hal lebih banyak manfaat bagi Anda.