Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, December 25, 2010

Oleh-Oleh dari Bali (setiap perilaku memiliki tujuan positif)

“Bagi saya berpikir positif itu tidak wajib. Tapi setelah Anda tahu manfaatnya, Anda akan terus membutuhkannya. Bukan untuk menyenangkan orang lain namun untuk kesenangan diri sendiri.(Andrie Setiawan-ASLI KDDH-)”


Kedamaian hapuskan keraguan,
Ketenangan hilangkan kegelisahan,
Cinta luruhkan benci...
Mataharimu juga matahariku...
Lautmu juga milikku...


Bali...Hmmm...walaupun ini bukan pertama kalinya mengunjungi Bali, pulau ini terasa selalu menyenangkan. Mungkin karena Lautnya, mungkin juga karena budaya dari orang-orang sekitar, mungkin juga memang anugrah Tuhan yang menjadikan pulau ini untuk, khususnya saya, menjadi pelajaran hidup. Walaupun saya tahu bahwa pelajaran hidup itu bisa didapat dimana saja, kapan saja, dari siapa saja, dan dengan acara apapun.

Saya memilih Bali karena tentunya bisa menjadi oleh-oleh bagi Anda, para sahabat pembaca. Itung-itung saya tidak perlu membeli kacang Bali dan membagikannya satu-persatu pada Anda. hehehe...itung-itungannya keluar deh. Tapi saya yakin, tulisan ini lebih nikmat dan lebih gurih dari kacang Bali.

Kembali bicara tentang Bali maka tidak lepas berbicara tentang pantai dan lautnya padahal Bali tidak hanya tentang itu saja. Anda tahu bahwa Laut memiliki keuatan penyeimbang di alam ini? Anda tahu bahwa keseimbangan iklim panas bumi juga menjadi fungsi laut? Dan sudahkah Anda mengerti bahwa racun-racun yang di bawa menuju laut dan menjadi netral sesampainya di sana? Tak heran ini adalah hhal yang membuat saya betah berlama-lama duduk dipantainya walaupun tanpa teman dan diwaktu-waktu apapun bahkan saat malam larut dan hari siap berganti menyambut matahari pagi.


Pikiran kita pun memiliki mekanisme yang sama dengan alam ini. Itu kalau saya gak salah yaaa...hehehehe...Para ahli menyebut bahwa otak kita adalah alam semesta dalam ukuran mini. Semua mekanisme alam semesta juga terjadi dalam otak dan pikiran kita.Jika sebagian pikiran kita kotor alias negatif, kita dapat menetralkannya dengan bagian lain dari pikiran kita. Wow... Hebat, kan?

Suatu malam, saya dan beberapa sahabat berada dalam perbincangan seru di sela makan malam kedua kami, angin laut membuat perut lebih cepat lapar. Hampir jam 12 malam di restoran cepat saji sekitar pantai Kuta. Pembicaraan tentang pengalaman kami masing-masing pada siang harinya. Anda bisa bayangkan tentunya, lima orang dengan pengalaman berbeda sangat bersemangat membagi pada lainnya. Sambil menikmati setiap gigitan burger keju ganda, saya mendengarkan dan ikut merasakan keseruannya sambil membayangkan apa yang sebenarnya terjadi saat cerita itu dialami (yaaah...ketahuan deh nama restorannya...*gakbermaksudiklandotcom*).

Sampai kemudian pada satu cerita salah satu diantara kami tentang seorang temannya yang perilakunya ia nilai ‘Ajaib’ berbeda dari lainnya bin ‘aneh’. Temannya yang kerap kali berbicara dengan potongan-potongan bahasa Inggris (mungkin karena sedang berada di Bali..hehehe...) diimbangi dengan bahasa tubuh yang berlebih melebihi artis remaja yang namanya sedang naik daun saat ini, katanya.

Satu cerita lucu tentang orang yang sedang dibicarakan oleh sahabat saya ini, suatu malam di sekitar Legian, sebut saja orang yang sedang kita bahas ini bernama Putri. Dua orang teman Putri sedang menikmati es krim masing-masing di tangannya dan berkata lah Putri, “Can I try it?” (silakan baca kalimat ini dengan aksen yang agak di lebih-lebihkan alias lebay yang bahkan penutur asli tidak menggunakan aksen ini...hehehe...biar anda tambah menjiwai). Putri mencicip es krim dari tangan Sari dan berkata, “oooh standa...ard!” dengan kedua pundak diangkat dan kepala agak miring ke kanan wajah menunjukkan bahwa rasa es krim itu biasa saja sambil ia melirik kearah es krim Iwan dan kembali berkata, “Can I try it?” Tak kuasa Iwan pun menyodorkan es krimnya. Putri memberi penilaian, “Yours is bette..eer.” Sontak membuat Sari menjawab agak berteriak, “Heh...Putri! es Krim kita tuh sama..gimana bisa rasanya beda?!?!” Mendengar cerita ini kami pun tertawa.

Bagi beberapa orang termasuk sahabat saya yang bercerita, perilaku Putri sangat mengganggu pikirannya walau kejadian demi kejadian telah berlalu cukup lama tetapi perasaan kesal dan sebalnya ia rasakan kembali.

Bagi sebagian besar kita, dengan cepat merespon cerita dan kejadian serta menyimpulkannya sebagai hal yang negatif. Tahukah kita bahwa hal ini tanpa kita sadari akan men-sabotase pikiran kita dan ikut menjadi negatif. Ujung-ujung nya malah membuat kepala kita pusing padahal orang yang dimaksud saja tidak merasakan apa-apa alias biasa saja.

Aneh, kan? Seharusnya ini bukan masalah tapi malah terasa masalah. Bukankah masalah bergantung bagai mana kita meresponnya. Masalah adalah bukan masalah sebelum masalah tersebut diberi nama MASALAH.

Lalu caranya seperti apa? Sahabat, sadarilah bahwa bersamaan dengan setiap perilaku ada tujuan positif. Paling tidak bagi dirinya sendiri. Seorang perokok pun memiliki tujuan positif mengapa ia membutuhkan rokok padahal ia tahu rokok tidak baik untuk kesehatan. Kebanyakan dari mereka adalah untuk mengembalikan ketenangan dan konsentrasi. Positif, kan? Memang caranya mungkin harus dicari yang lebih baik. Peminum pun demikian, meminum minuman beralkohol sampai mabuk dengan maksud melupakan masalahnya. Tujuan yang positif juga, kan? Lagi-lagi, caranya yang mungkin harus dicari yang lebih bermanfaat. Silakan Anda cari perilaku lainnya yang Anda pikir negatif dan setelah mengetahui ini tentu Anda menyadari bahwa tujuannya ia melakukan ini adalah positif.

Sahabat, dengan cara berpikir kita seperti ini, tentu kita terhindar dari beban pikiran yang tidak perlu sehingga kita dapat tetap bahagia tanpa terganggu perilaku orang lain. Hidup penuh toleransi. Menyenangkan , bukan?

Tulisan saya tutup dengan perbincangan saya dengan seorang sahabat yang sudah lama tinggal di Bali saat melintasi toko oleh-oleh. Di depan toko terpajang patung besar alat kelamin pria, “Orang sini cuek-cuek ya Zul?” ia pun menjawab, “Ndrie, orang sini bukannya cuek, tapi mereka berpikir positif.”

Well, itcu dhiya jhawhabhanniya...(dengan gaya bicara Cinta Laura...hehehe..)Positif Thinking, Right?