Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Saturday, February 16, 2013

Mendamaikan Tetangga dengan Hipnosis

Jika masih ada yang berpikir bahwa Hipnosis adalah ilmu hitam, hipnosis itu menggunakan kuasa gelap, dan hipnosis itu jahat, maka bersiaplah untuk berubah pikiran.

Yah memang, yang namanya ilmu itu bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Nilai dari ilmu adalah netral, yang membuat sebuah ilmu bernilai positif maupun negatif adalah niat dari penggunanya.

Coba deh, Anda perhatikan... Ilmu Beladiri. Yang memiliki ilmu ini bisa jadi pengawal presiden atau bahkan seratus delapan puluh derajat ia bisa jadi penjahat. Ilmu Ekonomi, pemiliknya bisa menggunakan ilmu ini untuk mensejahterakan banyak orang atau sebaliknya, bisa juga dimanfaatkan untuk korupsi. Begitu juga ilmu lain, bisa menjadi blah...blah...blah... dan seterusnya.

Nah, Anda sudah mengerti, kan... Hipnosis ini bisa juga untuk mendamaikan tetangga yang bertengkar. Ceritanya begini...

Hampir setiap weekend saya dan keluarga memiliki acara keluar, kalau tidak makan di luar, kami kerumah orangtua. Saat itu saya parkir mobil kami di luar gang rumah orangtua saya dan kami tentu harus berjalan untuk sampai ke sana. tepat di sebelah rumah orangtua saya, seorang ibu (saya kenal dia, tentu) sedang berteriak-teriak yang kontan membuat saya kaget. Rupa nya ia sedang berteriak pada tetangga depan rumahnya, dan tentu saya juga mengenalnya karena mereka bertetangga dengan orangtua saya.

Melihat itu, entah mengapa, saya ingin terlibat didalamnya. Mungkin karena suara teriakan-teriakan itu membuat saya tidak nyaman dan melihat ibu yang masih muda meneriaki bapak yang sudah sangat tua juga dapat merusak mood saya.  

Dari laporan salah satunya, saya mendapat informasi bahwa bapak yang sudah sangat sepuh ini baru saja mengomeli dan memarahi anak si ibu lantaran, namanya juga anak-anak, suara berisik yang anaknya buat saat bermain di jalan depan rumahnya.

Si bapak menginginkan ketenangan dan si ibu menginginkan kedamaian, kedamaian anaknya ketika bermain tepatnya.

Siapa yang salah dalam situasi ini menurut Anda? Ya' Anda benar. Dua-duanya benar. Keduanya menginginkan hal yang sama-sama positif yang saat itu keinginan mereka berdua seolah saling "mengganggu". Jadilah konflik. Hal ini sama seperti konflik yang terjadi dalam diri kita. Masih ingat, kan, dalam diri kita ada beberapa bagian yang memiliki keinginan masing-masing yang jika keinginan yang satu bertentangan dengan keinginan bagian yang lain, terjadilah konflik yang menyebabkan paling tidak membuat kepala kita pusing-pusing. Jika ini terjadi, kita dapat membuat mereka berkompromi kemudian mendamaikannya.

Ini juga yang saya lakukan pada kedua orang itu. Saya menjadi penengah dan sebisa mungkin dipandang netral oleh mereka berdua. Dengan begitu mereka akan memercayai saya.

Saya meminta si ibu untuk diam dan tenang menghentikan teriakannya, menjauh dan seminimal mungkin terlihat oleh si bapak namun ia tetap harus disana karena mereka sedang berkonflik. Kenapa saya minta seminimal mungkin? Mereka sedang berkonflik dan dengan citra visual yang minim, mereka terhindar provokasi satu sama lain karena mereka masih sama-sama panas. 

Saya bertanya pada si bapak, "Pak, apa yang bisa membuat bapak tenang?"

"Pinginnya gak berisik, Ndrie. Tenaaaaang, gitu..." Jawab si bapak.

"Kalau gak berisik, rasa tenangnya tuh seperti apa, Pak?" Saya bertanya lagi mencari hal lain apa yang bisa membuat ia tenang.

"Seperti kalo saya lagi shalawat, Ndrie. Tenaaaaang rasanya. Perasaan jadi adem"

"Nah, Pak... coba atur nafas dan Bapak bisa rasakan shalawat dalam hati dan bisa rasakan ketenangannya gak?"

Saya terus menatap mata bapak tua ini agar ia juga tetap berkonsentrasi pada saya dan kata-kata saya. Saya tunjukkan padanya nafas yang panjang agar tanpa ia sadari saya sedang menginstruksikan seperti apa nafas yang saya ingin ia lakukan.

Saat si bapak terlihat lebih tenang, saya menekan lengan kanan bagian luar untuk membuat anchor. Saya memintanya memperpanjang shalawatnya dan kembali menekan lengan kanan bagian luarnya. Setelah saya pikir cukup, saya menggunakan anchor tersebut untuk memberikan sugesti.

Sambil menekan anchor yang telah dibuat, saya berkata padanya, "Pak, saat bapak ingin ketenangan, ini merupakan hal yang mudah. Karena bapak tahu caranya. Bapak hanya perlu bershalawat dan itu membuat bapak menjadi tenaaaaaang, damaaaaai... Dengan begitu, bapak bukan hanya memberikan ketenangan pada diri sendiri tetapi juga orang-orang yang berada disekitar bapak. Dan saya tahu itulah yang diinginkan bapak. Ketenangan..."

Seminggu kemudian, saya kembali kerumah orangtua saya dan bertanya pada si ibu yang minggu lalu bermasalah dengan bapak tadi. Ia mengatakan si bapak sudah tidak pernah marah-marah lagi pada anak anak yang bermain didepan rumahnya. Alhamdulillah, semoga bapak tersebut mendapatkan ketenangannya.