Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Sunday, January 24, 2010

Perilaku adalah Hasil dari Pola-Pola Pikiran. (Berdiet ala NLP dari seorang Nge-NLP-er)

Saat itu kami sedang beristirahat disela-sela aktifitas menjadi panitia sebuah seminar tiga hari dengan peserta mencapai sekitar 10.000 orang. Benar...orang semua....(he.he.he.). Lelah memang saya rasakan, tetapi ketika sudah berkumpul dengan sahabat-sahabat yang baik, kami berbagi aura semangat yang me-recharge baterai fisik dan pikiran kami.

Sebetulnya pembicaraan dimulai dari seorang sahabat yang bertanya apakah motivasi yang didapat dalam seminar akan bertahan sampai diluar nanti alias permanen atau bahkan motivasi akan menguap ketika peserta melalui pintu keluar dan tetap meninggalkan aura motivasi didalam ruangan.

Asyik berbincang-bincang, pembicaraan dilanjutkan menjawab pertanyaan seorang sahabat tentang pola komunikasi apakah bisa digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Saat itu yang bersedia menjawab adalah sahabat saya, Perdanawan P. Pane, yang ahli dalam bidang NLP dan saya juga masih belajar kepadanya. Karena masih belajar, langsung saya jawab si penanya...”Bisa...jenis manusia bisa menarik perhatian jenis onta..gue tau caranya...mau nggak?..he.he.he.”

Pembicaraan kami saat itu hanya antara laki-laki, saat itu kami berjumlah enam orang dan semua laki-laki. Belum selesai Pane, begitu saya memanggil sahabat saya ini, bercerita tentang Seductive Communication Pattern, seorang teman-wanita- datang menghampiri dan bergabung bersama kami sambil membawa semangkuk sup panas kepiting dan asparagus. Pembicaraan antar lelaki pun dengan segera terhenti.

“Lagi ngomongin apaan?” Sahabat wanita, sebut saja Cathy (bukan nama sebenarnya), itu berkata sambil melempar senyum kepada kami berenam. “Ayo dong Pane, Andrie, bikin gue kurus dong.” Lanjutnya, dan kami berduapun saling memandang, ini bukan pandangan pertama sehingga tidak membuat hati kami saling “tertarik” he.he.he.he.

Karena dalam diskusi kami ini pembicara terakhir adalah Pane maka saya persilakan ia menjawab cara NLP. Seperti biasaya kami saling lempar jika harus menjawab permasalahan dan saling berebut jika ada makanan.he.he.

Pane pun memulainya dengan Meta Program, tool NLP yang canggih untuk fact finding mencari permasalahan sebenarnya dari keluhan yang di lontarkan, namun rupanya suasana kurang kondusif karena diskusi sebelumnya tentang Seductive Communication Pattern belum selesai alias nanggung dan sahabat yang bertanya tentang hal ini masih ingin mendapatkan jawaban dari apa yang ia tanyakan.

Wah... melayani dua klien dalam satu waktu tidak lah mudah, setelah mendapatkan ijin dari Pane, saya melanjutkan Cathy dengan ilmu Nge-NLP saya. Saya harus ijin, jika nanti saya salah saya bisa minta bantuan. Dari siapa lagi kalo sudah berkembang jadi masalah.he.he.he.
“Okay Cathy...Loe tau kan bahwa perilaku itu memiliki pola dan didahului pola-pola dalam pikiran yang di sebut strategi?” Begitu tanya saya. Apa yang loe pikirkan sebelum makan, dan makanan apa yang paling loe ga bisa tahan untuk di diemin aja alias ga dimakan? “Ga mikirin apa-apa dan semua makanan pinginnya ya dimakan karena menurut gue Cuma ada dua jenis makanan; makanan enak dan makanan enak banget.” DuaaaR! Kami berenam tertawa. Cathy ini sebetulnya tidak gemuk-gemuk amat, tetapi sebagai wanita single ia mulai merasa terganggu dengan pola makannya.” Masak sih strategi nya sesingkat itu?” Saya bingung jadinya. “Apa setiap lihat makanan Loe bawaannya pingin makan atau saat-saat tertentu aja baik emosional atau yang lainnya membutuhkan? Yang pertama Ndrie, kalo lihat makanan kayaknya enak, ya makan aja.”
Kalo Loe denger orang ngomong sebuah jenis makanan, apa Loe juga kepingin makan itu? Iya Ndrie.”

