Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, December 18, 2009

MY FRIEND JOHN

Seorang teman datang dan wajahnya terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ia mengatakan perasaannya tidak enak setelah menolak permintaan atasannya di telepon untuk melakukan sebuah tugas. Teman saya ini terbilang baru dalam pekerjaannya sehingga, mengatakan pada saya, bahwa belum siap dan harus melakukan latihan terlebih dahulu dan atasannya mencari penggantinya untuk
tugas tersebut.

Setelah beberapa pertanyaan saya ajukan, saya mengira bahwa ia hanya terlalu khawatir atasannya akan marah padanya dan
bisa dipastikan ia akan merasa tidak nyaman kemudian. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak kompeten atas hal yang diminta atasannya.

Setelah melakukan reframing mengapa seseorang harus melakukan persiapan dan rasa khawatir gagal menjalankan tugas, saya menawarkan
teknik pelepasan emosi negatif menggunakan My Friend John-nya Milton Erickson.

Saya meminta dia untuk mengingat kembali wajah atasannya serta detailnya, warna, serta senyumnya. Tak lupa agar efeknya lebih sip! Saya
meminta untuk mengingat pakaian terakhir atasannya yang dapat ia ingat.

Sebut saja teman saya ini adalah Nana, saya memulai teknik ini.

"Ok Na, kamu sudah sadarkan bahwa pikiran manusia itu luar biasa dan bahwa jika ada permasalahan di dalam pikiran maka obatnya pun
ada dalam pikiran tersebut", kata saya mengingatkan. "Dan dengan kemampuan imajinasi dan visualisasi yang kamu miliki, kamu dapat
melakukan apa saja dalam pikiran mu seperti yang kamu inginkan. Menariknya adalah, hal-hal tersebut sangat berdampak pada keseimbangan
perasaan kamu." Lanjut saya.

"Ok! sekarang visualisasikan wajah dan detail, serta pakaiannya." Dengan mata terbuka terlihat ia sudah mendapatkan yang diharapkan.

"Sekarang dengarkan kata-kata saya, hebatnya adalah walaupu atasan kamu tidak ada disini tapi kamu dapat menghadirkannya. Lihat kearah sana,
ia sedang berjalan kearah sini dan perhatikan tatapan dan senyuman yang ia lemparkan untuk kamu." Nana pun tersenyum,sepertinya ia sedang
membalas senyum atasannya.

"Nana, atasan kamu sudah disini dan saya akan persilakan dia duduk didekat sini ya." sambil menunjukan kursi
kosong yang saya maksud saya melanjutkan. "Ibu Ros, Nana sangat ingin bertemu dengan Ibu dan ingin mengatakan sesuatu karena dengan melakukannya
ia akan sangat nyaman dan pasti ia akan mempersiapkan diri agar apa yang Ibu ingin ia lakukan, dengan kepercayaan diri yang tinggi ia akan menyelesaikan
pekerjaan tersebut dengan baik." Saya menunjukkan pada Nana bahwa saja sedang berdialog dengan Ibu Rosa, atasan yang Nana ceritakan.

Saya berkata pada Nana," Nah Nana, Bu Ros sudah siap mendengarkan kamu dan lihat senyumnya, ini menunjukkan bahwa ini bukan masalah. Kamu bisa
menyatakan perasaan kamu padanya baik dalam hati maupun kamu katakan langsung. Tapi lebih baik katakan saja langsung."

"Bu Ros." Nana mulai berkata, "Aku ga bermaksud menolak permintaan Ibu atas tugas yang seharusnya saya lakukan, tapi aku butuh belajar dan berlatih lebih
banyak karena aku mau berhasil dalam setiap tugas yang Ibu berikan."

"Baik Na, kamu sudah ungkapkan semua. Lihat kembali senyumnya dan jika sudah selesai saya akan mempersilakan Bu Ros untuk kembali."

Saya pun mempersilakan "Bu Rosa" untuk kembali dan memastikan perasaan Nana saat ini. "Gimana Na?"

"Terimakasih Mas, jauh lebih baik." Jawabnya

"Nana, nanti kamu pastikan ketika bertemu dengan Bu Rosa, kamu membicarakan hal yang sama dan kamu akan mendapatkan respon yang insyaAllah
sama." Tambah saya.

Siang harinya ia mengabari saya, "Mas, senyumnya itu lho!"

"Kenapa senyumnya?" Kejar saya.

"Persis seperti yang aku lihat tadi pagi." Jawabnya.

"Berarti masalah sudah selesai dong Na. sebetulnya teknik ini juga dapat digunakan kalau kamu mau menyampaikan perasaan kamu pada seseorang
yang sudah tiada, rasanya sama lho seperti ia masih disini."

Pembicaraan pun saya tutup karena saya harus mempersiapkan untuk training selanjutnya.