Setiap hari mencari
rejeki, kita bagaikan petani yang menggarap sawah dan ladang masing-masing. Dan
setiap hari juga kita sering melihat para petani ini sibuk dengan ladangnya
sendiri-sendiri. Pergi pagi dan pulang petang bahkan sampai malam. Menggarap,
menanam, menyiram dan memupuk, dan tak jarang kita menjaga dari hal yang
merusak tanaman dan ladang kita.
Bercita-cita
mendapatkan hasil panen yang bagus, seringkali kita terlena menganggap ini lah
hal yang paling penting kita lakukan setiap hari agar hasilnya nanti sempurna.
Kita hanya memikirkan ladang dan diri sendiri. Tak hanya hama yang kita anggap
mengganggu, bahkan beberapa kali, Tuhan yang menciptakan musim kemarau pun
dianggap telah mengganggu hasil pekerjaan kita.
Ditengah keegoisan
kita, ada seorang petani yang hasil ladangnya berlimpah dengan kualitas nomer
satu. Berbeda dengan hasil ladang petani lain dengan lokasi yang tidak
berdekatan. Penasaran akan hal itu, seorang mahasiswa calon insinyur petanian
bertanya pada petani ini. Mengapa ladangnya dan ladang-ladang disekitarnya
memiliki panen melimpah dengan kualitas nomer satu.
Petani ini menjawab,
"Saya membagi bibit unggul yang saya miliki pada petani-petani yang
berdekatan serta memberi mereka pupuk yang terbaik. Saya juga mengairi
ladang-ladang mereka. Saya ikut membantu mengusir hama dari ladang
mereka."
Petani ini
melanjutkan, "Mas calon Insinyur, dengan cara seperti ini lah ladang saya
menghasilkan panen terbaik. Perhatikanlah, jika saya tidak memberi bibit yang
unggul pada petani disekitar dan bibit mereka jelek, maka angin akan
menerbangkan serbuk sari bibit jelek tadi ke ladang saya. Perkawinan serbuk
sari yang kualitasnya jelek itu akan berpengaruh buruk pada tanaman saya."
"Jika saya
tidak mengaliri ladang mereka, tanah mereka menjadi tidak subur, unsur hara
dalam tanah pun rusak. Maka hal itu juga akan berpengaruh pada tanah ladang
saya yang ada disekitarnya."
"Jika saya
tidak membantu mereka menghalau hama, maka bisa jadi ladang mereka menjadi
sarang hama dan menular ke ladang saya. Itulah yang saya lakukan. Sederhana,
tidak ada yang istimewa namun Tuhan memberikan hasil yang istimewa pada ladang
saya dan petani disekitar."
Mahasiswa ini
menyimpulkan bahwa ketika berbuat baik pada orang lain, faktanya adalah orang
tersebut sedang berbuat baik pada diri sendiri.
Membantu orang lain,
ternyata itu adalah bantuan untuk diri sendiri. Memberikan modal pada orang
lain juga berarti bahwa kita sedang berusaha mensejahterakan diri sendiri.
Ia teringat apa yang
pernah ditulis oleh Zig Ziglar bahwa Cara terbaik untuk mendapatkan apa yang
Anda inginkan adalah dengan membantu orang lain mendapatkan apa yang mereka
inginkan.
Ilmu ladang ini
sangat berguna dalam kehidupan karena sesungguhnya kitapun sedang berladang
untuk kehidupan kita. Ilmu TABUR dan TUAI saja belum cukup. Kita juga masih
harus MENYUBURKAN ladang orang lain untuk kesuburan ladang kita sendiri.
Tulisan ini saya dedikasikan bagi para
penjual uang memberikan manfaat pada pembelinya, bagi para guru dan pelatih
yang memberikan ilmu berguna, bagi para orangtua yang mendidik anak-anaknya
agar menjadi pondasi kuat bagi kehidupan semua, dan bagi semua orang yang
membantu orang lain dalam pekerjaannya.Andrie Setiawan
Andrie Setiawan, S. Pd, M. M, C. Ht, CFP®
Neuro-Financial Coach©