Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, January 29, 2010

“HIPNOSIS ITU HARAM!” KATANYA

Diskusi-diskusi yang saya dan beberapa sahabat lakukan, terutama yang awam dalam hal hipnosis masih berkaitan tentang bagaimana hipnosis bisa terjadi. Disela-sela diskusi tentu ada saja yang minta duntuk ditunjukkan kehebatan hipnosis.

Sekali lagi saya katakan, Hipnosis tidak lah sehebat yang Anda bayangkan, yang hebat adalah penciptaan Pikiran oleh Tuhan.

Sampai saat ini, masih dilakukan penelitian tentang kapasitas otak dan pikiran yang masih belum diketahui batasnya. Hipnosis memberikan cara untuk mengeksplorasi luasnya pikiran yang dapat digunakan untuk penyembuhan maupun pemberdayaan diri.

HARAM-nya dimana?

Itu yang terpikirkan ketika saya menonton tayangan disebuah stasiun TV di pagi hari. Tayangan tersebut merupakan tayangan keagamaan, dan bagi mereka yang hadir untuk kesembuhan akan dibantu untuk mengetahui penyebab penyakitnya yang berhubungan dengan perilaku dan sikap-sikap negatifnya sehari-hari yang kemudian harus diubah menjadi positif untuk mendapatkan kesembuhan.

Host (pembawa acara) acara tersebut menjelaskan kepada masyarakat terutama jemaahnya bahwa apa yang dilakukan oleh host tidak menggunakan kekuatan mistis, klenik atau bantuan jin. Memang secara kasat mata acara ini sangat luar biasa dahsyat (yes...yes...yes...). Sang Host menanyakan keluhan jamaahnya, misal, jamaahnya sakit kepala yang kadang datang dan kadang hilang, sudah berobat kedokter namun tidak kunjung berhenti sakit kepalanya.

Sang Host pun bertanya dan menebak yang hampir seluruh tebakannya benar. “Bapak kalau ada permasalahan sukanya marah tapi marahnya tidak dikeluarkan, disimpan aja sendiri ya? Dan jika ada pendapat yang berbeda bapak pinginnya terus mempertahankan pendapatnya dan jika memang itu terjadi bapak marah-marah yang disimpan untuk diri sendiri.” Begitu tanya sang Host. “Betul pak Host.” Semua orang terkesima termasuk saya yang menontonnya walau hanya dari TV. “Bapak mau ngga sembuh? Kalo mau mulai sekarang bapak kalo ada perbedaan pendapat Bapak harus ngomong dan bersabar kemudian ikhlaskan saja ke Tuhan, ayo sekarang bapak ikhlaskan ke Tuhan...Sekarang..!” Sang Bapak pun mengikuti instruksi Host tersebut dan...”Gimana Pak sekarang sudah mendingan?” “Sudah Pak Host, Terimakasih.” HEBAT pikir saya, begitu percayanya orang tersebut kepada sang Host sehingga sugesti sederhana dengan cepat bekerja.

Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Alih-alih sang Host meyakinkan bahwa ia tidak menggunakan mistis, ia mengatakan,”Saya gak pake jin dan sejenisnya, tidak seperti hipnotis, yang itu baru pake jin dan gak boleh ya Bapak – Ibu.” DUAR....R! KAGET saya.

“Lho....yang barusan ia pakai bukan kah itu juga hipnosis?”

Sahabat, mungkin Host tersebut memang belum memahami apa itu hipnosis, tapi dengan ketidak pahamannya dan di sisi lain banyak yang mempercayainya maka informasi yang kurang tepat ini bisa berdampak tidak baik.

Jika hipnosis menggunakan Jin itu tidak benar, jika ada yang berkata Jeans itu benar..he.he.he. Hipnosis, murni menggunakan komunikasi yang tidak ada hubungannya dengan mistis. Kekuatannya adalah dengan menyusun saran-saran atau sugesti bagi orang yang membutuhkan kesembuhan atau pemberdayaan diri, tidak lebih.

Hipnosis menerapkan apa yang diteliti dan ditulis oleh ahli psikologi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Dan sejarah mengatakan bahwa hipnosis pertamakali dipopulerkan di eropa oleh para dokter yang mencari penyembuhan pendukung selain penyembuhan formal secara medis dan hipnosis tidak menggantikan peran medis. Artinya ilmu ini sngat lah ilmiah dan para dokter tentu dengan displin ilmunya tidak akan memasukkan mistis kedalam metode penyembuhannya. Silakan baca sejarahnya yang sudah banyak ditulis seperti dalam situs wikipedia.

