Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, December 19, 2015

Seri Psikologi Organisasi: BELAJAR BERORGANISASI DARI KEHIDUPAN KELUARGA

Hampir setiap orang paham bahwa definisi organisasi adalah kumpulan beberapa orang yang memiliki kesamaan-kesamaan dan karena kesamaan tersebut mereka sengaja menghimpun dirinya dalam satu wadah. Sudah sewajarnya, yang namanya kumpulan mesti memiliki struktur, paling tidak sedikitnya ada dua tingkatan dalam struktur tersebut, yaitu ada pemimpin dan ada pengikut.
 
Saya secara awam memandang organisasi ini dalam dua bentuk yaitu informal dan formal. Anda tentu sudah tahu bahwa organisasi pecinta hobi tertentu merupakan salah satunya. Sama-sama naik Suzuki Ertiga, kemudia mereka membentuk kumpulan Ertiga Club, misalnya. Sama-sama pecinta pesawat mainan, kemudian mereka juga membentuk perkumpulannya. Dalam organisasi macam ini, seseorang dapat dengan mudah dating dan pergi, berbeda halnya dengan organisasi yang formal. Pernikahan merupakan salah satu organisasi formal. Organisasi ini dalam pengukuhannya bukan hanya disaksikan oleh orang yang berkepentingan tapi juga banyak pihak. Ada nya pencatatan pengukuhan dan saksi-saksi menambah formalitas lembaga perkawinan. Dalam organisasi ini tidak mudah bagi seseorang untuk dating dan pergi, banyak aturan yang membatasi. Organisasi formal lainnya adalah yang terdapat di dalam kehidupan kantor. Struktur dalam kantor merupakan organisasi yang formal juga.
 
Tantangan dalam organisasi formal adalah Interpersonal Conflict atau konflik antar pribadi. Ketika terjadi konflik ini seseorang tidak akan dengan mudah meninggalkan organisasi ini. Seorang istri yang berkonflik dengan suaminya tidak dapat dengan mudah meninggalkan lembaga ini. Untuk bercerai, mereka harus melalui prosedur yang tidak sederhana. Dan terkadang ada pertimbangan manfaat jika harus berpisah, sebagai contoh kerena keberadaan anak ditengah-tengah keluarga yang berkonflik dan sering kali pada akhirnya si istri memaksakan diri untuk tetap bersama. Jika ini terjadi, organisasi atau lembaga rasanya adalah tempat terburuk didunia.
 
Konflik sering kali disebabkan karena hal sederhana, walaupun tentu ada kalanya hal-hal besar menyebabkan konflik. Seperti contoh;
 
Seorang istri baru saja selesai menghadiri seminar manajemen keluarga yang didalamnya diajarkan manajemen konflik. Dalam manajemen konflik itu diajarkan untuk menginventarisir hal-hal positif dan negative dari masing-masing pasangan. Si istri berkata, "Pah, ini ada formulir, ayuk kita isi. Tolong tulisin hal-hal positif dari Mamah dan hal-hal negatifnya menurut Papah. Nanti Mamah juga akan menuliskannya tentang Papah."
 
Si Papah menerima lembaran formulir sambil senyum-senyum.
 
Si Mamah mulai menulis sedangkan si Papah memerhatikan istrinya sambil senyum-senyum.
 
"Ayo Pah tulis, kok malah senyum-senyum." sergah istrinya yang kemudian melanjutkan menulis dengan semangat. Dari gayanya terlihat, sepertinya daftar dosa dan pahala suaminya sangat panjang.
 
Sudah beberapa menit berlalu, si istri masih menulis dan hampir menyelesaikan daftar tersebut dan si suami mulai menulis sambil tersenyum dan tak sampai satu menit ia telah selesai.
 
"Udah nulisnya, Pah?"
 
"Sudah, Mah."
 
"Ya udah, siapa dulu yang mau bacain daftarnya, Pah?"

"Silakan Mamah duluan."
 
Kemudian istrinya mulai membacakan hal-hal positif mengenai suaminya dan tak berapa lama hal itu selesai dan ia lanjut membaca hal-hal negatifnya. Rupanya pembacaan hal-hal negative berdurasi lebih panjang dari hal-hal positifnya. Ini menandakan suami memiliki lebih banyak hal negative ketimbang positif di mata istrinya.
 
