Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Sunday, February 14, 2010

Therapist atau The Rapist

Terapi berasal dari bahasa Inggris Therapy yang memiliki akar kata Therapeutic yang berasal dari bahasa Yunani Therapeutikos yang artinya adalah penyembuhan penyakit tubuh, mental, dan perilaku. Banyak terapi yang kita kenal hari ini, selain terapi medis kita mengenal banyak terapi alternatif. Hipnoterapi sebagai terapi alternatif sangat baik untuk yang berhubungan dengan mental dan perilaku walaupun tidak menutup kemungkinan untuk penyembuhan tubuh. Karena 70% penyakit tubuh berkaitan dengan pikiran, tetapi hipnoterapi tidak pernah ditujukan untuk menggantikan posisi terapi medis.

Pagi ini saya menonton sebuah acara penyembuhan dan sampai saatnya seorang ibu yang mengeluhkan sekujur tubuhnya kesemutan. Sang terapis menanyakan apakah sang ibu memiliki amalan-amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Sang ibu mengaku tidak memilikinya selain bacaan kitab suci yang ia anggap hal itu biasa saja baginya sebagai orang yang pernah tinggal di sebuah sekolah agama. Sang terapis masih memaksakan pikirannya, “Ibu, jika ibu membaca kitab suci untuk tujuan tertentu bukan karena Tuhan, itu namanya amalan, coba ibu inget-inget lagi.” Sang ibu tetap mengaku tidak melakukannya. “Atau Ibu pernah dikasih oleh seorang guru agama atau apa, coba inget-inget lagi.” Sang ibu makin bingung dan tidak dapat berkata-kata.

Saya melihat bahasa sang terapis berorientasi pada dirinya sendiri sehingga ibu klien tadi tidak memahaminya. Semakin sang ibu tidak memahaminya dan semakin ia bingung. Yang dilakukan terapis ini adalah memaksakan idenya tanpa memperhatikan dan mencari masalah sebenarnya dan ini sangat berbahaya bagi kliennya. Sebagai figur otoritas yang dipercaya peserta terapi, ketika sebagian besar peserta mempercayainya, saya yakin ibu ini pun tak pelak lambat laun akan mempercayainya walau ia tidak menyadari apakah ia memiliki amalan atau tidak. Yang lebih “ngeri” adalah jika konsep amalan ibu tersebut tidak tepat, misalnya jika seseorang melakukan amalan maka ia akan diikuti mahluk tertentu yang hal ini akan membuat sang ibu menjadi tambah khawatir.

Terapi yang saya percayai adalah terapi yang berorientasi pada klien sehingga apa yang dipercayai oleh klien dan kemudian dapat saya gunakan, istilah kerennya utilisasi, untuk kesembuhan klien. Ketika seorang klien percaya bahwa ia pernah hidup ribuan tahun lalu, dan ternyata hal itu juga yang menyebabkan penyakitnya, maka saya akan menggunakannya untuk kesembuhan. Saya adalah seorang muslim yang tidak mempercyai reinkarnasi, dan pada saat yang tepat setelah klien mendapatkan kesembuhan, saya akan mendiskusikan tentang kehidupan masa lalu dari sudut pandang Islam dan mengarahkannya kembali pada akar keyakinan, jika klien saya beragama Islam.

Berorientasi pada Klien membuat kita menjadi Therapist dan berorientasi pada diri sendiri akan menunjukkan kita pada orang-orang bahwa kita adalah The Rapist.