Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, March 6, 2010

Sabar dengan Menanam Jagung

Ada apa dengan menanam jagung? Sahabat…, prinsip hidup saya adalah belajar dari apa dan siapa saja, karena dengan ini saya yakin akan mempercepat apa yang saya inginkan. Mendapatkan keberhasilan serupa dengan model kesuksesan yang saya miliki dan menghindari kesalahan yang sama dengan pengalaman orang lain dimasa lalu. Kelihatan, kan keuntungannya? Keberhasilannya saya dapat, dan kegagalan yang mampu saya hindari. Enak toh?

Judul diatas ada kaitannya dengan seorang pemimpin unit sebuah perusahaan asuransi yang sedang saya Coach. Sebut saja Ira. Ia meminta jadwal pertemuan khusus untuk membicarakan sesuatu yang sebelumnya saya tidak tahu apa. Sampai akhirnya kami bertemu dan ia masih belum menyebutkan apa yang ingin dibicarakan. Bingung saya saat itu dan tetap menjaga image tenang (sok tenang..hehehe…). Pun dia kemudian memberitahu ada “sedikit” masalah, jika tidak mau disebut banyak.

Leadership…ya..itu yang sedang ia hadapi. Pertama, ia memiliki seorang agen yang usianya jauh lebih tua dan orang ini ia rasakan sangat menyedot energi fisik dan pikirannya. Setiap kali ingin menemui calon nasabahnya, orang ini selalu meminta Ira untuk menemaninya dan hampir semua penutupan penjualan, Ira lah yang melakukan untuk orang ini. Hmmm…What a nice leader! “Apa nggak capek, Ra?” Saya Tanya dan ia menjawab hal ini jelas melelahkannya maka dari itu ia meminta pertemuan khusus untuk mendiskusikannya. Itu belum cukup…satu kali pernah Ira menolak untuk menemani agennya ini dan yang Ira dapatkan pernyataan yang membuat dirinya tertekan. Coba Anda dengar ini dan posisikan diri Anda sebagai Ira. “Ra, kok kamu tidak pernah ada setiap kali saya membutuhkan kamu, sih?” Begitu kata-kata orang tersebut yang membuat Ira kembali merasakan tekanan itu kembali yang saya dapat lihat dari wajahnya dan terdengar dari getaran suaranya.

Masih ada lagi. Satu orang lagi agennya yang lain yang memang masih membutuhkan mentoring dan coaching dari Ira sebagai leadernya. Ira adalah orang yang memiliki prinsip cepat-tepat-profesional. Pada saat menemani agennya ini, Ira melihat agennya tidak sensitif terhadap ketersediaan waktu calon kliennya yang sangat sibuk hari itu. Dengan sigap ia mengambil alih peran agennya untuk menjelaskan calon klien itu dengan cepat dan tepat. Dalam pertemuannya dengan saya, Ira bertanya, “Apa saya salah dengan melakukan itu, Ndrie?” Dari nada bicaranya saya menangkap ia benar-benar ingin diberitahu benar atau salah, dan bukan sekedar meminta diberi afirmasi positif bahwa dia benar. Sekali lagi, What a nice leader!

Giliran waktu saya menjawab dengan melakukan pembingkaian ulang setiap kejadian (Reframing) dengan mengatakan Ia benar dan kedua agennya juga benar.

“Ra, Kamu benar dan Agen pertama dan kedua tadi juga benar. Yang pertama menganggap dengan kehadiran kamu, itu membuat peluang penutupan penjualan menjadi lebih besar dan itu bermanfaat buat dirinya, kan? Dan saat menemaninya kamu juga punya keinginan agar dia memodel cara kamu sehingga dikemudian hari kamu tetap dapat fokus pada yang lainnya kan? Jika seperti ini pertanyaannya adalah apa yang kamu inginkan atas dirinya?”

“Dia marah pada saya Ndrie. Gimana sekarang? Tanyanya.

“Lho…kalau dia marah…itu biasa, yang tidak biasa adalah jika kamu sebagai leadernya ikutan sakit menghadapi ini padahal masih ada yang lain yang harus dikerjakan. Saat ini kamu sedang mengasosiasikan diri kamu dengan “masalah” itu dan dan kamu kembali merasakan tekanan itu. Ayo…sekarang lihat lagi tapi posisi kamu ada diluar dan lihat kamu sedang berada diwaktu itu dan memberikan penjelasan mengapa tidak selamanya kamu bisa menemaninya. Lihat lagi cara kamu mengkomunikasikan hal itu. Sudah benar, kan? Dan dengan cara disosiasi ini kamu dapat lebih tenang memikirkannya dan berikan agenmu itu kesempatan untuk berpikir.”

“Nah…untuk kasus agen kedua, kamu benar dan agenmu juga benar. Waktu kamu ambil alih, kamu menginginkan penjualan terjadi dan agenmu tentu mendapatkan incomenya dan itu juga yang selalu kamu pikirkan sebagai tanggungjawabmu untuk memastikan agen-agenmu sejahtera, kan? Dia juga benar, dia ingin sekali memodel kamu dan kehadiran kamu disana mungkin malah membuatnya jadi ragu untuk mengeluarkan “jurus-jurus” kamu karena pemiliknya sedang memperhatikan dan bahkan mungkin sambil mengevaluasi. Kehati-hatiannya adalah cara dan prosesnya belajar, kan? Mana yang kamu lebih pentingkan, kesejahteraannya atau hasil pembelajarannya menjadi agen tangguh? Jika pilihanmu yang kedua, akan lebih baik jika kamu membiarkannya menyelesaikan prosesnya dan kalian dapat mendiskusikannya diakhirnya.”

