Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, February 13, 2010

Verbal Healing (Penyembuhan dengan Kata-kata)

Baru saja pelatihan 4 (Empat) hari tentang Manajemen dan Kepemimpinan usai dan saya tergerak untuk kembali menuliskan pengalaman saya agar manfaatnya dapat digunakan lebih luas. Diantara para kolega fasilitator lainnya, dalam kelas itu, saya berkesempatan berbagi tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dalam kaitannya dengan me-model strategi pemimpin sukses secara kreatif.

Sebagai pemimpin visioner, mereka masih memiliki kendala dalam melihat visi mereka. Ini terjadi karena konsep berpikir mereka adalah SEEING is BELIEVING, artinya mereka harus selalu melihat bukti-bukti terlebih dahulu baru kemudian mempercayai cara-cara menuju sukses yang diajarkan. Padahal sebagai pemimpin visioner mereka dapat melihat lebih jauh dan luas dibanding orang kebanyakan. Mereka dapat membalikkan cara berpikir mereka menjadi BELIEVING is SEEING. Percaya apa yang dilihat dalam gambaran mentalnya dan nanti mereka akan dapat melihatnya sebagai kenyataan.

Lalu apa hubungannya dengan verbal healing? Setelah menunjukkan kepada mereka apa yang menjadi persepsinya akan diproyeksikan dalam kenyataan, seorang peserta bertanya kepada usai saya menyampaikan materi, ”Pak, yang tadi itu beneran ya, ga pake mantra?” Sambil senyum saya menjawab, ”Pak Joko tadi cuma dengar kata-kata saya yang saya ucapkan dengan bahasa yang pak Joko juga pahami kan? Itu hipnosis dan Itu semuanya kekuatan verbal, Pak.”

Verbal sendiri dapat diartikan secara sederhana dengan ”kata-kata yang diucapkan.” Seorang hipnoterapis, pemimpin, mentor, trainer, guru, coach, dan lainnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia wajib terampil dalam hal ini, jika bukan untuk penyembuhan paling tidak untuk berkomunikasi efektif. Saya teringat akan hasil studi yang dilakukan oleh Howard Gardner dari Harvard University yang memetakan kecerdasan manusia, paling tidak ada sembilan, salah satunya adalah kecerdasan berbahasa atau saya menyebutnya berkomunikasi. Ada dua macam komunikasi yaitu internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah bagaimana seseorang dapat menyampaikan dan menerima ide-ide yang di terima maupun disampaikan oleh diri sendiri. Sedangkan komunikasi eksternal adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam dunia terapi, seseorang dapat melakukan terapi sendiri untuk kasus yang sederhana dan dapat dibantu oleh terapis lain jika dibutuhkan. Dalam buku Mozart Effect karya Don Campbell bahkan dinyatakan bahwa suara diri sendiri memiliki kekuatan penyembuhan bagi diri sendiri. Sahabat, pernahkah jari tangan Anda secara tidak sengaja terjepit pintu, jendela, atau lainnya? Dan rasa sakit karena terjepit itu berkurang setelah kita mengeluarkan suara seperti, ”Aduh..., Auw..., Adaow...Ouch...!, dan lainnya.” Suara memiliki frekuensi tertentu. Frekuensi teriakan sakit dialirkan ke pusat rasa sakit dan getarannya mengubah, mengurangi, atau bahkan menghilangkan rasa sakit itu.

Setelah terjatuh, seorang anak menangis dan ini adalah mekanisme penyembuhan otomatis oleh diri sendiri. Frekuensi tangisan anak akan di salurkan kepusat rasa sakit untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakitnya. Yang dapat dilakukan orangtua adalah membantu frekuensi itu mengalir lebih cepat kepusat rasa sakit agar kesembuhan cepat tercapai. ”Di bagian mana sakitnya, Nak? Oh bagian lutut ya? Nah sekarang sambil nangis kamu tiup lututnya ya...sambil bapak ngomong sama lututnya. Maaf ya lutut...sekarang kan sudah minta maaf, jadi sakitnya hilang ya.” Tentu anak akan memperhatikan apa yang dilakukan orang tuanya. Hal ini melatih kecerdasan komunikasi internal pada anak, dan anak akan melakukannya sendiri untuk kesembuhannya jika dibutuhkan lagi.

BAGAIMANA MENGURANGI BAHKAN MENGHILANGKAN RASA SAKIT KEPALA.

Pertama, sadarilah penyebab sakit kepala Anda. Jika memang ada kelainan dengan kepala atau organ bagian dalamnya maka tindakan medis tetap harus dilakukan, karena teknik ini tidak ditujukan untuk menggantikan pengobatan medis.

Ke-dua, Rasakan sakit kepala tersebut dan sadari di bagian mana di kepala letak sakit tersebut berada; kiri, kanan, depan, belakang, atau lainnya.

Ke-tiga, ambil sebuah bentuk yang mewakili rasa sakit itu. Persegi, lingkaran, abstrak, atau lainnya. Jika perlu beri warna.

Ke-empat, lakukan teknik humming, yaitu dengan bersuara ”Hmm....”. Tarik nafas panjang dan saat mengeluarkan nafas, suarakan ”Hmm....” mulut tertutup dan rasakan getaran dari bunyi yang anda produksi sendiri. Ulangi untuk memastikan getarannya sudah dapat dibuat. Baik lah, Anda sudah dapat melakukan humming.

Kelima, ini lah verbalnya, Katakan, ”Wahai sakit kepala, aku ikhlaskan kau untuk pergi dan aku serahkan segala permasalahan ku pada Tuhan.”

Ke-enam, lakukan humming dan hantarkan getarannya menuju pusat sakit kepala. Pada saat getarannya sudah mencapai pusat sakitnya, lihatlah bahwa bentuk yang mewakili rasa sakit itu sedikit demi sedikit hancur oleh getarannya dan warnanya semakin pudar menjadi netral. Keluarkan mereka melalui pernafasan Anda melalui rongga hidung Anda.

Ke-tujuh, ulangi sampai sakit kepala tersebut hilang dari sana. Dan ucapkan, ”Terimakasih kepala, kau telah membantuku untuk mengikhlaskan sakit kepala pergi dan kau akan terus membantuku ketika aku membutuhkannya.”

Sekali lagi bahwa teknik-teknik dalam hipnosis tidaklah seperti yang dituduhkan orang-orang yang belum memahami bahwa hipnosis menggunakan bantuan mahluk lain dan mantra. Hipnosis hanyalah teknik-teknik komunikasi atau penyembuhan secara verbal.

Rangkaian pelatihan 4 (empat) hari telah usai dan kami pun saling mengucapkan selamat karena telah melalui hari-hari tersebut dengan baik dan meninggalkan kenangan.Yang mengesankan bagi saya adalah masih ada seorang Manajer, wanita, yang kami latih mengatakan, ”Awas...jangan tatap mata pak Andrie...”he.he.he.he.”Memangnya kenapa mata saya Bu? Indah ya?”