Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Sunday, February 7, 2010

TOMBOL PANAS

Hot Button, begitulah istilah bahasa Inggrisnya. Sebetulnya tombolnya tidak benar-benar panas, karena sekali lagi ini hanya istilah. Kamus Merriam-Webster’s 11 Collegiate Dictionary mendefinisikan sebagai

“an emotional and usually controversial issue or concern that triggers immediate intense reaction”

Sengaja saya kutipkan dari kamus bahasa Inggris, biar dikira orang Andrie sedikit-sedikit bisa bahasa Inggris juga..he.he.he.he.

Terjemahan bebasnya kira-kira begini,”Sesuatu yang biasanya kontroversial dan bermuatan emosional yang dapat memicu reaksi (emosional) yang dalam.” Sesuatu disini bisa saja yang dilihat atau didengar yang kemudian dirasakan oleh orang yang menerimanya.

Hot Button ini sering digunakan dalam bidang penjualan. Baik dalam merekrut pelanggan maupun Sales Person nya. Banyak teknik yang dilakukan para Jawara dan manajer penjualan dalam melakukannya. Teknik ini benar-benar seperti menekan sebuah tombol dan mendapatkan yang Anda harapkan, dan yang terpenting, selain penjualan masih banyak lagi fungsi dari Hot Button ini. Salah satunya untuk memotivasi dan membangkitkan kembali semangat yang mulai mengendur.

Saat ini saya sedang melakukan Coaching atas sahabat saya, ia seorang manajer penjualan di sebuah perusahaan asuransi. Sebetulnya, saya yang menawarkan diri. Ia masih terlihat semangat, tetapi beberapa kali ia mengatakan sedang mencari “Mengapa” ia harus tetap ada diperusahaan itu. Ketika ditanya apakah ada perusahaan lain, ia menjawab belum ada perusahaan yang sebagus tempatnya sekarang. Tambahnya lagi, ia meminta saran saya bagaimana berkomunikasi dan menggunakan Hot Button dengan para sales force nya.

Beberapa kali bincang-bincang, sepertinya ia mengharapkan sesi formal hypnotherapy, dan saya belum melihat hal tersebut dibutuhkan dan lagi pula ia membutuhkan teknik yang sederhana yang ia bisa terapkan untuk para sales force nya.

Saya menawarkan Meta Program untuk mencari Hot Button bagi dirinya dan sales force nya. Meta Program adalah sebuah konsep dari NLP dan dalam hypnotherapy saya menggunakannya untuk membangun kedekatan emosional dan memotivasi (tepatnya memprovokasi-he.he.) sahabat-sahabat saya yang membutuhkannya.

Meta Program adalah program pikiran yang secara otomatis menjalankan perilaku atau pola-pola pikiran. Meta Program tidak berbicara tentang sifat dan karakter manusia. Lebih tepatnya Meta Program tidak berbicara “siapa dia” tetapi “apa yang dia lakukan”, ya benar, hal ini berkaitan dengan strategi-strategi yang mendasari perilaku.

Meta Program berubah-ubah berdasarkan konteksnya, dapat di kelola, dan dapat di prediksi. Manusia adalah mahluk yang kompleks, meskipun sahabat suatu saat dengan mudah dapat mengidentifikasi Meta Program dalam diri seseorang, itu tidak berarti bahwa program tersebut akan digunakan selamanya, sekali lagi, bergantung konteksnya.

Sederhananya, silakan perhatikan pilihan-pilihan berikut,

1. Global – Detail
2. Internal –External
3. Self – Others
4. Sameness – Difference
5. Proactive – Reactive
6. Toward – Away From
7. Optional – Procedural

Mereka adalah pasangan-pasangan yang akan kita pilih ketika kita dalam konteks tertentu. Selain yang ditampilkan diatas, masih ada 50-an pasang Meta Program yang dapat di eksplorasi dan digunakan, khususnya berkaitan dengan “Tombol Motivasi”. Yang saya gunakan untuk leader yang saya sebut diatas juga hanya 5 (lima) saja.

Panggil saja namanya Kim. Saya biasa menyapanya, “Halo Kim-Kim!”. Dan sesi coaching pun kami mulai. Tempatnya tidak biasa, disebuah kantin gedung perkantoran di jalan Sudirman Jakarta. Sesi ini memang sesi yang sangat santai sehingga sambil menikmati secangkir kopi pun sesi ini dapat berjalan dengan baik.

“Ndrie, gimana cara saya ngomong ke agen-agen saya ya?” Ini topik sesi kali ini. Beberapa agennya mulai menyedot pikirannya. Mereka butuh Recharge Motivasi. Dari profil sang leader, Kim, tak ada masalah. Ia seorang pemimpin yang sangat bersemangat dan bisa menjadi contoh para agennya. Saya melihat, ini hanya permasalahan komunikasi. Sahabat tentu masih ingat, jika kita ingin meminta orang lain melakukan sesuatu akan lebih mudah jika kita mencontohkannya terlebih dahulu dan berhasil. Bahasa sananya Walk the Talk.

“Ok Kim, seperti yang kamu telah ceritakan ke saya tahun ini kamu harus mencapai target kamu agar dapat menjadi Senior Leader tahun depan, mengapa itu menjadi penting?”

“Lho, kamu lupa ya Ndrie? Kan saya sudah kasih tahu waktu itu.” Jawabnya.