Wah polanya singkat amat...pantesan bawaannya makan melulu...

Lihat  Makan
Dengar  Makan

Saya teringat cerita pak RH Wiwoho ketika beliau belajar di Amerika ia berhadapan dengan dua orang wanita yang satu gemuk banget dan yang satu langsing ideal. Wanita yang langsing tidak pernah memantang makanan. Perbedaannya adalah pada strategi dalam pikirannya sebelum makan.

Mendengar penjelasan saya Cathy bingung....hmmm...”gimana ya cara jelasinnya ya?” Ok Cathy...gue akan demonstrasikan sesuatu, subjeknya Loe supaya Loe bisa merasakan bahwa strategi dalam pikiran bisa menghasilkan sebuah perilaku.

Karena saya tahu dulu ia anak dugem sekarang dia sudah insyaf makannya saya mau berteman sama dia..he.he.he., saya pun bertanya, “Cathy...pernah minum sampai teler?” “Pernah.” Jawabnya.

“Sekarang waktu Loe mulai mengangkat minuman dan mengarahkan kemulut dan bagian mana yang merasakan sensasi minuman itu?” “Lidah Ndrie.” “Okay...kemudian?” “Tenggorokan mulai hangat.” “Terus?” “Kepala mulai pusing” “Then?” “Badan mulai berat.”

Sebenarnya saya hanya ingin menunjukkan padanya bahwa pola pikiran dapat menyebabkan perilaku. Pola pikiran sebelum mabuk akan menyebabkan dirinya merasakan benar-benar mabuk walaupun dia tidak lagi dan tidak sedang minum minuman keras.

Pola tersebut saya ulang-ulang padanya sampai ia berkata, “Pusing Ndrie...” “Ok.. kita hentikan dan sekarang Loe gue minta berdiri dan berjalan lurus di atas garis ini.” Sambil saya membuat garis imajinari seperti seorang polisi yang sedang menguji pengendara yang meminum minuman keras saat berkendara. Apa yang terjadi? Cathy berjalan terhuyung berat seperti orang mabuk sambil nyengir dan berkata, “e.e.e.berat...ga bisa jalan...”

Sebelum ia benar-benar terjatuh ke kelantai saya memapahnya kembali kekursinya dan mengembalikan kondisinya seperti semula dan menjelaskan kembali tentang strategi dietnya.

Jika tadi strateginya Lihat  Makan, sekarang kita tambah...

Lihat  Rasakan di lidah  Rasakan makanan tersebut masuk tenggorokan  Biarkan rasakan Lambung mencernanya  dan perhatikan serta rasakan apakah makanan itu baik buat (tubuh) Anda? Jika tidak...cari makanan yang lain dan dan ulangi strateginya...dan Anda akan benar-benar puas setelah Anda dapat “merasakan” semua makanan dan hanya menjatuhkan pilihan pada yang Anda sukai dan benar-benar tepat untuk Tubuh Anda.

Saya juga meminta hal yang sama pada Cathy atas makanan yang telah ia ambil dan sangan disukanya...sup kepiting asparagus. “Cathy jika menurut Loe makanan itu ga bagus untuk tubuh Loe..katakan pada nya makanan ini menjadi netral buat gue...Ok”

Setelah terlihat Cathy selesai mengulang-ulang strateginya, saya harus tes apaka strateginya sudah berjalan dengan baik. “Sekarang coba Loe makan tuh sup nya.” “Ngga ah...dah netral” begitu kata Cathy sambil menyingkirkan supnya.

“Lho jadi siapa yang mau ngabisin nih...kita semua dah kenyang.”

Terapi singkat yang tidak sampai 10 menit itu pun ditutup dengan tawa dan benar-benar pertukaran aura semangat, kami pun melanjutkan sisa tugas kami malam itu dengan energi baru.