Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, May 29, 2010

Humor, Metafora Ampuh Dalam Hipnoterapi

Apa hubungan Humor, Metafora, dan Hipnoterapi? Jawabannya, “Banyak!”

Seringkali kita ‘tersihir’ oleh guyonan yang digunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Para peserta merasa waktu tidak terasa ketika, seorang trainer menggunakan humor dalam pelatihannya. Seorang kekasih selalu merasa bahagia didekat pasangannya yang selalu menyisipkan humor dalam banyak kesempatan. Persahabatan yang sangat toleran dengan guyonan didalamnya, serta bagaimana film juga iklan televisi menyampaikan banyak pesan yang langsung menancap dalam pikiran melalui humor.

Metafora, seperti yang Anda ketahui, memberikan perbandingan atau analogi aspek yang satu dengan lainnya yang sejenis. Cerita-cerita kebijaksanaan negeri antah berantah selalu membuat kita berpikir dan belajar. Fabel, dongeng binatang, dengan cepat diserap pikiran anak-anak. Cerita nakalnya si Kancil yang suka mencuri, pada masa lalu hal ini diceritakan oleh orang tua kita dan sampai sekarang masih teringat dan bisa dengan jelas membayangkan bagaimana si Kancil melakukan aksinya dan mendapat hukuman dari Pak Tani. Walaupun cerita ini adalah sebuah kesalahan, orangtua dulu tidak menyadarinya. Jika hari ini banyak terjadi pencurian dan korupsi, bisa jadi cerita si Kancil memberikan kontribusi yang besar. Maka dari itu saya tidak pernah mendongengkan hal ini pada anak saya.

Hipnoterapi, yang ini, juga Anda sudah paham betul terapi yang menggunakan teknik-teknik hipnosis. Yang menarik dengan menggunakan humor dalam hipnoterapi, klien tidak perlu di induksi secara formal, menutup mata dan melakukan visualisasi dan menggunakan seluruh inderanya untuk mewujudkan apa yang kita sugestikan dalam pikirannya. Dengan humor, seseorang sangat mudah keluar masuk kondisi hipnosis. Sekarang bayangkan ketika Anda tertawa karena sebuah cerita lucu, Anda tidak mampu memikirkan hal lain kecuali berkonsentrasi para cerita tersebut dan kelucuannya. Artinya Anda baru saja masuk dalam kondisi hipnosis.

Lalu apa pentingnya tertawa padahal dalam ajaran agama, tertawa hanya boleh kecil-kecilan saja. "Janganlah kalian banyak tertawa, sebab banyak tertawa menyebabkan hati menjadi mati". Itu sangatlah benar…ketika tertawa ini ditujukan untuk mentertawakan orang lain maka kepekaan sosial kita akan mati. Guyonan di TV saat ini masih banyak yang modelnya seperti itu dan ini memang berbahaya, tetapi ada beberapa juga yang sangat menghibur dan memberikan pelajaran, dan pendapat saya, tertawa yang memberikan pelajaran sama menariknya dengan mendapatkan pelajaran dengan cara apapun. “…dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,…”(An Najm:43)

Ketika Tuhan Menciptakan, tentu banyak Manfaat yang dapat digunakan oleh manusia. Dikutip dari kosmo.vivanews.com, secara medis tertawa yang merupakan ekspresi kegembiraan memiliki efek penyembuhan. Tertawa memicu produksi dopamin dalam otak dan menimbulkan perasaan bahagia.Tertawa melibatkan 15 otot wajah yang berkontraksi dan meningkatkan aliran darah di wajah sehingga membuat wajah menjadi lebih kencang dan merona serta memancarkan cahaya. Tertawa juga memicu keluarnya air mata, dan hal ini akan mengurangi tingkat stres.Terbahak-bahak menguatkan diafragma dan mempercepat aliran oksigen ke paru-paru. Bagi penderita diabetes tertawa juga sangatlah penting, tertawa dapat mempertahankan kadar gula darah. Bahkan tertawa dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan toleransi terhadap rasa sakit dan bagi orang-orang yang menginginkan tubuhnya tetap ramping, Tertawalah, Sekarang!