“Gak apa apa kan kalo kamu jawab lagi pertanyaan itu untuk melihat apakah alasannya konsisten?” Saya menegaskan.

“Target itu untuk MEMBUKTIKAN bahwa SAYA mampu melakukannya.” Ia menjawab, matanya terlihat ia sedang memvisualisasikan sesuatu.

“Seberapa penting hal itu buat kamu?”
“Penting Banget!”

Dalam konteks pekerjaan ia beorientasi pada tujuan (Toward) bukan menghindari masalah (Away From)

“Dan bagaimana kamu tahu bahwa kamu telah melakukan pekerjaan dengan baik?”

“Ketika SAYA merasakan kepuasan mengerjakan hal-hal untuk mencapai target SAYA.” Ia menjawab sambil tersenyum, saya mengartikannya ia percaya diri dengan apa yang ia katakan barusan.

“Cuma kamu yang bisa merasakan itu?” Selidik saya lebih dalam.

“Ya.” Jawabnya singkat.

Sumber motivasi bagi pekerjaan yang dijalaninya sekarang adalah INTERNAL. Secara konsisten ia menekankan bahwa manfaatnya akan dirasakan olehnya dan untuknya. Hmmm...jarang saya menemui wanita yang sudah berkeluarga seperti ini. Biasanya mereka berorientasi pada keluarganya. Lalu apakah Kim salah, ya jelas tidak...ini lah yang dimaksud Meta Program dalam konteks pekerjaan ia sangat Internal dalam konteks lain bisa jadi ia Eksternal, dalam memaknai hidup misalnya, ia lebih merasa berarti ketika suaminya bangga terhadap dirinya.

“Ok, kalau yang kamu katakan seperti itu, lalu apa hubungan kamu hari ini dengan kamu setahun lalu, sebelum menjadi seorang leader tentunya?”

“Beda Ndrie, sebelum jadi Leader saya bekerja dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, dan sekarang saya bertanggung jawab untuk membuat agen-agen saya menjadi sukses.”

Faktor Motivasi Kim, adalah Difference. Ia dapat melihat perbedaan konteks sekarang dan sebelumnya dan itu yang sedang ia lakukan.

Dari semua pertanyaan yang saya ajukan, ia menjawabnya dengan penuh kehati-hatian. Ini bukan berarti ia sedang mengarang cerita, karena semua tentang pekerjaannya telah ia ceritakan. Ini dapat berarti sebelum melakukan atau berkata sesuatu, ia selalu memikirkannya. Ini menunjukkan bagaimana ia mengambil keputusan. Dalam konteks pekerjaan sebagai Leader ia REACTIVE, semuanya harus ia pertimbangankan masak-masak. Seseorang yang reactive tidak membiarkan orang lain mengambil keputusan. Harus dirinya yang memutuskan.

Setelah selesai bertanya-tanya saya harus menguji jawaban yang Kim buat, apakah konsisten atau tidak.

“Kim, kalau kamu saya kasih kerjaan yang tidak memiliki TARGET, semua dilakukan sama setiap harinya dan kamu tidak boleh berimprovisasi, semua bergantung pada kepuasan dan keputusan atasan kamu. Penghasilannya lebih besar dari yang sekarang. Kamu mau?”

“NGGAK MAU yang kayak begitu Ndrie. Bukannya sombong ya Ndrie, selama disini sudah banyak yang menawari saya untuk menduduki sebuah posisi dengan penghasilan dan jabatan. Tapi bukan GUE banget...he.h.he.” Ia menjawab disusul tawanya.

Saya lanjut berkata, ”Kim! Dengarkan kata-kata saya dan ini akan membuatmu lebih termotivasi dari pada sebelumnya. Kamu seorang Leader yang luar biasa BERANI yang berorientasi pada TARGET, dan kamu telah membuatnya. Saya yakin kamu bisa mendapatkan TARGET itu (Toward). Kamu selalu tertantang untuk membuat target-target yang BERBEDA setelah kamu mencapai target sebelumnya, dan saya tantang kamu untuk membuat PERBEDAAN (Difference) dibanding tahun sebelumnya, yang nantinya kamu akan dapatkan kepuasan dalam DIRIMU...ya...untuk KAMU (Internal). Saya yakin perasaan senang itu sudah mulai dibangun dan bagaimanapun KAMU yang MEMUTUSKAN (Reactive). Kamu punya banyak cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan (Optional), dan semua itu KAMU yang MEMUTUSKAN...(saya diam...)

Ia tersenyum dan mengucapkan, “Terimakasih Ndrie.” Kemudian melanjutkan, “Terus saya ngomongnya sama agen saya gimana?”

“Ya seperti itu Kim, Meta Program. Ok, sesi berikutnya kita pelajari lebih dalam dan praktek ya...kalau perlu waktu kamu ngomong sama agen kamu, saya ikutan lihat.”

“Nanti dulu dong, saya dulu yang dilatih.” Kami menyudahi sesi itu dan kopi cangkir pun telah habis.

Beberapa menit setelah berpisah, Kim mengirimkan SMS yang isinya menyatakan bahwa ia paling puas dengan sesi ini dibanding sebelumnya. Saya hanya berpikir, Alhamdulillah, sepertinya Meta Program mulai berdampak pada dirinya.