Pernah dengar ungkapan, “Bukan salah Anda
ketika Anda terlahir miskin tapi pasti salah Anda jika Anda mati dalam keadaan
miskin.”
Tapi apakah di antara kita ada yang
bercita-cita untuk tetap miskin? Saya kira 99% tidak ada yang menginginkan
konsistensi dalam kemiskinan.
Suatu hari seorang pejalan kaki penasaran
melihat seorang pengemis tua yang setiap hari pada jam yang sama dengan cara
meminta yang sama dan di tempat yang sama di sebuah trotoar yang ia selalu
lewati dalam perjalanan menuju kantornya.
Tak tahan dengan rasa penasarannya ia pun
bertanya pada pengemis tua itu, “Bapak tiap hari mengemis disini?”
“Iya mas”, jawab pengemis itu tegas. “Sejak
kapan bapak mengemis?” Susul pemuda pejalan kaki itu.
“Wah saya ngemis sudah belasan tahun, mas.
Bahkan sekarang anak pertama saya sudah di ITB, anak kedua di UGM Yogyakarta,
dan anak ketiga saya di UNPAD Bandung.” Jawab pengemis tua tersebut diiringi
dengan senyum.
Sontak pejalan kaki itu tersentak
mendengar jawaban pengemis tua tersebut, “Luar Biasa hebat sekali, dari hasil
mengemis bapak mampu menyekolahkan tiga anak bapak di univesitas besar dan
terkenal?”
“Nggak kok, mas. Mereka disana juga sama
kayak saya... ngemis juga.” Tutup pak pengemis. J
Miskin atau kaya memang tidak dipungkiri
merupakan hasil dari usaha dan beberapa faktor lainnya tapi yang sering terlupa
adalah bahwa menjadi miskin atau kaya adalah dampak dari Program pikiran yang
kita buat untuk diri kita baik disadari atau tidak.
Miskin atau kaya bergantung pada
mentalnya. Apakah Anda bermental kaya atau sebaliknya bermental miskin. Dengan
kata lain, Mindset nya sudah dibuat sebelum miskin atau kaya ini mengelilingi
kita.
Anda yang bermental kaya bagaikan sebuah
wadah yang besarnya tidak terbatas dan siap menampung kekayaan yang diberikan
Tuhan pada Anda dan sebaliknya Anda yang bermental miskin, Anda adalah wadah
yang kecil dan sangat terbatas. Jangankan menerima kekayaan Tuhan, bahkan
bayangan tentang menjadi kaya saja tidak cukup dapat Anda tampung. Ini yang
sering diteriakkan orang-orang bermental miskin, “Yah kita mah orang miskin,
mas. Gak bisa ngapa-ngapain lagi, tetep aja miskin.”
Anda paham kan maksud saya? Orang yang
bermental miskin membatasi kekayaan yang Tuhan berikan. Ingat, sahabat... jika
Anda percaya Tuhan Maha Pengasih tentu Anda juga percaya bahwa Tuhan pasti
memberikan apa pun yang diinginkan hamba Nya.”
Ayah saya SD saja tidak lulus, dan kata Beliau
keluarga sebelumnya juga tidak ada yang bersekolah tinggi. Walau tidak miskin,
keluarga ayah saya hidup dalam kondisi sangat sederhana. Namun saya yakin bahwa
kita lah yang menentukan hidup kita maka Tuhan lah yang mengabulkan. Saya telah
menamatkan S2 saya dengan sangat baik dan masih punya keinginan untuk
melanjutkan S3. Hidup saya sekeluarga yang cukup dengan kebahagiaan saya
berbagi dan mengispirasi puluhan bahkan ratusan ribu orang hingga saat ini.
Saat Anda merasa tidak mendapat yang Anda
inginkan, jelas ini bukan salah Ibu Anda yang melahirkan atau Ayah Anda yang
menikahinya. Ini juga bukan salah Anda karena Anda baru saja mengetahui bahwa
Anda lah yang memutuskan apa yang Anda inginkan.
Jika Anda memiliki mimpi, sudah barang
tentu Anda dapat mewujudkan mimpi tersebut. Saya sering menegur peserta
pelatihan saya yang menggunakan kata gagal dalam usahanya.
Jika kita menginginkan sesuatu namun kita
lebih dulu meninggal dunia sebelum dapat mewujudkannya, kita tidak gagal. Kita
hanya butuh waktu lebih lama untuk mencapai kesuksesan. Apa boleh buat, Tuhan
terlanjur sayang pada kita sehingga kita dipanggil lebih cepat. Gagal adalah
ketika kita masih memiliki waktu namun kita berhenti untuk mendapatkan yang
kita inginkan. Ini mengapa untuk sukses kita selalu diajarkan untuk FOCUS walau
kita sering kali tidak paham apa maksudnya.
FOCUS = Follow One Course Until Success (Tekuni
saja satu tujuan sampai Anda sukses).
Tidak jarang kita beralih pada tujuan yang
lain padahal Anda hampir saja mendapatkan yang Anda inginkan. Parahnya lagi,
Anda sudah lupa tujuan Anda padahal Anda sedang mendapatkan apa yang Anda
inginkan dulu.
Dalam sebuah
acara yang salah satu agendanya adalah pengundian doorprize, saya mengajak anak
saya – Irfan – untuk mengambil undian yang seharusnya saya lakukan sendiri.
Sebelum mengambil undian kami melakukan visualisasi dan menjadi magnet bagi
hadiah-hadiah yang disediakan.
Dalam hitungan
detik Irfan mengambil kertas undiannya, lalu oleh panitia gulungan kertas undian
dibuka kemudian kami melihat didalamnya tertulis Micro SD 4GB.
Tidak terlihat
kebahagiaan di wajah Irfan yang sesaat kemudian ia berkata, “Tangan Irfan gak
beruntung, Pak.”
Dia lupa bahwa
beberapa hari sebelumnya ia pernah meminta pada saya untuk membelikan Micro SD
untuk telepon selularnya agar ia dapat mengunduh permainan lebih banyak. Dan ia
lupa pada keinginannya padahal ia sedang mendapatkannya.
Segera saya
mengingatkan apa yang pernah dia inginkan dan mengajaknya untuk melihat bahwa banyak
orang lain yang tidak mendapatkan undian. Beruntung atau tidak adalah
bergantung pada seberapa cerdas kamu bersyukur, sukses atau tidak adalah
bergantung seberapa lama kamu bertahan dalam berproses menuju yang kamu
inginkan.
Andrie Setiawan, TOP
Trainer|Organizer of Mindset|Public
Speaker
www.andrie-setiawan.blogspot.com