Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Thursday, February 4, 2010

FUTURE PACING MENGGUNAKAN TIME LINE


Beberapa hari lalu seorang sahabat datang kepada saya meminta saya untuk melakukan coaching atas dirinya. Apa pasal? Ia merasa belum percaya diri jika harus memberikan training dikelas yang lebih besar dengan level peserta yang lebih tinggi dari biasanya serta tempat yang dia sendiri rasa kurang nyaman alias tidak seperti yang biasanya lah. Padahal materi yang akan ia bawakan sudah ia kuasai.

Dua hal yang pertama yang selalu saya tanyakan kepada setiap orang yang meminta coaching adalah

1. Apa yang kamu inginkan?
2. Apa manfaatnya bagimu?

Hal-hal tersebut penting saya tanyakan karena motivasi yang datang dari dalam diri sendiri sering kali mempermudah proses coaching, sehingga bisa dilakukan dengan singkat atau sahabat saya ini tidak perlu bolak-balik, walaupun saat ini ditempat berbeda saya juga sedang dalam menjalankan coaching bagi sahabat yang lain dan ia lebih senang jika harus bolak-balik. Bisa dibayangkan jika satu sesi coaching memakan waktu, tenaga, dan biaya sekian-sekian di kali kan jumlah kunjungan, coach-nya sih happy-happy saja..he.he.

PROSES

Sahabat saya ini di panggil Tuti (bukan nama sebenarnya). “Tut, apa yang kamu rasakan sekarang?”

“Dah mulai gemeteran Mas, padahal sekarang baru hari Rabu, masih 3 hari lagi.”

“Oh..biasa itu sih...gemeteran grogi kan, bukan kedinginan karena AC diruangan ini? Grogi itu malahan bagus lho. Grogi itu memberikan tanda bahwa kamu perlu latihan dan kalo orang grogi sebelum pentas, artinya orang itu ingin menampilkan yang terbaik. Sebaliknya, jika seorang trainer ga pernah grogi, bisa jadi ia terlalu Percaya Diri alias PD dan tidak melakukan persiapan, hasilnya....bisa kamu pikirkan sendiri jika tanpa persiapan.” Saya baru saja melakukan pemaknaan ulang (reframing) akan arti grogi. Setelah ia lebih tenang, saya pun melanjutkan.

“Kalo gitu groginya, dari skala 1 sampai dengan 10, ada di angka berapa?”

Semakin kecil angkanya semakin kecil groginya.

“5 Mas!” Saya pun menggambar sebuah garis horizontal dan kemudian mengatakan padanya, Kamu ada disini hari Rabu.” Sambil membuat garis vertikal pendek dan menandainya dengan kata Rabu dan angka 5.

“Acara kamu hari Sabtu kan?” Ia menjawab, “Betul, Mas.” “Nah sekarang maju ke hari Jum’at...” Kata saya, “Sekarang berapa tingkatan groginya?” Tuti pun menjawab,”Mas, tangan saya tambah dingin nih...sekarang jadi 9.” Begitu saya mengatakan Jum’at, pikirannya merespon dan membuat tubuhnya bergetar dan menjadi lebih dingin. Ini adalah respon yang biasa terjadi dalam terapi. Begitu klien sudah terait secara emosional dalam suatu peristiwa, kita dapat mengenalinya dari respon tubuhnya. Hal ini pula yang meyakinkan saya ia akan mengikuti saran-saran saya.

“Sekarang kita maju lagi sampai hari H nya, Sabtu. Gimana rasanya sekarang? Berapa angkanya?” Dia pun menjawab, “10, Mas!” “Bagus, dan hari ini kamu tidak lagi bisa mundur, lihat saat ini kamu sudah berada di ruang training dengan jumlah peserta lebih dari 200 orang seperti yang dijadwalkan. Lihat sekeliling dan cari orang yang wajahnya ramah dan tersenyumlah pada nya....” Tuti, sepertinya melakukan visualisasi walaupun matanya tetap terbuka sambil melihat garis yang saya buat.

“Dan sekarang saatnya kamu dipanggil dan diperkenalkan sebagai trainer yang akan memberikan materi pagi itu. Maju dan mulai, sekarang.”