Yang dilakukan host diatas juga hipnosis, dan yang menarik dari fakta yang ada yaitu 70% penyakit fisik disebabkan oleh pikiran. Jelas jamaah tadi tidak mudah disembuhkan secara medis jika pola pikirannya menghadapi masalah tidak diperbaiki. Setelah ia mau di bantu oleh Host untuk diperbaiki, pikirannya pun menjadi lebih baik dan membawa dampak kesembuhan pada sakit kepalanya. Dan Sahabat, Otoritas spiritual Tuhan tidak terbantahkan efektifitasnya, tentu bagi mereka yang percaya Tuhan. Saya telah membuktikannya untuk membantu seorang sahabat untuk keluar dari trauma dengan meng ikhlaskan apa yang terjadi, kepada TUHAN. Dan dalam sekali terapi, ia dapat memperbaiki traumanya yang sudah berlangsung selama lima bulan. Bukan saya yang hebat, tetapi kepercayaannya kepada TUHAN yang menyembuhkannya.

Lalu mengapa Hipnosis HARAM jika digunakan untuk membantu dan untuk kebaikan?

Hipnosis ini mirip Muhasabah atau perenungan dan dalam perenungan tersebut seringkali pikiran kita dibawa melayang terfokus pada satu hal. Pada saat perenungan mengingat kematian, banyak peserta yang menangis se jadi-jadinya dan setelah proses itu berlangsung para peserta menjadi lebih segar, sehat, dan semangat karena merasa lebih dekat dengan Tuhan dan memiliki tujuan hidup. HIPNOSIS PUN DEMIKIAN.

Seorang sahabat datang kepada saya dan mengatakan bahwa ia merindukan Ka’bah dan ingin berhaji bersama ibunya. Saat ini ia memang masih mengumpulkan uang yang ia sendiri tidak tahu kapan akan selesai terkumpul. Saya ajak ia untuk menikmati cita-citanya itu dan mudah-mudahan setelah merasa nikmat ia akan mencari apa saja cara yang penting HALAL untuk berhaji.

Saya panggil dia Ji’ih, dan beginilah kira kira sugestinya yang sahabat pembaca bisa juga gunakan untuk membantu orang lain.

“Ji’ih, pegang pulpen ini dan buat lingkaran diatas kertas ini” sambil menyodorkan kertas putih kosong. Ia membuat lingkaran searah putaran mengelilingi Ka’bah atau berlawanan jarum jam. “Lakukan perlahan dan nikmati lingkaran tersebut sebagaimana kamu menikmati dirimu mengelilingi Ka’bah dan lafalkan bacaan yang di baca pada saat mengelilingi Ka’bah.” Ia pun mulai melakukan apa yang saya sarankan (sugestikan), wajahnya memerah dan pipinya mulai bergetar dan rahangnya mulai relaks tanda bahwa ia sudah memasuki kondisi hipnosis. Sahabat, kondisi ini juga Anda rasakan ketika Anda menonton sebuah film favorit Anda. Ji’ih juga sedang menonton “film”nya sendiri di Ka’bah bersama ibunya walaupun matanya tetap terbuka. “Nikmati saja dan teruuuus.” Begitu saran saya. “Dan begitu hatimu sudah melekat pada tempat itu, kamu akan terus membuat lingkaran dan tidak bisa menghentikan gerakan tangan mu karena saat ini hatimu yang menggerakan tangan itu. Ini akan terjadi sampai saya meminta hatimu untuk menghentikannya.” Sahabat...Ji’ih benar-benar tidak dapat menghentikan tangannya, semakin dicoba berhenti, semakin lingkaran itu dibuat. Ketika terlihat ia sudah cukup menikmatinya, saya minta ia untuk berhenti.

“Gimana rasanya?” Tanya saya. “Enak Mas! Pingin banget nih saya kesana.”

“Amin...” Jawab saya.

Saya yakin peristiwa itu lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan saya tidak dapat merasakan dimana HARAM nya.

Di lain waktu selepas jam kerja ketika bersantai bersama teman-teman, duduk diantara kami dua sahabat dari departemen Sumber Daya Manusia. Salah satunya ingin sekali merasakan bagaimana rasanya dihipnosis. Namun saya dapat melihat ia masih memiliki prasangka bahwa hipnosis itu ngeri-mengerikan dan bisa membuatnya mengoceh mengeluarkan rahasia pribadinya. Sahabat...ini juga merupakan satu contoh korban informasi yang kurang tepat dari TV yang mengutamakan Rating dan mengabaikan edukasi. Setelah sedikit edukasi, ia pun mampu menggunakan pikirannya untuk menghipnosis dirinya sendiri walaupun permintaannya matanya harus tetap terbuka. “Gua ga mau yang merem-merem, nanti gua lu apa-apa in lagi...” dan hal ini di manfaatkan sahabat saya Pane yang juga ada disana untuk menambah kecerian sore selepas jam kerja.

Sahabat, sampai saat ini dan mungkin seterusnya saya tidak dapat melihat HARAM nya hipnosis karena ini dilakukan dengan tidak melupakan kekuatan Tuhan dan hanya Tuhan lah yang memiliki kekuatan penyembuhan.

Menyambung sahabat SDM saya, “OK sekarang boleh melek, nanti yang merem harus dicoba ya Bro...enak lho...he.he.he.

Dan kata-kata itu menyisakan keceriaan sore itu untuk dilanjutkan esok hari yang lebih ceria.