Kembali dari Kuala Lumpur dilanjutkan keesokan harinya dengan Pelatihan yang sudah dinanti bersama Kang Asep Haerul Gani, Ericksonian, Advenced Hypnotherapy membuat lebih menyadari ketika humor dimasukkan dalam hipnotherapi. Kamis lalu, seorang sahabat mengatakan nafasnya terasa pendek-pendek dan sesak. Ketika ditanya apakah ini sering terjadi, ia mengatakan beberapa kali saat ia merasa sangat lelah. Yang menarik adalah ia tidak dapat mengontrol gerak reflek tubuhnya, mirip seperti orang yang tersengat aliran listrik, gerakan kejut-kejut.

Tersenyum saya melihatnya dan ia berkata juga sambil tertawa, “Mas Andrie, jangan ketawain aku dong…gak enak nih”

“Lho siapa yang ketawa, ini senyum…! Sini, saya bantu!” Jawab saya dan berpikir saya dapat membantunya. Induksi formal saya lakukan dan membawanya pada saat-saat yang membahagiakan dimasa lalu. Ia pun terlihat sedang menikmatinya namun gerak refleks nya tetap tidak bisa dikendalikan walau sudah berada dalam kondisi hipnosis. Bahkan ketika kepalanya harus bersandar, gerak refleksnya itu membuat kepalanya terasa sangat sakit…dan masih dalam kondisi hipnosis itu ia menangis…waaaaaah…saya panik juga..hehe…

“Sakit sekali ya, Din?

“Iya Mas, sakit sekali.” Dina, bukan nama sebenarnya, menjawab.

Perlahan saya membawanya kembali dari kondisi hipnosis atau terminasi dan mengajarkan konsep sakit dan ikhlas.

“Ketika ikhlas di lakukan pada saat sakit, tentu kamu bisa mengontrol rasa sakit serta gerakan refleks itu.”

Dalam pencarian teknik selanjutnya, saya penasaran untuk mencoba humor dalam terapi dengan menggunakan cerita lucu, ini lah yang saya ceritakan,

“Kamu tahu, pernah ada cerita di suatu tempat di Amerika sana. Sepasang kakek nenek sedang menikmati minumannya disebuah bar. Pembicaraan mereka tampak sangat ceria dengan beberapa kali si kakek tersenyum dan menyentuh si nenek genit. Hal ini membuat seorang pemuda yang dari tadi memperhatikan mereka menjadi penasaran dan duduk mendekat di bar di samping si nenek agar ia dapat mendengar percakapan mereka.

‘Nek…masih ingat dulu waktu kita SMA’ (suara kakek-kakek) sambil mengusap-usap tangan si nenek.

‘iiih kakek genit ah..ingat apa an sih?’ (dengan suara nenek-nenek yang tidak kalah genitnya)

Makin penasaranlah sang pemuda disebelah nenek itu…sambil meminum dari gelasnya ia kembali mendengarkan percakapan mereka.

‘Itu lho nek, dibelakang bar ini sepulang sekolah. Di pagar belakang yang sepi.”

‘Iiiih kakek…apa an sih…itu kan waktu kita masih muda…dan kita melakukannya juga sangat singkat kan…tak lebih dari 15 menit’ (si nenek terkekeh)

Pemuda tadi semakin kaget dan refleks dia tenggak minuman di gelasnya habis, mungkin ia melakukan itu karena nafas nya menjadi pendek-pendek karena percakapan si kakek nenek.

‘Nek..gimana kalau kita lakukan lagi?”

‘Hah apa? Iiih…buat apa sih Kek, kalau kita mau kan bisa melakukannya di tempat yang lebih sepi dan tidak satu pun orang melihat, dikamar kita.’

