Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Sunday, March 14, 2010

Setiap Hari Mungkin Ada Masalah, Yang Terpenting Tahu Cara Menikmatinya.

Diiringi musik yang membangkitkan dari Kenny G, That Champion’s Theme, tangan saya tergerak untuk menuliskan lagi pengalaman menarik dan saat itu saya tahu orang yang ada di samping saya telah menjadi pemenang atas situasinya.

Ia adalah Istri saya yang kala itu kami baru pulang dari suatu kunjungan. Dalam perjalanan kami, ia menuturkan apa yang ia rasakan. Dua hari sebelumnya, dalam keluarga besar saya diadakan pertemuan keluarga untuk sebuah pembahasan. Dalam pembahasan itu lah terdapat beberapa kalimat yang di lontarkan anggota keluarga yang “menyentuh” perasaan kami.

Sebagai praktisi hipnoterapi dengan mudah saya memilih dan membuang informasi yang tidak saya perlukan untuk melindungi perasaan saya, namun dalam perjalanan kala itu Istri saya kembali menceritakan kejadiannya secara urut dan dari bahasa tubuhnya terlihat ia kembali meng-asosiasikan dirinya pada situasi yang ia anggap sebagai masalah. Dan saya tahu...dalam perjalanan ini saya tidak akan membiarkannya meluapkan semuanya karena bisa-bisa saya pun terbawa situasinya dan tidak berkonsentrasi pada perjalanan yang seharusnya.

-Perceptual Position-

Sebagai suami, emosi saya sangat terkait dengan Istri saya. Tentu saja...dan situasi seperti ini tidak dapat saya lakukan untuk memotivasi...lha wong saya terasosiasi dengan Istri. Jika Istri saya membutuhkan motivasi, ya tentu saja saya juga. Saya menarik diri saya dan mengubah posisi saya sebagai orang lain yang benar-benar terlepas dari masalahnya. Dan ini juga yang saya ajarkan pada Istri saya.

“Kalau kamu terasosiasi sama masalahnya, jelas kamu akan terdisosiasi dengan jawaban untuk mengatasi masalah tersebut.”

Terasosiasi artinya Istri saya benar-benar kembali pada perasaan saat kejadian yang tidak mengenakkan dirinya terjadi. Ia dapat membayangkan kembali dengan jelas disekitarnya ada orang-orang yang terkait. Suara-suara pun dapat ia dengarkan kembali, baik suara disekeliling maupun suara orang-orang dan perkataan yang membuat perasaannya “tersentuh”. Ia tidak dapat melihat dirinya sendiri kecuali seperti apa yang terlihat sebagai orang pertama. Berbeda dengan terdisosiasi, ia dapat melihat dirinya sedang duduk dikejauhan. Ya dari ujung kepala sampai kaki dan bahkan ia dapat melihat wajahnya sendiri yang merespon setiap perkataan yang ia dengar.

“Kamu tentu juga tahu bahwa ketika seseorang mengatakan sesuatu, tentu didasari peta internalnya masing-masing alias sesuai pengalaman dan pemahaman dirinya sendiri dan bisa saja salah paham terjadi.”

“Tapi Mas, kita punya prinsip walk the talk. Dan kata-kata itu nggak banget...deh. Itu yang bikin aku kepikiran terus.” Begitu kata Istriku yang masih terasosiasi dengan masalahnya.

“Ya...itu terserah kamu...kalau kamu masih pingin menyimpan perasaan ini dan kalau kamu merasa nyaman dengannya...simpan saja...atau kamu mau aku bantu untuk menikmatinya?” Saya diam sejenak menunggu sambil berpikir, “Aku suamimu...mana mungkin diam saja dan membiarkan kamu memilih...salah pilih bisa gawat...ah tapi aku kan sekarang dalam posisi motivator...biarin aja dulu deh biar kamu mikir...”

Tak lama ia berkata,”Gimana caranya?”

“Nah ini dia.” Pikir saya

“Istriku, masih ingat yang aku katakan tadi? Ketika kamu terasosiasi dengan masalahnya dan terdisosiasi dengan kebahagian yang kamu miliki selama ini...itu akan membuat mu depresi.”

“sekarang lihat lagi kejadian itu dan ganti posisi kamu menjadi orang ketiga. Kamu bisa melihat dirimu sendiri sedang mendengarkan perkataan itu lagi. Bisa?”

“Bisa Mas.”

“Gimana rasanya? Masih sama atau lebih baik?”

“Lebih Baik Mas.”

“Nah ini yang kita sebut perceptual position untuk terdisosiasi dari masalahnya dan masih ada yang lebih hebat lagi.”

-Pengalaman Memiliki Struktur-

Setiap mengalami sesuatu baik yang menyenangkan ataupun tidak, panca indera kita bekerja dengan sangat baik untuk membuat kode-kode informasi yang memudahkan kita untuk mengakses kembali informasi yang kita inginkan. Istri saya dapat mengingat betul urutan kejadian serta sensasi yang diterima panca inderanya saat itu. Visual (apa yang dilihatnya), Auditory (yang didengar), Kinesthetic (perasaannya kala itu), Olfactory (wangi makanan yang ada disekitar kami), dan Gustatory (rasa makanan yang masih terkecap saat itu). Dengan mengubah strukturnya, dirinya akan merasakan pengalaman yang berbeda.

“Sekarang seperti sedang menonton sebuah video dengan cepat kamu memutar mundur film mental ini dan kamu tahu yang terjadi gerakan orang-orang yang kamu lihat menjadi terbalik dan suaranya gak karuan...gak jelas...lucu...aneh...kamu gak bisa menangkap pesannya...kan prinsip kita hanya bisa mendengar yang Walk The Talk. Bisa? Sekarang!”
Dengan sungguh-sungguh ia melakukannya dengan mengakses segala informasi yang ia ingin ubah strukturnya, terlihat dari gerakan matanya yang begitu cepat berganti-ganti arah.

“Sekarang dengan cepat Fast Forward...volume suaranya kecilin terus gedein terus kecilin terus...lihat siapa yang lagi ngomong dan mukanya lucu banget kalo dicepetin gitu..hehehe...”

“Putar mundur cepat...lagi...sekarang...” Saya makin semangat karena Istri saya sudah terlihat senyum-senyum dan sampai akhirnya...

“Udah Mas...Udah cukup.” Senyumnya lebar.

“Beneran udah? Aku tes ya...bagaimana perasaan kamu kalau aku ucapin kalimat yang tadi?” Kemudian saya mengucapkan kalimat dan meminta melihat kembali orang yang membuatnya “tersentuh”

”Dah biasa aja...”

“Wah bagus...motivasi selesai...Kamu tentu sadar bahwa manusia setiap hari bisa saja ada masalah, yang terpenting kita tahu cara menikmatinya”

“Terimakasih Mas.”

“Tenang Istriku...untuk kamu sampai saat ini tarifnya masih gratis.”

“He..he.he.he.”