“Seperti biasa, perkenalan diri dan lakukan ice breaker seperti yang telah kita latih bersama.” Ice Breaker adalah satu teknik untuk membuat baik trainer maupun pesertanya menjadi nyaman karena baru saling mengenal, intinya memecah kebekuan seperti namanya. Ice breaker yang telah kami latih adalah energy manipulation, yang memiliki prinsip bahwa energi manusia dapat dimunculkan seperti apa yang orang tersebut inginkan. Di lain waktu kita akan membahas hal ini.

“Tut, berapa angkanya sekarang?”

“9, Mas!” Tuti mejawab. Ini berarti sedah terjadi perubahan sikap yang dapat terlihat dari perubahan perilaku yang ia tunjukkan. Wajahnya masih tegang namun tidak setegang beberapa detik sebelumnya.
“Tuti, ice breaker tadi telah kamu rangkai dengan materi intinya sehingga mereka merasa ada kesatuan antara manipulasi energi dengan apa yang kamu sampaikan berikutnya. Dan ketika kamu sampai pada materi yang sebenarnya kamu dapat melihat mereka merespon, beberapa menganggukkan kepala dan beberapa tersenyum sebagai konfirmasi bahwa kamu telah memberi manfaat bagi mereka. Mungkin beberapa masi belum merespon, dan biarkan saja, nanti ada waktunya. Nikmati saja perasaan ini, makin nyaman dan lebih menyenangkan dari sebelumnya. Berapa angkanya sekarang?”

“5, Mas!”

“Bagus..Nikmati terus, dan lanjutkan. Lihat sekarang mereka, para peserta mulai terlibat lebih dalam dengan materi yang kamu sampaikan. Beberapa kali kamu melontarkan joke segar dan mereka menikmatinya.”

“Selesai kamu menyampaikan materi, sekarang saatnya mereka mempraktikkan apa yang kamu baru saja sampaikan. Kamu memanggil dua orang trainer lain sebagai model untuk mencontohkan bagaimana praktiknya berlangsung dan sekarang kamu tidak lagi sendiri didepan, saya yakin sekarang kamu menjadi lebih nyaman. Berapa angkanya sekarang?”

“3, Mas!”

“Bagus, setelah dua teman mencontohkan, kamu menginstruksikan peserta untuk mulai melakukan praktik. Kamu bisa melihat mereka mempraktikkan apa yang kamu ajarkan dan mereka menikmatinya. Berapa angkanya sekarang?”

“2, Mas!”

“Luar Biasa, lanjutkan lagi dan NIKMATI perasaan ini, sisakan grogi yang masih 2 ini sampai akhir acara karena kamu masih harus menampilkan dan memberikan yang terbaik.”

“Sampai pada kesimpulan materi dan tutup trainingnya dengan kepercaayaan diri yang kamu tularkan kepada peserta bahwa mereka telah melakukannya dengan baik dan rasakan kepercayaaan diri mereka ketika mereka bertepuk tangan untuk kamu sebagai rasa terimakasih. Dengan demikian perasaan grogi telah habis dan berganti menjadi kebahagiaan yang nilainya 10, terlebih atasan kamu menyalami kamu tanda senang atas penampilan kamu hari ini serta seorang Leader tuan rumah yang mengundang mu yang juga menyalami mu seraya senyum dan mengucapkan terimakasih. Apakah kebahagiaan kamu bernilai 10, sekarang?”

“Iya, Mas!”

“Baik...kita ulangi, kamu ada di hari Rabu...”

“Sahabat pembaca, sudah ada perubahan sikap pada Tuti namun ini belum cukup dan harus dipastikan (baca: latih) sekali lagi. Saya memintanya untuk memegan pulpen yang tadi saya gunakan untuk mengikuti garis yang telah saya buat. Saya memintanya untuk mengulangi perasaan dan visualisasinya sekali lagi dengan panduan dari saya sama seperti yang saya lakukan diatas. Terlihat dari wajah dan tangannya ia telah masuk kembali dalam suasana itu.

Setelah ia mencapai perasaan bahagia yang bernilai 10, saya minta untuk mempertahankannya beberapa saat. Kemudian mengikatnya dengan anchor agar dapat ia panggil lagi saat ia membutuhkannya.

Sahabat, You are what You are thinking You are. Anda adalah orang yang mampu mengendalikan perasaan sesuai yang Anda butuhkan. Pilihlah sebuah perasaan yang baik, pikirkan, rasakan kembali, dan Anda benar-benar akan mendapatkannya.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk para trainer dan agen-agen asuransi yang pernah saya kenal dan bersama-sama melakukan transformasi pikirannya yang LUAR BIASA.