Entah menggunakan jurus apa, si kakek berhasil mengendalikan pikiran si nenek untuk melakukannya kembali di pagar belakang bar itu…yah…hanya pemuda itu yang tahu…dan bukan Saya juga Kamu. Dengan hati-hati, pemuda itu mengikuti dari belakang tanpa diketahui.Perlahan mereka menanggalkan pakaian dan mereka melakukannya dengan posisi berdiri. Kakek dan nenek itu berpegangan pada pagar itu dan seketika melakukan gerakan-gerakan yang sangat cepat.

Wow…pikir si pemuda itu…’ini Aki Nini dah tua gerakannya masih mantab…bagaimana mereka bisa melakukan itu?’

Pemuda itu pun makin deg-degan nafasnya semakin pendek-pendek…5 menit berlalu, pemuda itu tetap menunggu, 10 menit telah lewat masih saja ia melihat, 15 menit terlampaui berpikir dalam hati…

’Wuiiih hebat sekali padahal waktu muda tidak lebih dari 15 menit.’

30 menit mereka masih bertahan dengan gerakan-gerakan cepatnya. 1 jam…..dan gerakan itu terhenti kemudian keduanya terkapar lemas. Pemuda ini sangat penasaran, yang tadinya hanya ingin mengetahui apa yang akan mereka lakukan, sekarang bahkan ia ingin mengetahui bagaimana mereka melakukannya.

Tanpa ragu dan malu pemuda itu mendekati pasangan yang terkapar yang nafasnya pun masih terengah-engah dan bertanya,

‘Kek, Anda hebat sekali. Bagaimana Anda melakukan itu hingga bertahan sampai satu jam?’

Si kakek menjawab dengan marahnya, ‘Kurang ajar, siapa yang pasang listrik di pagar itu, gua kesetrum sampai satu jam.’
(Dina tertawa terbahak dan terkekeh mendengar akhirnya demikian…hehe seperti si nenek)

Hahaha…ternyata gerakan cepat itu adalah karena mereka berdua tersengat aliran listrik di pagar yang kala itu tidak pernah ada dan artinnya kakek dan nenek itu tidak melakukan apa-apa kecuali aliran listrik yang mereka terima dan dapat menahannya.

Jadi, Dina, segala sesuatu yang ada dalam diri kita, kita lah yang mengendalikannya.”

Selesai bercerita, sebelum meninggalkannya untuk mengisi kelas berikutnya saya pun bertanya, “Gimana sekarang?

“Sudah berkurang, Mas dan Masih ada sedikit rasa sakitnya.”

“Baik, kalau masih sakit istirahat aja, gak usah ikut ke kelas.” Dina, saat itu adalah fasilitator di kelas saya. Dan saat fasilitasi tiba, ia datang dan menghampiri saya seraya mengatakan,

“Mas, dah sembuh sakit kepalanya, makasih ya.” Dan terlihat oleh saya bahwa gerakan kejut-kejut refleksnya serta nafas pendek-pendeknya sudah tidak ada lagi…wah..benar-benar cerita yang bermanfaat walaupun agak-agak…hehe

Sahabat…bukan cuma itu, beberapa jam sebelumnya cerita yang sama saya gunakan untuk kasus yang berbeda. Sahabat sekaligus klien saya, Kim-Kim, masih ingat? Ia bertanya,

“Ndrie, banyak teman-teman saya mengatakan kalau mau sukses cara bicaranya harus begini, cara bersikap harus begitu dan lain sebagainya.”

“Lho, kamu nyaman dengan gaya kamu, gak? Dengan gaya yang sekarang ini kamu yakin bisa sukses, gak? Ketika jawabannya YA, ya sudah lakukan saja yang seperti sekarang karena apa yang terlihat belum tentu seperti kejadian yang sebenarnya.”

Saya bercerita tentang apa yang di lihat pemuda tadi tidak menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Kim-Kim pun telah mengembalikan kepercayaan dirinya untuk menjadi diri sendiri ditandai dengan senyum lepas.

Seandainya lebih banyak humor, tentu lebih banyak orang yang bahagia.