Emosi? Banyak yang salah dengan kata ini. Saat mendengar kata ini
kebanyakan orang mengasosiasikannya dengan MARAH. Betul ya? Kebanyakan dari
Anda berpikir seperti itu, kan?
Sekarang, lihatlah anak Anda (jika saat membaca ini Anda sedang tidak
bersama mereka, bayangkanlah). Apa yang Anda rasakan? SAYANG, CINTA, RINDU, dan
atau mungkin SEDIH karena saat ini Anda ingin bersama mereka namun harus
menahan diri sampai waktunya tiba.
Sahabat, perasaan di atas juga merupakan emosi. Jadi apa sebenarnya emosi?
Secara teknis Emosi adalah Kondisi pikiran hasil dari interaksi kimia tubuh dan
Stimulus dari luar tubuh kita. Interaksi ini juga mempengaruhi gejala
fisiologis atau sederhananya tubu kita bereaksi.
Sekarang ingat lagi kondisi saat Anda merasa bahagia.Apa yang membuat Anda
bahagia saat itu? Apakah Anda membuat diri Anda sendiri berbahagia? TIDAK, Anda
saat itu mengingijinkan diri Anda bahagia dan ada sesuatu dari luar diri Anda
yang memicu itu, kan? Ya memang, pemicu itu buka satu-satunya penyebab Anda
bahagia bahkan bagi para praktisi teknologi pikiran mengubah perasaan sedih
menjadi bahagia adalah bukan hal sulit.
Sekali lagi saya hanya ingin mengilustrasikan bahwa Bahagia adalah juga
emosi dan Anda juga tahu bahwa emosi sangat penting peranannya dalam hidup
kita. Emosi sudah menjadi bagian dari diri kita yang juga telah lama menemani
kita dalam setiap mengambil keputusan.
Bukan hanya ‘pikiran logis’ saja yang berperan saat Anda memilih sesuatu.
Saat Anda mengandalkan hanya ‘pikiran logis’ saja sebenarnya Anda adalah orang
yang tidak logis. Mau contoh lagi?
Sahabat, sebagai penulis yang suka memprovokasi pikiran orang-orang
disekitar, saya juga melatih banyak praktisi penjualan dan kepada mereka saya
katakan bahwa setiap pembelian memiliki keputusan emosional.
Dalam membeli pakaian selain kenyamanan dan model yang sesuai alias matcing dengan acara yang akan dihadiri
Wanita dan Pria memiliki kebutuhan emosional yang berbeda. Secara umum wanita
berpakaian untuk ditunjukkan dan mendapatkan respon dari suaminya sedang para
pria berpakaian untuk ditunjukkan dan mendapatkan respon dari semua wanita.
Eits... hehehe... mulai ada pikiran yang terprovokasi ya...
Baiklah, satu contoh lagi. Dua buah dealer
mobil menjual mobil yang sama namun tentu saja dengan salesman yang berbeda. Dearler yang pertama memiliki salesman yang
sangat tidak ramah namun tidak jauh dari tempat itu di dealer kedua memiliki salesman
yang ramah. Saya tahu bahwa dealer kedua
berpeluang menjual mobilnya pada Anda. Ya kan... karena ada kebutuhan emosional
yang kemudian menjadi pertimbangan Anda dalam membuat keputusan membeli.
Sekali lagi... Emosi adalah baik karena ia menjaga Anda dari kerugian baik
secara fisik maupun mental.
Tapi emosi yang tidak terkontrol menjadi sumber bencana bagi mereka yang
sudah pernah merasakannya. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah koran dan
satu berita mengatakan bahwa seorang suami membunuh istrinya padahal mereka
baru menikah sembilan hari. OMG... Sahabat, masih banyak kejadian-kejadian
konyol karena tidak terkontrolnya emosi.
“Abis gimana dong, Ndrie... rasa
sebel gue muncul lagi kalau inget yang udah-udah.”
Begitulah kalimat yang sering kita dengar, kan? Membayangkannya saja akan
mengembalikan rasa sebel nya. Padahal
dia juga tahu bahwa hal itu sudah tidak terjadi lagi. Mengapa perasaan itu
muncul lagi? Itu lah uniknya pikiran manusia. Tapi Anda sadar juga kan bahwa
kita hidup di masa kini menuju masa depan, masa lalu menjadi pelajaran dan
pelajaran yang akan benar-benar menjadi pelajaran saat Anda telah dapat
memisahkan emosi negatif dengan manfaat pelajaran (hikmah) nya.
Seseorang yang selalu secara terus menerus melihat
masa lalunya padahal ia ingin menuju masa depannya, ia seperti seseorang yang
sedang mengendarai mobil namun kedua matanya hanya tertuju pada kaca spionnya. Ini yang saya pelajari dari istri saya.
Bayangkan
jika Anda terus memerhatikan spion Anda dengan emosi, misalnya Anda mencaci,
memaki mengutuk sesuatu di belakang Anda dan terus memerhatikan hal tersebut
melalui kaca spion Anda padahal mobil Anda sedang melaju kedepan. Anda dalam
BAHAYA.
PISAHKAN EMOSI DENGAN KEJADIANNYA, ANDA
AKAN MENDAPAT PELAJARANNYA DAN SIAP MELAJU KE MASA DEPAN.
Apakah dicubit sakit? Sakit lah,
Ndrie... Sudah tanya kok tau! Eh Dah tau kok nanya!
Syaraf kulit menerima tekanan dan
pembuluh darah dibawah kulit terdepresi, syaraf menginformasikan sensasi ini ke
otak dan kemudian otak melanjutkan informasi ini ke tubuh kita untuk Lawan atau
Lari. Kebanyakan dari kita adalah menghindar dari cubitan berikutnya. Itu
adalah mekanisme bertahan dari otak kita.
Alright! Kita lakukan percobaan kecil... Percobaan pertama, Cubit
lengan Anda... Dan rasakan di mana sakitnya. Dalam percobaan kedua kita akan
hilangkan rasa sakitnya. Are You Ready?
Okay, let’s get the show on the road! Katakan pada otak, “Wahai otak ku yang baik, tetaplah tenang
dan kau tidak akan menerima informasi dari syaraf lenganku. Tetaplah diam
disana ya...”
Atur nafas Anda..relaxed 1...2...3...cubit sekarang...aaaah Sakitnya hilang...
Kok bisa? Ini namanya hipnoanastesi.
Tanpa bius, pikiran Anda sudah membedakan peristiwa dari emosinya. Sama
sederhananya saat emosi Anda meledak. Berikan waktu sejenak pikiran Anda untuk
relaks dan Anda terbebas dari ledakan emosi yang tidak bermanfaat.
Saat emosi meledak, otak Anda dibanjiri
kimia yang membuat otak dan tubuh Anda semakin tidak nyaman. Bayangkan saja otak Anda memiliki saklar.
Saat saklar di tekan KLIK... listrik otak Anda padam sesaat dan membiarkan
kimia tadi menguap. Nah... Anda baru saja terhindar dari Ledakan Emosi yang
akan membuat tubuh berperilaku diluar kendali.
“Tapi Ndrie, setelah itu apa lagi? Saya khawatir ledakan itu akan muncul
kembali.”
Baiklah Sahabat, kita memang harus kerja
tuntas sampai puas walau saya sudah lemas...hehehe...
Kita akan berlatih membuat ledakan emosi
ini tidak ogah muncul secara lebih permanen, tapi tunggu di tulisan saya
berikutnya ya.
Emotional Explosion, Defuse it!