“Ndrie…berarti saya salah ya…? Ndrie Please..kamu marah aja kalau memang harus marah. Kamu selalu membungkus pesan dengan kata-kata yang positif…tapi kamu gak pa pa marahin saya.”

“Ra…Energi yang digunakan untuk marah lebih besar dari pada energi yang digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang baik. Kan, saya gak mau ikut-ikutan tertekan atau depresi seperti sebelum kamu menceritakan ini, hehehe... Masih ingat Resep depresi yang ampuh?

Mengasosiasi diri terhadap Masalah + Disosiasi terhadap kebahagiaan (sumberdaya) = Stress Berat

Dan dengan mengucapkan kata-kata yang baik malah menambah energi saya. Bahkan dengan mendengarkan cerita tentang bagaimana jagung ditanampun, kamu bisa mengambil pelajaran yang baik.

Sahabat…metafora menanam jagung ini beberapa kali digunakan Milton. H Erickson untuk memberikan pemahaman atas apa yang terjadi dan memperbaikinya.

“Ra, kamu tahu bagaimana jagung tumbuh dan apa manfaatnya setelah dipanen. Kamu dapat memanfaatkannya dengan membuat jagung itu menjadi aneka makanan yang dapat dinikmati. Sebelum jagung ditanam tentu lahannya harus DIPERSIAPKAN, tanah dicangkul agar menjadi lebih gembur dan dapat mengangkat nutrisi yang terletak dibagian bawah ke permukaan yang nantinya sangat bermanfaat bagi bibit jagung yang sudah diPILIH. Bibit PILIHAN pun diTANAM dengan sangat hati-hati dalam barisan yang telah diperHITUNGkan agar tumbuh sesuai keinginan penanam. Letak bibit yang satu dengan yang lain dipastikan memiliki jarak yang cukup agar masing-masing mendapatkan NUTRISI yang cukup dari tanah yang sudah dipersiapkan dan ini diyakini akan mempermudah penanamnya dan tidak menghabiskan ENERGInya dikemudian hari. Setelah itu…” Belum saya selesai kalimat selanjutnya, Ira berbicara.

“Sebentar Ndrie, apa hubungannya jagung sama masalah saya?”

“Ra, tidak mengapa kamu belum melihat hubungannya, dan tidak mengapa kamu dapat memanfaatkan cerita ini dan saya hanya mau bercerita sesuatu yang mungkin bermanfaat bagi kamu. Saya juga tidak tahu apa yang kamu pikirkan sekarang, jika kamu sekarang bingung, itu malah baik karena itu atinya kamu menggunakan pikiran kamu untuk menganalisa apa yang bisa dimanfaatkan dari cerita ini. Dan dengan ijin kamu, saya akan melanjutkan ceritanya.”

Ira terdiam dan saya pun melanjutkan ceritanya.

Setelah itu kamu pun MENUNGGU HASIL untuk dipanen selama sekitar tiga bulan. Selama menunggu, kamu dapat memPERHATIKAN jagung-jagung itu tumbuh.”

Saya mengganti posisi orang ketiga yaitu penanam dengan posisi Ira (kamu) sebagai orang pertama dan ini sepertinya membuat dirinya ikut merasakan dan tetap tenang mendengarkan. Aha..ternyata saya mendapat pelajaran dari hal ini…ya…mengasosiasikan dirinya sebagai penanam jagung.

“Sesekali dan rutin kamu dapat MENAMBAHkan NUTRISI pada tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagungmu. Mungkin saja ada HAMA yang menjangkit pada beberapa tanaman jagungmu dan kamu pun MENYINGKIRKANnya. Mungkin kamu bisa memotong daun yang cukup parah terjangkiti hama, dan kamupun memperhatikan pisaumu agar potongannya tidak merusak daun yang lain yang masih sehat. Kamu secara berkala dapat memperhatikan KETAJAMAN PISAUmu dan ketika ia tidak lagi tajam kamu harus MENGASAHnya. Dengan SABAR kembali kamu menunggu sampai pada waktunya tiba. Dan pada saatnya kamu menuai jagung-jagung itu, KETEKUNANmu MEMILIH bibit, MENANAM, MERAWAT, MEMUPUK, MENUNGGU, membuahkan hasil sesuai dengan keinginanmu.”

Ira mulai tersenyum sepertinya ia mendapatkan sesuatu. “Betul Ndrie, harus rekrut orang yang sesuai, menanamkan visi, mengontrol, memberikan training, mendapatkan training untuk diri sendiri, dan bersabar menunggu hasil. Dan kemarin saya juga menghadiri seminar seorang pakar manajemen keagenan asuransi dan ia menyebutkan tiga bulan adalah masa inkubasi agen baru.”

“Lho iya…Lha wong saya sama dia waktu itu belajar tentang jagung dalam satu kelas yang sama kok.hahahahaha.” Seperti biasa saya tutup dengan canda karena Ira telah berhasil mengikat maknanya.