Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Wednesday, May 15, 2013

MENULIS JUGA TERAPI


Apa beda terapi dengan motivasi? Apa beda terapis dengan coach? Apa beda pelatihan dengan pencerahan?

Seringkali beberapa orang masih saling menukar definisi dari hal-hal diatas. Memang terkadang definisi tidak terlalu penting, yang terpenting adalah hasil sesuai dengan harapan. Orang yang merasa sakit akan datang ke seorang terapis untuk menjalani proses terapi. Orang yang butuh semangat mendengar cerita-cerita sukses dapat mendatangi sesi motivasi untuk mendapat pencerahan,  yang sering kali setelah keluar ruangan kelas, motivasi kita turun kembali, itu artinya yang hebat bukan ceritanya tapi orangnya...ehehe.... Dan untuk menemukan potensi  diri, Anda membutuhkan seorang coach.

Anda tentu tahu bahwa, pernah ada penelitian, 75% dari penyakit fisik disebabkan oleh psikis. Sama seperti fisik yang membutuhkan makanan sehat walaupun tidak jarang kita terpapar makanan sampah (junk food), Psikis kita membutuhkan “makanan positif” walaupun sering juga terlintas “makanan negatif” dalam pikiran kita. “Makanan positif” akan menghasilkan perkataan yang positif yang menjadi perbuatan positif, berkembang menjadi kebiasaan positif, berlanjut menjadi karakter positif, akhirnya nasib positif akan terus mengikuti hidup Anda. Sebaliknya “makanan negatif” akan menyebabkan nasib negatif.

Layaknya makanan, Anda akan memproses mengambil saripatinya dan mengubahnya menjadi energi, sisanya? Anda buang, karena tidak lagi dibutuhkan. Makanan negatif? Apakah Anda memerlukannya? Saya rasa tidak. Makanan negatif ini jika menumpuk, habislah energi positif Anda. Namun Anda juga tidak perlu membuangnya secara sembarangan karena salah-salah akan mengotori pikiran orang lain.

Saya tahu seseorang yang untuk menghindari perasaan negatifnya ia akan menyalahkan orang lain. Menghindar dari salah membuat pikirannya lebih baik namun membuangperasaan negatif dengan menyalahkan orang lain malah akan membuat lingkungan tempat tinggal fisik dan psikisnya tercemar. Lalu bagaimana membuang pikiran negatif ini?

Sebenarnya, proses membuangnya hanya dengan menetralkan perasaan negatifnya saja. Masalah masa lalu masih bisa membuat kita sedih padahal sudah terjadi tahunan, belasan tahun, bahkan puluhan tahun lalu. Itu karena emosi negatifnya masih melekat dalam pikiran kita.

Menulis dapat menetralkan emosi Negatif

1. Cari dan ingatlah masalah yang jika Anda mengingatnya perasaan sedih kembali merasuki pikiran dan perasaan Anda.

2. Sambil membayangkan, tulislah perasaan Anda diatas selembar kertas. Boleh huruf besar semua, boleh kecil semua, boleh campur-campur, boleh diukir-ukir, boleh diapakan saja terserah Anda karena itu adalah tulisan Anda dan itu adalah emosi Anda. Anda bebas mengendalikannya.

3. Jika sudah, tulislah tulisan-tulisan itu dalam ukuran yang lebih besar dan kertas Anda masih dapat menampung emosi-emosi itu.

4. Lalu, tulis lagi yang lebih besar dan saat ini mungkin hanya beberapa emosi saja yang dapat Anda tulis lengkap, sebagian mungkin terpotong.

5. Tulis lagi dengan ukuran lebih besar bahkan kertas Anda tidak cukup untuk menampung satu huruf saja.

6. Sekarang, bagaimana perasaan Anda?

7. Bosan dengan perasaan itu dan Anda memilih untuk menetralkannya? Benar? Hal itu terjadi baik Anda sadari ataupun tidak. Tidak mengapa, yang terpenting adalah kita bebas dari emosi negatif.
    
    Terapi tulisan lainnya dapat dituangkan dalam bentuk buku harian atau bahkan tulisan di blog. Yang harus Anda perhatikan, jika tulisan Anda bisa dibaca oleh orang lain, maka haruslah tulisan itu beremosi  positif. Jika tulisan Anda meremosi negatif,itu sama dengan Anda membuang SAMPAH sembarangan. Dan itu Jorok Orang-orang jorok di media sosial sering membuang sampah pikirannya secara sembarangan. Hindari orang ini.