Sahabat, apakah Anda tahu apa
alasan Anda melakukan pekerjaan setiap hari? Uang? Mengapa? Tidak ada yang
lain? Sering kali kita terjebak dalam asumsi yang sepertinya benar tapi
berbahaya menyesatkan.
Dengarkanlah ungkapan ini, “Uang
Memang Bukan Segalanya, tetapi Segalanya Butuh Uang.” Entah siapa yang pertama
kali menciptakan kalimat penuh daya hipnotis ini. Kalimat pertama yang langsung
direspon oleh pikiran Anda bahwa itu adalah sebuah kebenaran yang dengan cepat
disusul oleh kalimat yang mengarahkan pikiran Anda pada arah yang berbeda. Saking cepatnya, pikiran Anda tidak
sempat menyaring pesan dibalik kalimat itu.
Lihatlah kejadian ini, dalam
sebuah seminar wirausaha seorang pemuda menghampiri seorang pengusaha muda.
Dengan canggung pemuda ini memulai percakapan,
“Selamat pagi, Pak. Senang bisa bertemu Anda dan saya sangat ingin
menjadi kaya raya seperti Bapak.” Bilang pemuda ini.
Pengusaha ini bertanya, “Sebagai seorang pemuda, berapa kekayaan yang
Anda inginkan saat ini?”
“Bagi saya, Satu Miliar Rupiah sangatlah hebat, Pak.” Jawab pemuda
ini.
“Mas, maukah Anda mendapatkan Satu Miliar Rupiah dari saya tapi Anda
harus menukarnya dengan kedua mata Anda? Maukah Anda menukarnya dengan kedua
lengan Anda? Maukah Anda menukarnya dengan kedua kaki Anda? Dengan jantung
Anda? Dengan Hati Anda? Dengan otak Anda?” Kata pengusaha muda ini sambil
tersenyum dan kemudian melanjutkan, “Anda
sudah sangat kaya dan kekayaan Anda melekat pada diri Anda, Mas.”
Di tempat lain, sebut saja Ali,
seorang manajer di sebuah perusahaan terkemuka yang selalu berangkat ke kantor setengah
enam pagi hari dan baru pulang biasanya jam sembilan malam, bahkan tidak jarang
ia sampai rumah jam sebelas malam.
Malam ini Ani anaknya yang masih
berumur tujuh tahun sengaja menunggu Ali, ayahnya, pulang dari kantor yang
sekitar jam sebelas malam baru sampai rumah saat itu.
“Ani, kenapa kamu belum tidur, Nak?” Tanya Ali sambil melempar
senyum pada anaknya.
“Aku sengaja nunggu Papa karena ada yang mau aku tanyakan, Pa.”
Jawab anak perempuan yang lucu ini dengan kepolosannya.
“Kamu mau tanya apa?” Tanya Ali lagi.
“Berapa gaji Papa sebulan, Pa?” Lanjut Ani.
Sambil membereskan pakaian ganti
karena Ali segera ingin mandi, Ali menjawab, “Kamu hitung sendiri ya, Papa sehari dibayar Rp. 700.000 dan Papa
bekerja rata-rata selama sepuluh jam sehari dan bekerja selama 24 hari sebulan.”
“Oh, berarti Papa digaji Rp. 70.000 sejam ya? Boleh aku pinjam uang Lima
Ribu rupiah aja, Pa?” Minta Ani.
“Ani! Kamu mau apa sih, malam-malam begini tanya gaji terus pinjam uang
segala. Papa capek besok harus bekerja lagi. Sudah, kamu tidur sana!”
Sergah Ali dengan keras.
Dengan wajah sedih, Ani
menundukkan kepala tidak berani menatap Papanya, berbalik badan dan berjalan
dengan lemas menuju kamarnya.
Ali merasa bersalah karena
berbicara keras pada anaknya yang lucu itu, tak lama kemudian ia menyusul
kekamar Anaknya. Terlihat Ani sedang duduk sedang memegang celengannya.
“Maafkan Papa sudah bicara keras sama kamu, Nak. Kalau kamu mau beli
mainan, besok Papa belikan ya, tidak perlu meminjam uang segala. Saat ini sudah
malam, kita tunggu sampai besok ya.” Jelas Ali kepada Ani
“Ani gak mau beli mainan, Pa. Ani Cuma mau main sama Papa setengah jam
saja. Karena kata Mama waktu Papa sangat berharga. Ani sudah hitung gaji Papa
dan Tabungan Ani cuma Rp. 30.000, untuk meminta waktu Papa setengah jam
membutuhkan Rp. 35.000, makanya Ani mau pinjam Lima ribu supaya bisa main sama
Papa.” Jawab Ani sambil menangis.
Napas Ali menjadi sesak dengan
mata berkaca-kaca, sama seperti sesaknya napas saya dan mata yang mulai berair
ketika menulis kembali sebuah cerita yang pernah saya baca dari sebuah buku
ini.
Sahabat, uang memang penting,
tapi bukan segalanya. Seorang filusuf Cina, Konfusius, memiliki tiga pertanyaan
dahsyat bagi saya sampai saat ini. Jika ingin sukses, jawablah tiga pertanyaann
ini,
1. Apakah
Anda sadar bahwa ada orang-orang yang mencintai dan mendukung Anda untuk
menjadi sukses?
2. Apakah
Anda memiliki orang-orang yang Anda cintai?
3. Apakah
Anda tahu apa yang Anda lakukan esok untuk mencapai kesuksesan itu?
Jika Anda bisa menjawab semua
pertanyaan dengan YA, Anda adalah orang yang bahagia. Kebahagiaan bukan uang
dan uang tidak secara sederhana langsung membuat Anda bahagia. Di meja kerja,
saya menempelkan selembar uang Seratus Ribu Rupiah yang mengundang pertanyaan
beberapa kawan saya. Bukan bermaksud sombong, tetapi saya sedang mengajarkan
pada pikiran saya bahwa;
UANG adalah sekedar kertas dan tetaplah selembar kertas dan terus akan
begitu. Uang itu tidak akan berguna sebelum aku membelanjakannya untuk sesuatu
yang bermanfaat. Bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan orang-orang
sekitar. Yang aku cari bukanlah uang, tetapi manfaat yang bernilai dari uang
tersebut yang akan membawa kebahagiaan bagi ku dan orang-orang sekitar. aku
membuka pikiran ku untuk menerima keberlimpahan yang akan tersalurkan pada
orang-orang disekeliling ku. Menjadi Gardu Rejeki yang tidak pernah menghamba
pada Uang. Kebahagiaan adalah bukan tentang uang dan kekayaan yang sebenarnya
adalah jika aku tahu cara menghasilkan uang, membelanjakannya, menyimpan, dan
mengembangkannya, serta menikmatinya. Aku menikmati hidupku karena ada
orang-orang yang mencintaiku dan aku cintai, dan aku menikmati apa yang aku
kerjakan.
Salam
Keberlimpahan dari Pontianak,
Sedang
Mengajar untuk 30 orang agen asuransi tentang perencanaan keuangan