Certified Instructors-Indonesian Board of Hypnotherapy

Friday, December 18, 2009

Vibrasi Pikiran (Bag. 2) - Orang Lain Bilang Ini Kebetulan, Saya Percaya Ini Betulan

Percaya Ngga Percaya!

Ungkapan itu sering digunakan dalam obrolan ringan di masyarakat. Hal ini bermula dari acara TV reality show bertema horor dan sekarang ungkapan itu begitu melekatnya di dalam kepala kita. Saya pribadi salut kepada tim kreatif acara tersebut karena pemilihan namanya walaupun tidak benar-benar baru dengan mudah diingat dan dikait-kaitkan dengan obrolan sehari-hari.

Lho Kok jadi malah diskusi tentang TV reality show? He.he.he. Maaf ya...ini Cuma menunjukkan bahwa saya punya pesawat TV...he.he.he.lagi.

Sahabat! Berkaitan dengan percaya atau tidak, saya memiliki pengalaman menarik. Tepatnya mengenai vibrasi pikiran yang sebelumnya masih pada level setengah percaya, karena fenomena ini sering kita rasakan namun secara langsung, saya belum pernah menyaksikannya. Setelah kejadian hari itu saya PERCAYA! Dan masih banyak kegunaan dari ilmu ini untuk kebahagian dan kesuksesan kita.

Untuk mendapatkan pemahaman awal, silakan sahabat membaca tulisan saya terdahulu tentang vibrasi pikiran. Klik disini http://ibhcenter.org/id/artikel/kekuatan-vibrasi-pikiran-untuk-menyampaikan-pesan-tersembunyi_38

Pengalaman menarik ini terjadi ketika seorang sahabat saya, sebut saja Sugi, seorang trainer junior yang datang kepada saya meminta untuk dimotivasi. “Lho...! Kan kamu biasa memotivasi orang..kok masih minta dimotivasi.” Jawab saya sambil bercanda.

“Iya nih Mas! Ini kan training yang belum pernah saya lakukan sebelumnya dan lagi pula audiencenya berbeda.” Jawabnya serius. Setelah berbincang-bincang sebentar dan menemukan penggerak motivasinya, kemudian saya melatihnya untuk membuat anchor sendiri, sehingga jika ia membutuhkannya ia dapat membuatnya sendiri dan bagusnya ia dapat mempraktekkannya untuk memotivasi peserta trainingnya.

Anchor sudah dibuat dan ia pun sudah menjadi percaya diri. Melihat ia percaya diri seperti itu, saya jadi tertarik untuk berbagi lebih banyak lagi. “Gi!” Lanjut saya, “Kadang-kadang, emosi-emosi negatif dimasa lalu bisa mengganggu motivasi kita lho!” Sambil memperhatikan responnya saya meneruskan, “Ada ga’ perasaan negatif yang masih bersemayam dipikiran yang terlintas akhir-akhir ini?”

“Ada Mas, saya merasa bersalah sama temen saya karena akhir-akhir ini saya jadi jarang berkunjung.” Rupanya Sugi memiliki seorang teman yang begitu ia hormati. Setelah ia menjadi seorang trainer, dengan jam mengajar yang tinggi, ia menjadi kekurangan waktu untuk berkunjung. Menurut saya ini sepele, he..he..bukan berarti saya tidak punya teman. “Kan bisa telpon”, pikir saya sambil mendengarkan jawabannya. Tetapi menurut Sugi, ini sangat mengganggu dan untuk menelpon temannya itu ia pun merasa tidak ‘enak’. “Ga enak Mas, pinginnya dateng langsung.” Jawabnya menegaskan.

Saya kemudian bercerita, ada sebuah teknik yang pernah saya praktekkan dan hasilnya bagus lalu menawarkan Sugi untuk dipraktekkan olehnya. “Siapa tau bermanfaat buat kamu.” Bilang saya. Dia Setuju.

Sahabat! Teknik ini pernah saya tulis di halaman situs ini dan Anda dapat mengaksesnya kembali di http://www.ibhcenter.org/id/artikel/my-friend-john_80 .

Seperti yang saya lakukan dalam tulisan sebelumnya, saya menghadirkan teman Sugi yang bernama Bang Jul, dan saya baru tahu teman ini adalah seniornya Sugi dalam pengajiannya. Sugi juga menganggapnya sebagai ‘guru’ nya. Setelah ia hadir, saya mempersilakan Sugi untuk berbincang dan meminta maaf jika selama ini tidak berkunjungnya Sugi adalah sebuah kesalahan. Diakhir sesi saya meminta Sugi untuk melihat ‘senyum’ Bang Jul sebagai tanda tidak lagi ada masalah, kemudian saya mempersilakannya untuk kembali.

Selesai sesi terapi dengan teknik ‘My Friend John’, saya cek perasaan Sugi dan hasilnya bagus. Peresaan tidak ‘enaknya’ sudah tidak ada lalu saya tinggalkan Sugi untuk melanjutkan tugas saya hari itu.

Hari mulai sore, saya sedang berdiskusi dengan seorang trainer lain, Sugi dengan wajah memerah dan nafas agak berat menghampiri dan memanggil saya. Karena melihat saya sedang berdiskusi dengan orang lain, ia meminta saya, “Lanjutin aja Mas! Saya tunggu disini.” Karena saya penasaran, saya menghentikan diskusi dan bertanya, “Ada apa Gi?”

“Bang Jul...!Mas.” Sambungnya dengan napas agak terputus. “Dia barusan telpon saya, dia bilang-Gi...ini ada apa ya? Kok perasaan Bang Jul ga ‘enak’... kayak ada yang manggil-manggil.” “Subhanallah!” Sahut saya. “Kok bisa nyambung gitu ya Mas?” Tanya Sugi penasaran. Tidak mau kalah saya balik bertanya penasaran, “Terus kamu ngomong hal yang sama ga’, seperti di latihan tadi? Dan apa kata Bang Jul?” Sugi melanjutkan lagi, “Sama Mas dan responnya juga sama seperti di latihan tadi, Kok bisa ya Mas?” Sugi masih penasaran.

Sudah terlanjur, saya jelaskan juga tentang mekanisme vibrasi pikiran dan betapa hebatnya pikiran manusia. Saya pun memberinya wejangan, Kayak orang tua saja.he.he., untuk berhati-hati dengan yang kita pikirkan. Hal ini juga sudah dibahas dalam Law of Attraction, apa yang kita pikirkan akan di pancarkan ke satelit ‘alam semesta’ untuk dipancarkan ke orang-orang di sekitar kita untuk mewujudkan apa yang kita pikirkan. Jika ingin Sukses berpikirlah tentang kesuksesan. “Dan kalau kamu merasa sial terus...jangan-jangan karena pikiran kamu yang memintanya.” Setahu saya ia tidak sedang memikirkan kesialan, hanya seloroh untuk menutup pembicaraan.

Orang lain bisa jadi menganggap hal ini KEBETULAN, tapi saya percaya ini BETULAN.