"Nih yah, Pah. Papah sering kali gak mengerti perasaan aku, saat aku maunya apa tapi malah jadi bikin marah."
 
"Papah juga sering kurang percaya diri kalo disekitar teman-teman kantor ku dan itu bikin aku malu, Pah."
 
"Trus, Pah. Maaf yah Pah. Penghasilan kita hamper sama dan bahkan beberapa kali penghasilan Mamah lebih besar dari penghasilan Papah. Teman-Teman ku di kantor, penghasilan suaminya lebih tinggi dari istrinya, Pah."
 
Dan masih banyak lagi daftar keluhan si istri sampai agak beberapa lama kemudian ia berhasil menyelesaikan daftar keluhannya dan tersadar suaminya dari tadi hanya senyum-senyum mendengarkan daftar "dosa-dosa suami" dibacakan
 
"Kok Papah senyum, senyum, sekarang giliran Papah yang baca tentang Mamah supaya kita bias mengetahui apa yang harus kita perbaiki.."
 
"Baik, Mah. Ini kertasnya."
 
Si istri menerima kertas tersebut dalam kondisi terlipat seraya bingung dalam pikirannya kenapa kertas tersebut tidak dibacakan tapi malah diberikan, dan ia juga penasaran apa yang ditulis suaminya dalam waktu yang sangat singkat padahal dia sendiri menghabiskan waktu yang lama untuk menuliskan daftar tentang suaminya. Lalu ia mulai membuka kertas tersebut terbacalah apa yang dituliskan suaminya.
 
"BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM
 
ALLAH TELAH MENCIPTAKAN MANUSIA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA BENTUK DAN ALLAH TELAH MENCIPTAKAN KAMU SEBAGAI ISTRI TERBAIK UNTUKKU.
 
BUKANLAH AKU YANG HARUS MENUNTUTMU MENJADI ISTRI YANG TERBAIK TETAPI AKULAH YANG HARUS BERUSAHA UNTUK MENJADI SUAMI TERBAIK UNTUK KAMU.
 
SEMOGA ALLAH MERIDHOI." Demikian isi kertas tersebut
 
Tangan istrinya gemetar setelah membaca, matanya mulai mengucurkan air mata, dalam pikirannya kacau. Ia yang selama ini merasa lebih tahu dengan mengikuti seminar ini dan itu, yang mengajarkan cara-cara menjadi baik tetapi yang ada hal-hal tersebuthanya mengajarkannya untuk membuat tuntutan untuk kepentingannya sendiri. Ia malu-se malu malunya karenanya.
 
"Maafkan Mamah, Pah. Mamah lupa diri karena Mamah merasa tahu semuanya dan ternyata Mamah lupa bahwa Mamah belum pernah berusaha untuk menjadi istri Papah yang baik."
 
Ini lah yang sering terjadi dalam rumah tangga, ke alpaan pikiran kita untuk berpikir dan merasa mengapa kita menikahinya. Membanding-bandingkan dengan orang lain malah bukan membuat dirinya bijaksana namun membuatnya lebih banyak menuntut.
 
Sebagian besar perselingkuhan di kantor karena suami atau istri membandingkan pasangannya dengan teman sekantornya kemudian menuntut pasangannya untuk menjadi seperti perbandingan itu padahal dengan berfokus memikirkan bagaimana menjadi pasangan yang terbaik dari pada menuntut pasangannya menjadi yang terbaik. Bukankah menuntut diri sendiri lebih mudah dari pada menuntut orang lain?
 
Ini juga yang terjadi dalam konflik antar pribadi dikantor. Orang-orang tidak menyadari posisi dan perannya, setiap orang ingin mengatur dan yang muncul hanyalah tuntutan karena harapannya tidak terpenuhi. Pemimpin menuntut bawahannya tanpa memerhatikan apa yang seharusnya ia lakukan dan sebaliknya begitu juga bawahannya menuntut atasannya tanpa pernah berpikir bagaimana mereka menjadi pengikut terbaik.
 
 
 
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(Ar Ruum : 21)